Mohon tunggu...
Eko Gondo Saputro
Eko Gondo Saputro Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Menjadikan menulis sebagai salah satu coping mechanism terbaik✨

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Fenomena Anti-Intelektualisme di Kalangan Anak Muda: Dampak Teknologi hingga Matinya Kepakaran

15 Oktober 2024   09:03 Diperbarui: 15 Oktober 2024   09:20 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Besaran angka ini mungkin salah satu penyebabnya datang dari dampak teknologi yang menyebabkan mereka tau berbagai hal informasi sehingga menciptakan kegelisahan eksistensial.

Rollo May, seorang psikolog eksistensial terkemuka asal Amerika pada tahun 1960-an telah memprediksi tentang masa depan anak muda yang akan sangat mudah mencari tentang sebuah kepastian tentang dunia luar yang dalam hal ini adalah kemudahan untuk memperoleh informasi melalui internet.

Overload informasi ini akan menciptakan kegelisahan eksistensial, karena orang merasa "tahu segalanya" tetapi tidak menemukan makna yang dalam dari kehidupannya. Kemudian hal ini dapat menyebabkan seseorang sulit untuk memilah mana yang penting dan bermakna serta mematikan rasa ingin tahunya.

Akibatnya, anak muda akan lebih mudah merasa cemas, frustrasi , dan tidak puas karena mereka terus mengejar jawaban yang pasti. Kesulitan mendengarkan diri sendiri, lebih banyak mencari validasi eksternal, dan dalam kehidupannya penuh distraksi sehingga akhirnya sulit meluangkan waktu untuk memahami emosi, tujuan, dan pertanyaan ekisistensialnya.

Matinya rasa ingin tahu juga menyebabkan hilangnya sense of wonder pada alam dan sains. Kemudahan memperoleh akses jawaban secara langsung dan cepat, membuat banyak anak muda yang tidak suka untuk mengeksplorasi berbagai infomrasi tentang hal-hal yang berbau ilmiah. Hal lainnya juga disebabkan oleh terbiasanya mereka memperoleh informasi yang disajikan secara instan tanpa adanya proses perenungan.

Teknologi dan kemudahan memeproleh informasi bukan menjadi satu-satunya masalah. Kehadiran konten kreator dan influencer yang saat ini berperan sebagai media penyampaian informasi dengan lebih mudah lagi juga menjadi sebuah masalah yang tak kalah besarnya.

Jika seseorang masih harus memberikan sedikit usahanya untuk mencari informasi melalui internet, saat ini ada konten kreator dan influencer yang siap merangkum, mengupas, dan mengemasnya dalam bentuk audio visual. Saat ini banyak anak muda yang lebih memilih mendengarkan mereka dibandingkan harus mencari informasi di laman internet.

Membaca buku dianggap tabu, informasi berputar dengan cepat, overload informasi, dan saat ini mungkin kita akan dihadapkan pada resiko bencana bahwa anak muda nantinya mungkin lebih percaya konten kreator dan influencer dibandingkan pakar atau para ahli.

Apalagi hal ini semakin dinormalisasikan oleh pemerintah kita. Tak jarang pemerintah saat ini lebih gemar menggandeng artis, konten kreator, hingga influencer sebagai sebuah magnet daya tarik. Maka, anak muda saat ini akan semakin diyakinkan bahwa mereka adalah sosok panutan yang sudah "teruji" kebenarannya tanpa harus mencari tahu lebih lanjut.

Tom Nichols dalam bukunya yang berjudul "The Death of Expertise" lebih lanjut menjelaskan bahwa masyarakat modern memiliki kencendrungan untuk monolak dan meremehkan pengetahuan para ahli.

Hal ini disebabkan oleh tren konten kreator dan influncer yang diperkuat oleh kemudahan akses informasi melalui internet, sehingga memberikan kesan bahwa setiap orang bisa menjadi "pakar" dalam bidang tertentu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun