Mohon tunggu...
Eko Gondo Saputro
Eko Gondo Saputro Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Menjadikan menulis sebagai salah satu coping mechanism terbaik✨

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Mengenal Fenomena Lipstick Effect: Tren Pola Perilaku Konsumen di Tengah Krisis Ekonomi

11 November 2024   19:20 Diperbarui: 12 November 2024   06:18 430
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebut saja bentuk escapism atau kebutuhan akan pelarian. Lipstick effect sendiri seolah menggambarkan bagaimana ketika seseorang menghadapi tekanan ekonomi dan membutuhkan pelarian atas situasi tersebut. 

Mungkin kita akan bertanya-tanya lagi "jika butuh pelarian dalam tekanan ekonomi, mengapa harus tetap mengeluarkan uang untuk membeli suatu barang?

Jawabannya adalah pelarian dari barang yang sifatnya mahal dalam kondisi krisis ekonomi dan digantikan dengan "barang yang lebih kecil" namun dianggap tetap memberikan kepuasan. Sehingga konsumen merasa bahwa dengan pembelian kecil ini mereka bisa "melarikan diri" sejenak dari masalah yang lebih besar.

Namun sepertinya fenomena lipstick effect yang saat ini marak dan menjadi sebuah tren di kalangan masyarakat terjadi karena efek sosial dan FOMO (Fear of Missing Out).

Kehadiran sosial media seolah semakin mendorong banyak orang untuk membeli suatu barang agar tidak merasa tertinggal dari tren yang ada di dalam lingkungan masyarakat.

Dengan kata lain, akibat tekanan sosial tersebut konsumen akhirnya terjebak dalam keinginannya untuk tetap "terlihat" secara sosial melalui pembelian suatu barang yang bahkan bisa dikatakan tidak sepenuhnya rasional baik secara kebutuhan maupun finansial.

Secara keseluruhan lipstick effect ini menunjukkan bahwa perilaku konsumen bukan hanya soal kondisi ekonomi maupun finansial seseorang saja, tetapi juga menyangkut soal kebutuhan psikologi dan emosional seseorang. 

Banyak dari perilaku ini yang berakar dari keinginan untuk merasa memiliki kontrol atau makna dalam hidup mereka, meskipun dalam kondisi ekonomi yang sedang tidak baik-baik saja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun