Fase Pertama: Kita akan merasa terjebak dalam suatu kondisi. Entah itu pendidikan, pekerjaan, hubungan asmara atau bahkan ketiganya. Kita akan merasa ada di suatu keadaan yang begitu menjerat dan sulit untuk keluar dari zona tersebut.
Fase Kedua: Kita akan merasa dapat mengubah keadaan jadi lebih baik. Saat kita sadar sedang ada di posisi yang rentan, kita akan berusaha keras untuk mengejar target-target kita dan berusaha ubah segalanya jadi lebih baik. Nah di fase inilah kita harus hati-hati dalam melangkah. Karena jika gagal di fase ini, kita akan kembali ke fase pertama, atau bahkan bisa jadi tingkat depresi kita menjadi lebih berat.
Fase Ketiga: Muncul keinginan untuk mulai kehidupan yang baru. Hal ini terjadi saat ini kita berhasil mencapai satu target dalam hidup kita. Contohnya saat kita berhasil raih gelar sarjana, pasti akan terasa euphoria kebahagiaan, lega, semangat, dan bangga yang luar biasa. Namun kita tidak bisa berlama-lama disana, karena kita harus lebih semangat lagi untuk berusaha agar dapat pekerjaan impian atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Fase Keempat: Fase dimana timbul komitmen dalam diri sendiri terhadap pendidikan, pekerjaan, atau hubungan asmara yang sedang dijalani. Di fase ini, kita sudah siap untuk menghadapi berbagai tantangan dan kehidupan baru dengan segala aktivitas yang ada dalam hidup.
Setelah membaca hal-hal tersebut, kembali muncul pertanyaan. Apakah kita sudah mengalami beberapa atau bahkan semua tanda Quarter Life Crisis? Jika jawabannya iya, lantas kita sedang ada di fase Quarter Life Crisis yang mana nih? Kurasa hanya kita yang bisa jawab pertanyaan-pertanyaan tersebut.
Jika kita belum berada di Quarter Life Crisis, maka bersyukurlah, karena rasanya tidak enak berada di fase tersebut. Tapi jangan lupa untuk pelajari tanda-tandanya dan bersiap jika suatu saat mengalaminya.
Jika sedang mengalami Quarter Life Crisis, waahh rasanya luar biasa banget ya! Jujur, aku pun bingung langkah apa yang harus dilakuin selanjutnya. Namun, dikutip dari Gramedia Blog, berikut langkah-langkah yang bisa dilakukan:
Kenali diri sendiri.
   Apa sih yang mau dilakukan? Apa kelebihan dan kekurangan kita? Jadiin hal tersebut sebagai evaluasi dan motivasi dalam menjalani hidup. Ternyata kita perlu untuk mengenali diri sendiri, karena jika enggak mengenalinya, kita akan mengalami banyak kesulitan saat mau menentukan apa yang harus dilakukan. Kalau masih belum kenal dengan diri sendiri, kita bisa ikut berbagai test kepribadian seperti Myers-Briggs atau Enneagram.
Berhenti bandingkan diri sendiri dengan orang lain.
  Biasanya membandingkan diri sendiri diawali dengan rasa minder karena melihat kehidupan orang lain yang terlihat lebih baik dari kita. Hal tersebut manusiawi. Namun jangan dibiarkan, karena dapat membuat kita susah untuk bersyukur. Jadi, stop bandingkan diri sendiri dengan orang lain agar hidup kita juga lebih tenang dan tanpa beban.