Mohon tunggu...
Sarah Jauhari
Sarah Jauhari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Jurnalistik Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran

-

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Artikel Utama

Greenwashing, Ancaman Nyata bagi Perjuangan SDGs

12 Maret 2023   16:51 Diperbarui: 15 Maret 2023   00:02 733
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beragam aksi dan kampanye go green untuk meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap kondisi lingkungan mulai marak bermunculan. Kampanye bertemakan go green tidak terbatas pada aksi demonstrasi dengan turun ke jalan saja, tetapi juga merambah media sosial.

Topik-topik sustainable living, zero waste, eco-friendly, dan hal serupa menjadi persona tersendiri bagi akun-akun influencer di media sosial. Kampanye go green kini bukan hanya sebuah gerakan melestarikan lingkungan, melainkan telah berkembang menjadi tren dan gaya hidup dalam masyarakat.

Kemunculan akun-akun influencer yang membangun persona sebagai penggiat sustainable living dan ecofriendly menggait banyak pengikut. Influencer yang kerap dianggap sebagai key opinion leader dalam masyarakat dapat dengan mudahnya mempromosikan produk dengan klaim-klaim greenwashing tanpa riset lebih dalam terkait pembuktian klaim tersebut. 

Key opinion leader atau mereka yang dianggap sebagai sosok yang dapat dipercaya dan memiliki pengaruh terhadap massa yang besar dapat menjadi perpanjangan tangan dari praktik greenwashing industri besar.

Mereka yang terinspirasi atas dasar kesadaran menjaga lingkungan akan mengikuti gaya hidup ecofriendly yang tampak pada media sosial dengan membeli produk-produk dengan klaim eco-friendly yang dipromosikan para influencer.

Peningkatan kesadaran sebagian masyarakat akan isu lingkungan menjadi pemantik bagi industri-industri yang belum menjadikan kesejahteraan lingkungan sebagai prioritasnya. 

Penggiat sustainable living pun beralih pada produk-produk yang lebih ramah lingkungan dan menghindari produk dari perusahaan dengan industri yang terindikasi merusak lingkungan. Melihat segmen pasar gaya hidup "hijau" yang kian meningkat, perusahaan dipaksa memutar otak agar tidak kehilangan konsumennya.

Perusahaan industri berat yang kian terdesak dengan gerakan aktivisme lingkungan melakukan berbagai cara untuk memasarkan produk-produknya. Agar tetap dapat menarik perhatian publik dan tetap relevan dengan isu terkini, perushaan mulai melabeli produknya dengan jargon-jargon ramah lingkungan. Klaim biodegradable, organik, nature friendly dan jargon serupa mulai tersemat pada produk komersial.  

Hal ini dilakukan sebagai strategi perusahaan untuk mempromosikan bahwa produk serta seluruh proses produksinya tidak berdampak buruk pada lingkungan.

Hanya Sebatas Klaim Kosong

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun