Mohon tunggu...
Sarah Mutiara
Sarah Mutiara Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga '21

Selanjutnya

Tutup

Money

Insentif Ongkir sebagai Usaha Pemulihan Ekonomi

20 Juni 2022   15:42 Diperbarui: 20 Juni 2022   15:48 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Pandemi COVID-19 yang sudah hadir lebih dari dua tahun telah memberikan dampak yang sangat berpengaruh pada keHidupan manusia. Pandemi yang awalnya hanya mengganggu sektor kesehatan, seiring dengan berjalannya waktu juga ikut mengganggu aktivitas ekonomi masyarakat. Berbagai pembatasan yang dilakukan oleh pemerintah membuat ekonomi masyarakat menjadi anjlok. Ada yang penghasilannya menurun, ada yang dirumahkan, ada juga yang harus gulung tikar. Ekonomi yang lesu ini bukanlah sebuah omong kosong. 

Dikutip dari artikel media online Kontan (13 Januari 2021), laju inflasi pada tahun 2020 berada di bawah target pemerintah. Hal ini membuktikan bahwa tahun 2020 menjadi tahun yang buruk bagi ekonomi Indonesia. Sektor produksi lemah, daya beli konsumen juga rendah Selain Kontan, sektor pemerintah juga menyatakan bahwa tahun 2020 ekonomi kita sangatlah anjlok. 

Dikutip dari artikel media online Bappeda Provinsi Kalimantan Selatan (10 Februari 2021), perekonomian Indonesia pada tahun 2020 turun lebih dari 2 persen. Jika kita melihat data data di atas sebatas sebagai sebuah angka, maka yang hadir dalam benak kita hanyalah tentang data. Tapi, jika kita melihat data - data di atas dengan sudut pandang kemanusiaan, maka yang muncul dalam hati kita akan berbeda.

Kita akan melihat bahwa setiap hari ada banyak kepala keluarga yang bingung untuk menafkahi keluarganya dengan apa. Kita akan melihat setiap hari ada banyak ibu rumah tangga yang kebingungan ingin membelikan anaknya susu dari hasil apa. Maka dari itu, penting untuk mencermati krisis kesehatan dan krisis ekonomi dari sudut pandang kemanusiaan.

Namun, ada hal positif yang patut kita syukuri. Di triwulan II-2021 ekonomi Indonesia meningkat tajam, lebih dari 7 persen! Data ini dikutip dari artikel media online Kementerian Keuangan yang dipublikasikan pada tanggal 6 Agustus 2021. Tren positif ini perlu kita manfaatkan dengan baik. Ini merupakan momentum yang baik dan sangat sayang jika kita tidak dapat memanfaatkannya

Dalam hal ini, bagi saya salah satu hal yang bisa dilakukan pemerintah untuk memulihkan ekonomi di waktu yang tepat ini adalah insentif ongkir. Mengapa begitu?

1. Orang Indonesia gemar belanja online

Masyarakat Indonesia terkenal gemar melakukan pembelian secara online. Maka dari itu, kebijakan yang memberikan potongan atau bahkan gratis ongkir memiliki segmentasi yang sangat luas.

2. Memacu peningkatan daya beli konsumen

Ketika ongkos kirim menjadi berkurang atau bahkan gratis, maka minat masyarakat untuk melakukan pembelian secara online akan meningkat. Maka, daya beli masyarakat akan meningkat.

3. Jual beli online lebih banyak melibatkan orang

Seperti kita ketahui, penerapan belanja online lebih banyak melibatkan orang. Mulai dari pemilik jasa kurir, admin sosial media penjual, hingga si kurir yang mengantarkan barang. Membeli sesuatu secara online berarti melibatkan lebih banyak orang agar ekonomi mereka ikut bergerak.

Peran pemerintah dalam hal ini bisa dengan berbagai cara. Bisa dengan memberikan potongan harga, bisa dengan memberikan gratis ongkir, atau skema skema lain yang bermanfaat. Yang penting dalam topik yang saya sampaikan ini adalah bahwa saat ini kita memiliki momentum yang luar biasa. Kita punya kesempatan untuk memperbaiki ekonomi kita.

Hal ini hanya akan terjadi jika kita sebagai masyarakat dan pemerintah dapat berkolaborasi dengan baik. Sudah saatnya perekonomian kita pulih. Sudah saatnya ekonomi kita memberikan manfaat yang jauh lebih besar bagi masyarakat. Dan yang tidak kalah penting adalah peran dari perusahaan penjualan online. Seperti shopee, tokopedia, dsb. Saya yakin mereka mempunyai skema yang baik untuk diterapkan, termasuk dalam hal kebijakan ongkir. Yang harus ditekankan di sini adalah bahwasannya keringanan yang kita berikan kepada orang lain akan berdampak luar biasa.

Satu poin yang ingin saya tekankan kembali, bahwa jangan melihat isu ekonomi ini dalam sudut pandang angka. Lihatlah dari sudut pandang kemanusiaan. Di luar sana, ada banyak orang yang tidak seberuntung kita, yang tidak se-kaya kita.

Kebijakan gratis ongkir atau potongan ongkir ini tidak hanya bisa dilakukan oleh pemerintah. Banyak pihak bisa melakukan hal tersebut. Mulai dari e-commerce yang bersangkutan hingga jasa pengiriman barang. Kuncinya tinggal apakah kita berpihak kepada ekonomi atau tidak. Sebagai pihak yang mengambil banyak keuntungan dari tanah air, sudah sepantasnya mereka mempunyai tanggung jawab moral dan tanggung jawab etis untuk ikut urun tangan.

Bagi saya, ini bukan hal yang mudah jika kita kerjakan sendiri - sendiri. Namun, jika kita lakukan ini secara bersama - sama, maka ini sangat realistis untuk dilakukan. Salah satu kuncinya adalah kolaborasi yang kolaboratif, komunikasi yang komunikatif, solusi yang solutif. 

Marilah kita bersama menunjukkan bahwa kita adalah orang yang memilih untuk ikut berkontribusi. Jika masing - masing di antara kita sudah memiliki jiwa untuk ikut berkontribusi, maka momentum pulihnya ekonomi ini bisa kita jaga dan kita maksimalkan dengan baik. Sama seperti sebuah slogan yang sudah melegenda, yaitu "bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh".

Semoga ekonomi kita semakin jaya dan bisa menghadirkan manfaat yang sebaik-baiknya bagi Nusa dan Bangsa!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun