Pelecehan seksual merupakan pelanggaran atas hak asasi manusia. Orang yang merampas hak asasi orang lain adalah orang yang tidak bermoral. Orang yang tidak dapat mengendalikan dorongan seksualnya tidak menjadi lebih baik daripada "hewan". Ajing akan segera melampiaskan nafsunya ketika melihat betina sedang subur. Ia tidak perduli, tidak pernah menimbang, tidak pernah menahan, tidak pernah menunda, dll. Sedangkan kita adalah manusia yang berakal budi yang mampu menimbang, menahan, menunda, dan mengarahkan dorongan seksualnya.
Cinta tanpa keadilan kiranya bukan cinta yang sesungguhnya. Ada prinsip kesamaan, otonomi, hormat, komitmen, dan kebebasan. Seorang laki-laki yang melakukan tindakan pelecehan seksual terhadap peremuan menempatkan status dirinya berada di atas perempuan. Laki-laki berpikir bahwa mereka berkuasa atas perempuan dan tugas perempuan adalah melayani laki-laki. Konsep yang salah ini membawa pada praktek yang salah pula. Pelecehan seksual  melanggar keadilan, kebebasan, dan cinta sejati.
1. Apa Itu Seksualitas?
Sebagian diantara kita memahami seksualitas secara sempit. Seksualitas tidak dapat direduksi hanya pada seks dan dorongan nafsu manusia. Tidak heran jika banyak orang setiap kali mendengar kata seksualitas, pikiran selalu terarah kepada hubungan intim dan lekak lekuk tubuh yang seksi. Padahal seksualitas memiliki makna yang jauh lebih luas.
Seksualitas, tidak hanya terbatas pada seks, tetapi terkait dengan seluruh keberadaan kita sebagai manusia. Manusia yang utuh adalah manusia yang memiliki perasaan seksualitas. Seksualitas menyangkut penampilan diri; perasaan aman; perasaan bangga terhadap diri sendiri; Â penerimaan diri yang utuh; relasi dengan Allah, sesama, dunia, dan alam ciptaan lainnya.
2. Seksualitas Menurut Para Ahli
James Nelson menjelaskan seksualitas sebagai keberadaan kita sebagai laki-lak dan perempuan. Dengan demikian, di dalam seksualitas termaktub juga jenis kelamin dan bentuk tubuh; kelembutan; keindahan; kekuatan; hobi; kesenangan; cita-cita. Sedangkan Rolheiser memahami seksualitas sebagai "energi yang indah, baik, sangat kuat, dan suci, yang diberikan oleh Tuhan dan dialami dalam seluruh hidup kita, sebagai suatu dorongan yang tidak dapat ditekan, yang mendorong orang untuk mengatasi ketidaklengkapan, menuju kesatuan yang utuh.
Seksualitas adalah energi yang "terberi" dalam diri manusia, yang mendorong kita untuk dapat mencintai; memperhatikan; berkorban; bergembira; berkomunikasi; membangun persahabatan dengan diri sendiri, orang lain, alam, dan Tuhan.
Seksualitas itu bagaikan suatu api yang senantiasa membara, suatu energi hidup. Seksualias mendorong seorang imam mendengar dengan baik isi curhat umatnya. Atau seorang pelukis yang sungguh menikmati dan mengagumi hasil lukisannya. Seksualitas itu memampukan kita untuk mencintai dan dicintai orang lain secara mendalam. Â Hal itu senada dengan pernyataan Barbara Fiand. Ia mengatakan bahwa selibat sebagai "Cara kita mencintai dengan dicintai."
3. Perkembangan Psikoseksual