Bahkan masyarakat sering kali melemparkan candaan melalui sebuah uangkapan; "jika bisa sulit kenapa harus mudah", untuk mendefinisikan inefisiensi yang sering terjadi tersebut.
Ini menunjukkan bagaimana kualitas masyarakat kita dalam hal manajemen waktu. Tentu saja dari satu hal ini kemudian akan berdampak pada efisiensi dan produktivitas dari seseorang. Mungkin bagi beberapa orang ini merupakan hal yang sepele karena hanya berhubungan dengan "pola perilaku" dari seseorang.
Tetapi jika kita mengumpakan setengah dari populasi Indonesia memiliki pola perilaku seperti ini karena akibat dari "membiasakan" budaya buruk tersebut, maka pengaruhnya bukan hanya dalam lingkup kecil seperti masyarakat saja tetapi akan berdampak pada negara juga. Khususnya berhubungan dengan arah keberlangsungan dan kemajuan negeri ini.
Jika ingin terciptanya kemajuan pada negara ini, maka negara harus memiliki sistem dan budaya dalam menghargai waktu. Ketika masyarakat kita mampu menghargai waktu dengan baik, maka akan menghasilkan dampak berganda pada efisiensi dan produkvitas dari penggunaan sumber daya bahkan hingga peningkatan kualitas layanan publik.
Ketika masyarakat bisa menciptakan efisiensi dan produktivitas dalam penggunaan sumber daya, maka secara tidak langsung dapat meningkatkan potensi pertumbuhan ekonomi dari negara.
Dan ketika pelayanan publik meningkat misalnya seperti dalam sistem pendidikan dan kesehatan, maka hal ini akan mendukung terciptanya SDM yang berkualitas yang akan juga mendukung dan membangun Indonesia agar lebih baik di masa yang akan datang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H