Mohon tunggu...
Eko Gondo Saputro
Eko Gondo Saputro Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Menjadikan menulis sebagai salah satu coping mechanism terbaik✨

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Menyelami Keunikan Pasar Papringan Temanggung, Wisata Belanja dengan Suasana Jawa Tempo Dulu

18 Agustus 2024   23:41 Diperbarui: 19 Agustus 2024   00:59 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Instagram/@bamb00_foundation

Ditengah kemajuan zaman, saat ini manusia justru banyak yang menggemari hal-hal yang berbau vintage. Bukan hanya soal keunikannya saja, tetapi banyak dari mereka yang seolah ingin merasakan suasana masa lampau melalui sebuah barang, style atau gaya, tempat, bahkan hidangan kuliner.

Di saat banyak orang yang berlomba-lomba untuk paling 'ngetren' dalam kehidupan sosialnya, tetapi tak sedikit orang-orang yang justru memilih hal-hal yang sifatnya 'jadul' sebagai sesuatu yang unik dan berbeda dari yang lain. Walaupun terasa seperti asing, tetapi justru disinilah letak nilai dari hal-hal yang berasal dari masa lalu.

Begitu juga dalam objek wisata. Walaupun banyak daerah yang berlomba-lomba menciptakan berbagai objek wisata kekinian untuk menarik minat wisatawan, tetapi nyatanya masih ada daerah yang justru menawarkan wisata dengan nuansa budayanya yang kental ala tempo dulu namun dibalut dengan konsep yang modern agar lebih menarik.

Seperti Pasar Papringan yang terletak di Dusun Ngadiprono, Desa Ngadimulyo, Kecamatan Kedu, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. Salah satu destinasi wisata yang unik dan menarik, terutama bagi mereka yang ingin merasakan suasana pasar tradisional namun dengan sentuhan alam dan kebudayaannya kental.

Pasar Papringan sendiri didirikan pada tahun 2015 oleh komunitas lokal yang ingin menghidupkan kembali lahan bambu yang sebelumnya kurang dimanfaatkan dan justru dianggap angker oleh penduduk setempat. Sehingga mereka ingin menjadikan hutan bambu tersebut menjadi lebih produktif dan bisa bermanfaat bagi masyarakat sekitar.

Ditambah lagi seiiring dengan kesadaran akan pentingnya melestarikan alam dan meningkatkan ekonomi lokal, lahirlah sebuah ide untuk menciptakan pasar tradisional dengan corak alam dan kebudayaan khas jawa tempo dulu yang kental, yang memiliki satu tujuan yang sama yaitu untuk melestarikan lingkungan dan budaya Jawa.

Dalam praktiknya, konsep ramah lingkungan dari pasar Papringan ini bisa dilihat melalui penggunaan kemasan ramah lingkungan seperti daun pisang dan anyaman bambu, pengelolaan sampah yang baik untuk kemudian dikelola menjadi kompos, hingga penggunaan material alami pada fasilitas dan dekorasinya yang kemudian semakin menonjolkan kesan tradisional dan suasana tempo dulu.

Pasar Papringan yang Tengah Hit di Kalangan Wisatawan/ viva.co.id
Pasar Papringan yang Tengah Hit di Kalangan Wisatawan/ viva.co.id

Sesuai namanya, "Papringan" sendiri berasal dari kata "pring" atau yang dalam Bahasa Jawa berarti "bambu". Pasar ini berlokasi di tengah hutan bambu yang asri dan tenang, yang dibalut dengan berbagai elemen kebudayaan Jawa seperti alunan musik tradisional gamelan, para pedagangnya yang mengenakan pakaian tradisional, hingga dekorasi bernuansa Jawa tempo dulu, dapat memberikan pengalaman yang sangat berbeda bagi mereka yang datang ke pasar Papringan ini.

Produk yang dijual di Pasar Papringan juga beragam, tetapi yang pasti adalah semua produk tersebut memiliki nilai kebudayaan Jawa yang kuat. Mulai dari berbagai jenis kuliner dan jajanan tradisional yang dibuat oleh penduduk lokal setempat dengan resep turun-temurun, kerajinan tangan yang berasal dari bambu, anyaman, dan batik, serta hasil pertanian lokal setempat seperti buah-buahan, sayuran organik, hingga rempah-rempah.

Sistem pembayaran dalam transaksi jual-beli di Pasar Papringan juga terbilang tak kalah menarik, di mana disini pengunjung tidak menggunakan uang tunai konvesional yang biasa digunakan sehari-hari melainkan sebagai gantinya menggunakan potongan bambu berbentuk koin untuk menjadi mata uang khusus atau yang disebut dengan koin pring.

ANTARA FOTO/ANIS EFIZUDIN
ANTARA FOTO/ANIS EFIZUDIN

Saat pengunjung tiba di Pasar Papringan, mereka dapat menukarkan uang tunai tersebut dengan koin pring di loket yang telah tersedia. Nantinya uang yang ditukarkan akan terpecah menjadi pecahan kecil seperti Rp 1.000 atau Rp 2.000 per pringnya. 

Jika pengunjung masih memiliki sisa koin pring, mereka dapat menukarkannya kembali di loket penukaran atau bisa juga disimpan sebagai kenang-kenangan dari berwisata di Pasar Papringan.

Tidak hanya menawarkan pengalaman berbelanja yang unik dan menarik saja, Pasar Papringan ini juga memiliki daya tarik karena dibuka atau diadakan setiap 35 hari sekali, mengukuti kalender jawa yaitu pada hari Minggu Wage dan Minggu Pon. Tentu saja hal ini semakin menarik rasa penasaran pengunjung dan wisatawan untuk datang ke pasar Papringan ini.

Maka tidak mengherankan jika Pasar Papringan terus mengalami perkembangan yang pesat sejak kemunculannya. Kini, Pasar Papringan telah menjadi salah satu destinasi wisata yang diminati banyak wisatawan baik lokal maupun mancanegara karena keunikannya tersebut.

Pasar Papringan juga mampu memberikan dampak positif dan signifikan bagi masyarakat Dusun Ngadiprono dan sekitarnya. Di mana keberadaan pasar ini mampu meningkatkan ekonomi masyarakat setempat, terutama bagi para petani, pengrajin, dan pengusaha kecil.

Selain dampak ekonomi, pasar ini juga bisa menjadi tempat untuk pelestarian budaya khususnya budaya Jawa yang saat ini terus tergerus oleh perkembangan zaman. 

Dengan menampilkan susana budaya Jawa yang kental, aktivitas seni dan budaya, hingga menjual berbagai produk tradisional, seolah menjagi panggung untuk mengenalkan budaya Jawa kepada masyarakat.

Keberhasilan Pasar Papringan ini juga dapat membuka peluang bagi daerah-daerah yang memiliki kekayaan sumber daya alam yang indah dan asri untuk dapat mengembangkan konsep serupa yaitu memanfaatkan potensi alam dan budaya lokal untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun