Mohon tunggu...
Eko Gondo Saputro
Eko Gondo Saputro Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Menjadikan menulis sebagai salah satu coping mechanism terbaik✨

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Mengenal Fenomena Lipstick Effect: Tren Pola Perilaku Konsumen di Tengah Krisis Ekonomi

11 November 2024   19:20 Diperbarui: 12 November 2024   06:18 933
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Lipstick Effect (KOMPAS/SUPRIYANTO)

Ia menemukan bahwa ketika dalam kondisi ekonomi terbatas, wanita tetap akan berbelanja secara royal pada sebuah lipstick dengan merek ternama yang kemudian akan digunakan "di depan umum" serta mengabaikan produk-produk kecantikan lainnya yang memiliki harga lebih mahal tetapi hanya diaplikasikan "di dalam rumah" saja.

Fenomena ini kemudian menjadi sebuah objek observasi yang dilakukan untuk melihat perilaku konsumen selama masa sulit, terutama ketika resesi atau depresi ekonomi. Hingga akhirnya istilah ini semakin dikenal dunia berkat Leonard Lauder, presiden dari brand kosmetika Este Lauder yang mencatat fenomena ini selama resesi di awal tahun 2000-an.

Dalam pengamatannya, Lauder melihat bahwa meskipun penjualan dari barang-barang menurun imbas dari resesi ekonomi yang terjadi, tetapi produk kosmetik seperti lipstick ini justru mengalami peningkatan.

Lauder menyebut bahwa ketika ekonomi sulit, banyak orang yang akan mencari cara yang mudah untuk tetap merasa "mewah" tanpa harus merogoh kocek yang besar untuk sebuah barang-barang branded, tetapi cukup dengan membeli barang kecil seperti lipstick dari merek kenamaan.

Sebelum fenomena ini populer, sebenarnya terdapat penelitian yang dilakukan selama the great depression tahun 1930 di mana penelitian tersebut menunjukkan bahwa penjualan lipstick tidak mengalami penurunan meskipun ekonomi sedang dalam kondisi yang terpuruk.

Sehingga hal ini yang menjadi dasar dalam mendukung persepsi tentang meskipun masyarakat sedang menghadapi masa-masa sulit seperti resesi ekonomi sekali pun, mereka (konsumen) akan tetapi mencari bentuk hiburan "kecil" atau kemewahan yang bisa dijangkau dan lipstick sendiri dianggap menjadi simbol dari kemewahan kecil tersebut.

Bahkan ketika krisis ekonomi global terjadi pada tahun 2008, penjualan produk-produk kosmetik seperti lipstick ini tetap kuat bertahan dalam terpaaan badai krisis tersebut. Sehingga hal ini membuat istilah lipstick effect semakin diakui sebagai sebuah fenomena ekonomi yang nyata dan mulai menjadi perhatian para ekonom hingga pelaku bisnis.

Lebih lanjut lagi, fenomena lipstick effect dalam dunia akademik dianggap mencerminkan aspek psikologi konsumen yang lebih kompleks. Di mana kebutuhan emosional dan sosial terkadang bisa mengalahkan rasionalitas finansial. 

Lipstick effect kemudian lahir menjadi sebuah ilmu yang menjelaskan tentang fenomena perilaku konsumen dalam pola belanja khususnya ketika dalam kondisi ekonomi yang sulit.

Menjadi tren pola perilaku konsumen masa kini

Fenomena lipstick effect ini sebenarnya sebuah anomali yang masih perlu dikaji lebih lanjut. Sayangnya saat ini fenomena tersebut berkembang menjadi sebuah tren dalam masyarakat. 

Jika digali lebih lanjut dalam aspek keilmuan, memang lipstick effect sendiri lebih mengarah pada pola perilaku konsumen yang berhubungan dengan kondisi psikologis seseorang ketika dalam situasi yang sulit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun