Dampak pandemi Covid-19 juga berakibat pada pelajar atau mahasiswa yang terkendala biaya. Seperti realita yang terjadi, masih banyak universitas di Indonesia yang masih bermasalah dengan peringanan UKT.Â
Â
Menurut pendapat saya, seharusnya pemerintah bisa lebih memperhatikan setiap sekolah atau kampus yang masih bermasalah dengan permohonan peringanan SPP maupun UKT.Â
Seakan-akan sekolah jadi dikomersialisasikan dimana kita diwajibkan membayar biaya penuh namun tidak memperoleh fasilitas secara keseluruhan. Seperti banyak kasus terjadi yaitu permohonan UKT yang ditolak oleh pihak universitas karena dinilai dokumen kurang jelas.Â
Dan saya menilai bahwa proses untuk permohonan penurunan UKT terlihat cukup lama dan berbelit-belit. Dan pada akhirnya, yang diterima hanya sedikit. Bukankah seharusnya bisa dipermudah? Karena kondisi pandemi Covid-19, yang berdampak besar pada sistem perekonomian.Â
Karena fasilitas yang tidak digunakan oleh mahasiswa, seharusnya biaya kuliah masih bisa dipangkas. Seperti biaya listrik, listrik lebih minim penggunaanya selama masa pandemi Covid-19. Tetapi mengapa masih sulit sekali mahasiswa mengajukan penurunan UKT?
Kedua, dampak psikologis yang ditimbulkan akibat pembelajaran jarak jauh sangat banyak
Karena kondisi yang mengharuskan setiap orang untuk social distancing, mengurangi kerumunan, sehingga kondisi mental semakin  memburuk karena melakukan rutinitas yang sangat monoton dan kurang sosialisasi secara langsung. One-Dimensional Man: Studies in the Ideology of Advanced Industrial Society adalah buku tahun 1964 oleh filsuf Herbert Marcuse.Â
One Dimensional Man secara mudah bisa diartikan dengan "Manusia Satu Dimensi". Gagasan  One Dimensional Man ini timbul sebagai bentuk sikap kritis Marcuse pada masyarakat saat ini yang tidak punya power untuk melawan sistem kapitalisme.Â
Seperti saat ini, mau tidak mau kita harus menaati aturan dari pemerintah untuk menekan angka Covid-19. Sama halnya seperti pembelajaran jarak jauh, dimana pelajar menjadi terpaku dengan satu dimensi saja, yakni laptop/gadget.Â
Hal ini mempengaruhi psikologis pelajar, yang bisa jenuh karena setiap harinya dituntut untuk belajar online, harus mengerjakan tugas yang sangat banyak, dan mengganggu kondisi kesehatan seperti mata.Â