Masyarakat mulai mencari tahu bagaimana cara menerapkan gaya hidup yang lebih ramah lingkungan. Dari banyaknya cara untuk mewujudkannya, menggunakan produk-produk dengan klaim eco-friendly dan meninggalkan produk dari perusahaan dengan citra perusak lingkungan tampak seperti hal yang menjanjikan.
Kesadaran masyarakat akan permasalahan lingkungan juga memengaruhi perubahan perilaku konsumen dalam membeli produk, sehingga konsumen menginginkan produk yang ramah lingkungan (Giarti & Santoso, 2015). Maraknya promosi produk dengan klaim-klaim ramah lingkungan yang tidak berdasar seakan merusak kepercayaan masyarakat untuk mulai menerapkan gaya hidup eco-friendly.Â
Persepsi greenwashing muncul dari keyakinan para konsumen bahwa suatu perusahaan tengah melakukan tindak komunikasi untuk memasarkan produknya sebagai produk yang ramah lingkungan. Akan tetapi, klaim dalam promosi tersebut tidak diwujudkan dalam tindakan yang nyata.
Oleh karena itu, konsumen membangun persepsi negatif yang membuat mereka tidak mau membeli produk perusahaan tersebut.
Persepsi negatif terhadap klaim-klaim ramah lingkungan pada produk di pasaran dapat berdampak pada perjuangan mewujudkan Sustainable Development Goals. Ketidakpercayaan terhadap produk-produk ramah lingkungan dapat menimbulkan kecurigaan, keraguan, hingga sikap skeptis terhadap produk-produk dengan klaim serupa. Skeptisisme dalam masyarakat yang tidak diiringi literasi dan pemikiran kritis dapat membangun stigma buruk tentang produk ramah lingkungan.
Produk ramah lingkungan dapat dianggap sebagai akal-akalan industri untuk meraup lebih banyak keuntungan melalui segmen pasar penggiat lingkungan.Â
Persepsi produk ramah lingkungan yang telanjur dianggap greenwashing akan mempersulit pemasaran produk-produk yang secara nyata mempraktikkan produksi ramah lingkungan.Â
Stigma negatif tersebut dapat menurunkan minat masyarakat dalam membeli produk dari industri dengan klaim ramah lingkungan. Hal ini dapat menghambat tercapainya poin-poin SDGs terkait pilar pembangunan lingkungan. Oleh sebab itu, masyarakat perlu memiliki sumber informasi yang relevan dan terpercaya terkait isu-isu lingkungan.
Peningkatan kesadaran yang diiringi dengan aksi kepedulian terhadap kondisi lingkungan tentu sebuah kemajuan yang baik. Akan tetapi, hal ini perlu diiringi dengan pengetahuan untuk memilah informasi terkait isu lingkungan.Â
Sumber informasi terkait gaya hidup ramah lingkungan tidak bisa semata-mata didapat dari satu sumber bacaan atau sekadar berdasarkan pada omongan influencer media sosial yang tidak memiliki latar belakang relevan.
Mempercayai klaim-klaim ramah lingkungan dengan mentah-mentah tanpa terlebih dahulu melakukan riset dan validasi klaim dari berbagai sumber bacaan dapat berujung pada jebakan klaim greenwashing perusahaan.