Mohon tunggu...
Sarah Mutiara
Sarah Mutiara Mohon Tunggu... Lainnya - Just the ordinary girl who believe in Allah, the dreamer, love to write, try to do the best, be better person, and never give up

"Don't be the person with strong intentions and zero action. Start now, start right here, you are all you need"

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

"Apa Kita Lagi Berada di Quarter Life Crisis?"

29 Januari 2022   20:20 Diperbarui: 29 Januari 2022   20:29 603
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hai, gimana kabarnya? Engga terasa yaa udah ketemu weekend lagi, kayaknya baru kemarin hari Senin. Hari ini ketemu hari Sabtu lagi nih, ada jadwal di malam minggu ini belum? Mungkin yang cowok mau main ke tempat ceweknya dan yang cewek lagi bersiap mau diapelin sama cowoknya hehe.

Atau mungkin lagi rebahan di kamar sambil scrolling sosial media dan liat berbagai aktivitas teman-teman kita? Mungkin ada teman kita yang lagi kencan sama pacarnya, sibuk urus pernikahannya, sibuk menjalani kehidupan rumah tangganya. Mungkin juga ada yang lagi sibuk meeting dengan client penting, beli rumah atau kendaraan baru, pergi berlibur ke luar kota atau luar negeri.

Kalau lagi liat begitu membuat kita tersadar. Waahh waktu enggak terasa yaa.. Rasanya baru kemarin kita belajar jalan, bicara, mengenal warna & binatang. Rasanya baru kemarin masuk sekolah, ikut orientasi mahasiswa baru, jadi karyawan baru. Ternyata saat ini kita sudah memasuki usia 20an! 

Usia 20an: usia dimana kita mulai menghadapi dunia luar sendirian, mendengar berbagai sudut pandang dari orang lain, berbagai ‘tuntutan’ yang menuntut kita harus begini dan begitu. Ditambah lagi saat kita melihat kehidupan orang lain yang sebaya dengan kita. Akhirnya muncul pemikiran seperti:

“Kok orang lain udah bisa xxx, sedangkan aku kenapa kayak stuck di tempat ya?”

“Aku harus ngapain? Kelebihanku apa? Tujuan hidupku harus bagaimana?”

“Harus gimana lagi yaa biar aku bisa sukses? Enak kali yaa bisa sukses di usia muda kayak si xxx”

Dan pemikiran sejenisnya yang membuat kita semakin khawatir.

Pemikiran-pemikiran tersebut sebenarnya bagus untuk menentukan dan merencanakan langkah selanjutnya, namun juga bisa membuat kita cemas, khawatir dan galau berlebihan dalam menjalani kehidupan. Akhirnya timbul pertanyaan: “Apakah kita lagi berada di Quarter Life Crisis?”

Okeee, sebelumnya apa sih Quarter Life Crisis ini? Dikutip dari Alodokter.com, Quarter Life Crisis (Krisis seperempat abad) adalah periode atau masa dimana seseorang yang berusia 18-30 tahun merasa tidak memiliki arah, khawatir, bingung, dan galau akan ketidakpastian kehidupannya di masa mendatang. Biasanya kekhawatiran ini meliputi masalah relasi, percintaan, karier, dan kehidupan sosial. Quarter Life Crisis juga disertai dengan mulai mempertanyakan eksistensinya sebagai manusia di dalam kehidupan. Bahkan Quarter Life Crisis bisa membuat seseorang merasa enggak punya tujuan hidup lagi, karena enggak tau langkah apa lagi yang harus dilakuin selanjutnya. 

Setelah tau apa itu Quarter Life Crisis, timbul lagi pertanyaan: Masa sih lagi di masa itu? Emang tanda-tandanya gimana? Dilansir dari IDN Times, ternyata begini tanda-tandanya:

  1. Otak kita mulai dipenuhi pikiran: “Kenapa aku lahir dan untuk apa aku hidup di dunia?”

  2. Muncul pikiran kalau kita belum melakukan hal-hal terbaik dalam hidup.

  3. Sosial media sering membuat kita cemas dan akhirnya mulai membandingkan diri kita sendiri dengan orang lain.

  4. Kita tidak bisa lagi santai dan menganggap enteng sesuatu.

  5. Saat belanja, kita mulai berpikir ulang lagi karena merasa barang itu sudah enggak cocok dengan usia kita sekarang.

  6. Saat ngobrol dengan yang lain kita mulai menyangkal usia kita sambil bercanda atau histeris saat merasa paling tua diantara yang lain, sekaligus memuji diri sendiri kalau masih muda.

  7. Mulai muncul dilema apakah kita mau menapaki puncak karier dalam pekerjaan atau menikmati dunia selagi masih bisa.

  8. Kita membeli barang-barang branded atau mahal agar dipandang sebagai orang sukses, walau sebenarnya kita masih usaha untuk hal tersebut.

