Mohon tunggu...
Eko Gondo Saputro
Eko Gondo Saputro Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Menjadikan menulis sebagai salah satu coping mechanism terbaik✨

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Dilema Relokasi di Kawasan Wisata Ikonik: Antara Estetika Tata Ruang dan Ekonomi Pedagang

29 Juli 2024   01:54 Diperbarui: 29 Juli 2024   13:53 402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Teras Cihampelas kini merana. Sejumlah fasilitas umum rusak dan sampah berserakan di mana-mana. (Foto: iNews/BILLY MAULANA FINKRAN)

Sebenarnya kedua tempat wisata ikonik ini menghadapi permasalahan yang sama yaitu relokasi dan ditempatkan di area dengan konsep yang jauh berbeda. 

Seperti kita ketahui bahwa Malioboro dan Cihampelas identik dengan wisata jalan-jalan dengan berjalan kaki di mana wisatawan disuguhkan berbagai macam pernak-pernik oleh-oleh pada sepanjang jalan.

Kevin Lynch seorang perencana kota asal Amerika Serikat sekaligus penulis buku "The Image of the City" lebih lanjut menjelaskan tentang bagaimana cara menggambarkan citra yang kuat dan melekat bagi penduduk maupun pengunjung melalui lima elemen yaitu jalur, tepi, kawasan, simpul, dan tengaran.

Dan jika dihubungkan dengan kasus relokasi yang terjadi pada Malioboro dan Cihampelas mungkin elemen jalur dan kawasan yang paling jelas terlihat dampaknya.

Dalam elemen jalur, sebelum relokasi terjadi pedagang mungkin berada di jalur yang sering dilalui oleh wisatawan. Yang mana memang jelas bahwa kedua wisata tersebut memang identik dengan rekreasi jalan kaki pada sepanjang jalan yang berisi rentetan berbagai macam pedagang.

Dalam hal ini relokasi membuat aksesibilitas pengunjung terhadap para pedagang menjadi berubah.

Selanjutnya dampak lainnya adalah pada elemen kawasan. Di mana relokasi yang dilakukan pada tempat yang 'berbeda' dan bukan seperti sebelumnya (pada sepanjang jalan) melainkan pada sebuah area yang dinamakan teras, menyebabkan perubahan pada karakter kawasan.

Padahal karakter kawasan sendiri merupakan identitas dan kunci utama yang menarik para pengunjung untuk datang ke objek wisata tersebut.

Jika kita uraikan pada kasus yang terjadi pada relokasi pedagang di Cihampelas dan Malioboro sudah terlihat jelas bahwa relokasi yang dilakukan merubah jalur yang sering dilalui wisatawan.

Selain itu, aksesibilitas pada lokasi yang baru juga cukup menyulitkan para pengunjung sehingga membuat banyak pengunjung yang lebih memilih menghabiskan waktunya di lokasi yang lama.

Dari sisi karakter kawasan, kedua pemkot merubah kawasan dari kedua wisata ikonik ini yang semula berada di 'sepanjang jalan' menjadi suatu area lokasi (teras).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun