Sistem pembayaran dalam transaksi jual-beli di Pasar Papringan juga terbilang tak kalah menarik, di mana disini pengunjung tidak menggunakan uang tunai konvesional yang biasa digunakan sehari-hari melainkan sebagai gantinya menggunakan potongan bambu berbentuk koin untuk menjadi mata uang khusus atau yang disebut dengan koin pring.
Saat pengunjung tiba di Pasar Papringan, mereka dapat menukarkan uang tunai tersebut dengan koin pring di loket yang telah tersedia. Nantinya uang yang ditukarkan akan terpecah menjadi pecahan kecil seperti Rp 1.000 atau Rp 2.000 per pringnya.Â
Jika pengunjung masih memiliki sisa koin pring, mereka dapat menukarkannya kembali di loket penukaran atau bisa juga disimpan sebagai kenang-kenangan dari berwisata di Pasar Papringan.
Tidak hanya menawarkan pengalaman berbelanja yang unik dan menarik saja, Pasar Papringan ini juga memiliki daya tarik karena dibuka atau diadakan setiap 35 hari sekali, mengukuti kalender jawa yaitu pada hari Minggu Wage dan Minggu Pon. Tentu saja hal ini semakin menarik rasa penasaran pengunjung dan wisatawan untuk datang ke pasar Papringan ini.
Maka tidak mengherankan jika Pasar Papringan terus mengalami perkembangan yang pesat sejak kemunculannya. Kini, Pasar Papringan telah menjadi salah satu destinasi wisata yang diminati banyak wisatawan baik lokal maupun mancanegara karena keunikannya tersebut.
Pasar Papringan juga mampu memberikan dampak positif dan signifikan bagi masyarakat Dusun Ngadiprono dan sekitarnya. Di mana keberadaan pasar ini mampu meningkatkan ekonomi masyarakat setempat, terutama bagi para petani, pengrajin, dan pengusaha kecil.
Selain dampak ekonomi, pasar ini juga bisa menjadi tempat untuk pelestarian budaya khususnya budaya Jawa yang saat ini terus tergerus oleh perkembangan zaman.Â
Dengan menampilkan susana budaya Jawa yang kental, aktivitas seni dan budaya, hingga menjual berbagai produk tradisional, seolah menjagi panggung untuk mengenalkan budaya Jawa kepada masyarakat.
Keberhasilan Pasar Papringan ini juga dapat membuka peluang bagi daerah-daerah yang memiliki kekayaan sumber daya alam yang indah dan asri untuk dapat mengembangkan konsep serupa yaitu memanfaatkan potensi alam dan budaya lokal untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H