  9. Dalam hal percintaan, kita masih bingung harus bagaimana karena ada berbagai saran yang diterima.

Selain tanda-tanda diatas, ada tanda-tanda lainnya jika kita sedang berada di Quarter Life Crisis seperti sering merasa bingung tentang masa depan, susah menentukan keputusan ketika dihadapkan dengan berbagai pilihan, bingung harus hidup dengan keinginan sendiri atau ikutin tuntutan orang lain, khawatir akan tertinggal, merasa terjebak di situasi yang tidak disukai, dan berkurangnya motivasi dalam menjalani kegiatan sehari-hari.

Ternyata Quarter Life Crisis pun mengalami beberapa fase lho! Menurut peneliti dan pengajar Psikologi dari University of Greenwich, London, Dr. Oliver Robinson, ada empat fase dalam Quarter Life Crisis (QLC), yaitu:

  1. Fase Pertama: Kita akan merasa terjebak dalam suatu kondisi. Entah itu pendidikan, pekerjaan, hubungan asmara atau bahkan ketiganya. Kita akan merasa ada di suatu keadaan yang begitu menjerat dan sulit untuk keluar dari zona tersebut.

  2. Fase Kedua: Kita akan merasa dapat mengubah keadaan jadi lebih baik. Saat kita sadar sedang ada di posisi yang rentan, kita akan berusaha keras untuk mengejar target-target kita dan berusaha ubah segalanya jadi lebih baik. Nah di fase inilah kita harus hati-hati dalam melangkah. Karena jika gagal di fase ini, kita akan kembali ke fase pertama, atau bahkan bisa jadi tingkat depresi kita menjadi lebih berat.

  3. Fase Ketiga: Muncul keinginan untuk mulai kehidupan yang baru. Hal ini terjadi saat ini kita berhasil mencapai satu target dalam hidup kita. Contohnya saat kita berhasil raih gelar sarjana, pasti akan terasa euphoria kebahagiaan, lega, semangat, dan bangga yang luar biasa. Namun kita tidak bisa berlama-lama disana, karena kita harus lebih semangat lagi untuk berusaha agar dapat pekerjaan impian atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

  4. Fase Keempat: Fase dimana timbul komitmen dalam diri sendiri terhadap pendidikan, pekerjaan, atau hubungan asmara yang sedang dijalani. Di fase ini, kita sudah siap untuk menghadapi berbagai tantangan dan kehidupan baru dengan segala aktivitas yang ada dalam hidup.

Setelah membaca hal-hal tersebut, kembali muncul pertanyaan. Apakah kita sudah mengalami beberapa atau bahkan semua tanda Quarter Life Crisis? Jika jawabannya iya, lantas kita sedang ada di fase Quarter Life Crisis yang mana nih? Kurasa hanya kita yang bisa jawab pertanyaan-pertanyaan tersebut.

Jika kita belum berada di Quarter Life Crisis, maka bersyukurlah, karena rasanya tidak enak berada di fase tersebut. Tapi jangan lupa untuk pelajari tanda-tandanya dan bersiap jika suatu saat mengalaminya.

Jika sedang mengalami Quarter Life Crisis, waahh rasanya luar biasa banget ya! Jujur, aku pun bingung langkah apa yang harus dilakuin selanjutnya. Namun, dikutip dari Gramedia Blog, berikut langkah-langkah yang bisa dilakukan:

  1. Kenali diri sendiri.

     Apa sih yang mau dilakukan? Apa kelebihan dan kekurangan kita? Jadiin hal tersebut sebagai evaluasi dan motivasi dalam menjalani hidup. Ternyata kita perlu untuk mengenali diri sendiri, karena jika enggak mengenalinya, kita akan mengalami banyak kesulitan saat mau menentukan apa yang harus dilakukan. Kalau masih belum kenal dengan diri sendiri, kita bisa ikut berbagai test kepribadian seperti Myers-Briggs atau Enneagram.

  1. Berhenti bandingkan diri sendiri dengan orang lain.

    Biasanya membandingkan diri sendiri diawali dengan rasa minder karena melihat kehidupan orang lain yang terlihat lebih baik dari kita. Hal tersebut manusiawi. Namun jangan dibiarkan, karena dapat membuat kita susah untuk bersyukur. Jadi, stop bandingkan diri sendiri dengan orang lain agar hidup kita juga lebih tenang dan tanpa beban.

  1. Anggap fase ini sebagai fase yang normal. 

     Anggaplah fase ini sebagai fase yang normal yang memang akan dialami oleh banyak orang. Jadi jangan khawatir agar kita tidak semakin terjebak di fase ini.

  1. Jangan berdiam diri dan jadilah produktif.

    Lakukan berbagai kegiatan yang positif, jangan hanya berdiam diri dan merenungi nasib. Banyak hal positif yang bisa dilakukan. Kita bisa lakuin hobi kita atau coba cari hobi baru. Lakukan kegiatan-kegiatan yang produktif dan kembangkan kemampuan yang ada agar kita bisa menjadi jauh lebih baik. Berusahalah untuk raih semua kesempatan yang ada di luar sana dan jangan takut gagal, karena kegagalan juga bagian dari proses kita untuk berhasil.

  1. Berbagi dengan orang terdekat dan hilangkan toxic relationship.

    Di fase ini, pasti akan muncul berbagai masalah, baik itu masalah baru maupun masalah yang telah berlalu namun muncul kembali. Tentu aja ini akan buat kita takut, kecewa, dan marah. Oleh karena itu penting banget untuk berbagi dengan orang yang dipercaya agar kita lebih tenang dan tidak merasa sendirian. Kita juga bisa membangun hubungan dengan orang lain. Namun jika kita merasa hubungan itu sudah toxic, lebih baik dilepasin aja. Jangan biarin toxic relationship membuat kamu semakin terjebak di fase ini.

  1. Buat rencana hidup dan benahi finansial kita.

     Di saat luang, kita bisa gunain waktu tersebut untuk mikirin rencana hidup dalam beberapa waktu mendatang dan benahi finansial kita. Yuk kita berusaha atur keuangan sebaik mungkin. Coba tanya ke diri sendiri: Berapa banyak biaya yang perlu digunain? Seberapa banyak yang bisa kita gunain? Lalu, buat beberapa penyesuaian seperti pengeluaran, gaya hidup, atau pekerjaan. Hal ini bisa melatih kedisiplinan, lebih mengenal diri sendiri, dan lebih fokus dengan tujuan hidup kita. Cara ini juga bisa buat kita enggak mudah tertekan dengan pencapaian orang lain. Kalau masih bingung mulai dari mana, kita bisa tanya orang sekitar yang lebih paham akan hal itu, lalu berusaha menerapkannya di hidup kita.

  1. Lebih banyak memberi.

     Ini adalah salah satu cara terbaik yang bisa dilakukan untuk menghadapi fase ini. Kadang Quarter Life Crisis terjadi karena perasaan kita yang belum cukup bekerja keras atau bermanfaat untuk orang lain. Cara mengatasinya, cobalah untuk berbagi dengan orang lain. Kita bisa berbagi ilmu atau materi ke orang lain yang lebih membutuhkan. Dengan begitu kita akan merasa lebih baik dan menyadari bahwa keadaan kita enggak seburuk yang dipikirkan. 

  1. Biarkan berjalan apa adanya.

     Serius dan fokus itu memang penting dalam hidup. Tapi jangan lupa untuk sesekali bersikap santai. Nikmati setiap alur kehidupan yang ada dengan lapang dada, apapun yang terjadi, walau kadang tidak sesuai keinginan. Dengan begitu kita bisa melatih diri sendiri agar lebih siap dan enggak mudah tertekan saat merasa hidup sedang berjalan enggak sesuai rencana.

  1. Percayalah pada masa depan.

     Percayalah bahwa kita bisa mendapatkan masa depan yang lebih baik. Percayalah bahwa apa yang kita lakuin sekarang akan menentukan masa depan. Dengan begitu kita akan semakin termotivasi untuk melakukan yang terbaik, karena kita tau kita selalu mau kehidupan yang lebih baik di masa depan.

Jika kita telah selesai mengalami Quarter Life Crisis, please lebih peka sama orang lain. Sebisa mungkin bantu orang-orang yang sedang mengalami fase ini, jangan membuatnya semakin terjebak. Seenggaknya kalau kita belum bisa bantu, diamlah! Jangan memperburuk suasana yang ada. Lebih baik fokus sama diri sendiri agar bisa lebih baik lagi kedepannya.

Well, apapun yang terjadi, jangan lupa untuk bersyukur dan selalu fokus untuk memperbaiki diri sendiri ya! Boleh terima kritik dan masukan dari orang lain, boleh kita merasa down jika sesuatu tidak berjalan sesuai rencana, namun jangan lupa untuk bangkit. 

Just rise and shine! Buktikan bahwa kita bisa mengalami semua fase dalam hidup kita dengan baik. Buktikan bahwa kita bisa meraih kehidupan yang lebih baik di masa depan. Semangaattt!! 😇

Sumber: 

Alodokter

IDN Times

https://www.gramedia.com/literasi/tentang-quarter-life-crisis-dan-cara-terbaik-untuk-melewatinya/ 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun