Mohon tunggu...
Eko Gondo Saputro
Eko Gondo Saputro Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Menjadikan menulis sebagai salah satu coping mechanism terbaik✨

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Menengok Layanan Coworking Space Ramah Disabilitas yang Ada di Yogyakarta

24 Juni 2024   19:00 Diperbarui: 25 Juni 2024   05:21 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Pexels.com/Kampus Production

Tata fungsi suatu ruang atau bangunan selalu mengalami perubahan dan inovasi dari masa ke masa. Misalnya, dulu kita mengenal mall sebagai tempat untuk berbelanja kebutuhan saja, namun saat ini fungsi mall bukan hanya menyediakan tempat untuk berbelanja saja tetapi ada fasilitas hiburan, edukasi, hingga tempat untuk mengadakan acara komunitas.

Baru-baru ini Indonesia sempat dilanda tren bisnis yang menjadi peluang menjanjikan di sektor perkantoran yaitu dengan hadirnya ruang kerja bersama atau coworking space. Area yang dibuat khusus untuk para pekerja kantoran ini biasanya hadir di kota-kota besar di Indonesia seperti Jakarta karena memiliki ekosistem komunitas yang banyak.

Ternyata bisnis ini terus mengalami perkembangan yang pesat, di mana ketia tren coworking space mulai merebak pada tahun 2016 lalu, coworking space ini hanya tersedia sekitar 60 coworking space saja. Hanya dalam waktu satu tahun saja, yaitu pada tahun 2017 coworking space yang tersedia mengalami peningkatan hingga tiga kali lipat menjadi 180 coworking space.

Selain dipadang memiliki peluang bisnis yang baik, coworking space juga hadir sebagai tempat masyarakat untuk melakukan kegiatan produktif. Tentu ini dapat menghasilkan dampak berganda bukan hanya pada daerah tempat coworking space itu berada, tetapi juga bisa dirasakan oleh negara.

Ini terjadi karena coworking space identik dengan area di mana individu atau sekelompok orang (tim) dapat bekerja secara mandiri atau bersama-sama dalam satu lingkungan. 

Coworking space juga menjadi sebuah alternatif menarik bagi para pekerja, freelancer, startup, hingga perusahaan besar yang membutuhkan ruang kerja untuk memaksimalkan kinerjanya.

Pemerintah kemudian menyikapi tren coworking space ini untuk menghadirkan ruang kerja bagi masyarakat agar bisa meningkatkan produktivitasnya dan mendukung berbagai kegiatan pengembangan industri kreatif. Hingga akhirnya coworking space dengan cepat hadir di berbagai daerah di Indonesia untuk merealisasikan tujuan tersebut.

Dibalik tujuan-tujuan yang ingin dicapai melalui coworking space, terdapat hal yang tak kalah penting yaitu soal bagaimana area coworking space ini dapat diakses oleh "semua kalangan". Dalam konteks ini adalah bagi masyarakat penyandang disabilitas yang juga turut ikut andil dalam mencapai tujuan tersebut.

Salah satu penerapan kebijakan layanan coworking space yang menarik perhatian karena memperhatikan isu tersebut adalah pemerintah daerah melalui Diskominfo yang ada di Yogyakarta. 

Dengan menyediakan coworking space yang ramah bagi para penyandang disabilitas yang lebih inklusif, menghadirkan ruang kerja bagi semua masyarakat tanpa terkecuali termasuk bagi mereka yang memiliki keterbatasan.

Sumber: nutapos.com
Sumber: nutapos.com

Sebelum itu, mari kita lebih mengenal coworking space lebih lanjut

Coworking space pertama kali diinisiasikan oleh seorang wirausahawan bernama Brad Neuberg pada tahun 2005 lalu di San Fransisco, Amerika Serikat. Brad mendirikan coworking space pertamanya yang bernama "Hat Factory" setelah merasa bahwa lingkungan kerjanya yang sepi dan ingin menciptakan lingkungan kerja yang lebih kolaboratif dan sosial.

Keresahannya ini muncul ketika ia merasa bahwa bekerja sendiri seperti di rumah atau caf kurang memenuhi kebutuhannya dalam interaksi sosial dan kolaborasi dengan orang lain. 

Oleh karena itu Brad ingin lingkungan kerjanya terdapat berbagai macam profesional dari berbagai latar belakang yang bekerja bersama, sehingga dapat menciptakan kesempatan untuk bertukar ide, memperluas jaringan, hingga kolaborasi dalam proyek-proyek tertentu.

Selain ingin menciptakan lingkungan kerja yang membuka kesempatan-kesempatan tersebut, coworking space ternyata menjadi sebuah peluang bisnis yang mampu menghadirkan pilihan alternatif lain yang lebih fleksibel dan terjangkau bagi para entrepreneur baru dibandingkan menyewa kantor secara penuh dalam jangka panjang.

Kemudian inisiasi yang Brad lakukan ini menginspirasi perkembangan konsep coworking space yang ada di berbagai negara di dunia  salah satunya adalah Indonesia. pada tahun 2011 lalu, Iqbal Hanafi beserta rekannya mendirikan coworking space pertama bernama "Comma" dengan tujuan yang sama dengan Brad.

Di mana Iqbal ingin menghadirkan konsep coworking space yang sama seperti di luar negeri yaitu sebagai solusi alternatif bagi para freelancer, pekerja remote, hingga perusahaan startup yang sedang merintis, yang mencari lingkungan kerja yang fleksibel, kolaboratif, dan terjangkau.

Comma juga dianggap sebagai pionir dalam dunia coworking space di Indonesia yang memberikan solusi alternatif baru dalam dunia kerja, di mana orang-orang dapat bekerja secara independen namun dalam lingkungan kerja yang mendukung untuk kolaborasi dan pertukaran ide.

Kemudian konsep coworking space ini mulai dengan cepat berkembang di berbagai kota besar di Indonesia sebagai respon dari tren global yang menghadirkan coworking space sebagai salah satu pilihan populer bagi mereka pekerja profesional, freelancer, hingga berbagai perusahaan startup yang baru memulai bisnisnya.

Hingga akhirnya tercatat pada tahun 2022, menurut Global Cowoking Survey pengguna dari coworking space ini diperkirakan mencapai 360.000 orang. Bahkan salah satu coworking space ternama "WeWork" yang memiliki empat cabangnya di Jakarta ini memperkirakan memiliki setidaknya 658.000 anggota (tenant) pada tahun 2023.

Angka ini terus mengalami peningkatan imbas dari pandemic Covid-19 dan PPKM yang berlakukan di Indonesia sehingga membuat pola kerja masyarakat mulai beralih menjadi remote work dan banyak perusahaan yang kemudian mencari opsi untuk menekan biaya sewa kantor sehingga memilih coworking space sebagai salah satu opsi terbaik.

Sumber: Diskominfo DIY
Sumber: Diskominfo DIY

Layanan coworking space ramah disabilitas di Yogyakarta

Pada tahun 2018 lalu, Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) DIY meresmikan Diskominfo Co Working Space (DCS). Pembukaan layanan coworking space ini merupakan bentuk perhatian dari pemerintah daerah DIY terhadap munculnya berbagai macam bisnis startup di Yogyakarta.

Selain itu, coworking space ini juga menjadi fasilitas ruang kreatif bagi masyarakat Yogyakarta yang juga merupakan perwujudan dari Jogja Smart Province yang sedang dikembangkan oleh pemerintah daerah DIY.

Terlebih lagi Yogyakarta bukan hanya terkenal sebagai kota pelajar dan kota budaya saja, tetapi juga memiliki potensi yang besar dalam industri kreatifnya.

Yogyakarta juga merupakan salah satu daerah yang melahirkan banyak bisnis startup, bahkan startup kelas internasional seperti Gameloft pun melirik Yogyakarta dan membuka cabang dengan dua studionya.

Dengan melihat peluang-peluang yang ada, pemerintah daerah mengambil langkah cepat untuk bisa memanfaatkan peluang tersebut dengan mendirikan layanan coworking space. 

Harapannya melalui DCS ini, pemerintah daerah mampu memaksimalkan produktivitas masyarakat Yogyakarta khususnya bagi mereka yang bergelut di bidang industri kreatif sehingga dapat menghasilkan dampak berganda terhadap perekonomian daerah Yogyakarta.

Sumber: Diskominfo DIY
Sumber: Diskominfo DIY

Diskominfo Co working Space ini dibentuk sedemikian rupa untuk mewujudkan ruang berkarya yang ideal bagi masyarakat Yogyakarta. Tetapi yang lebih istimewa lagi dari layanan DCS ini adalah desainnya yang dibuat ramah bagi teman-teman difabel.

DCS didesain ramah difabel karena mengingat Yogyakarta yang memiliki disabilitas yang cukup tinggi terutama setelah bencana gempa yang terjadi. 

Oleh karena itu perlu membuat ruang terbuka yang ramah bagi semua orang. Melalui fasilitas seperti desain khusus pada kamar mandi, tangga, hingga jenis pintu memiliki tujuan agar dapat memudahkan teman-teman difabel dalam mengakses layanan DCS.

Terdapat fasilitas-fasilitas lainnya untuk mendukung produktivitas masyarakat mulai dari setiap ruangan yang dilengkapi dengan AC dan terkoneksi dengan internet super cepat, ruang studio bagi masyarakat yang menyukai film dan animasi, hingga mini teater yang bisa digunakan sebagai panggung untuk acara orasi, talkshow, dan panggung kesenian

Selain itu tersedia juga ruangan outdoor dengan meja, kursi, dan stop kontak yang banyak, hingga smoking area bagi masyarakat yang ingin bekerja sambil merokok. 

Sejak dibuka, DCS sudah banyak dimanfaatkan oleh berbagai komunitas untuk membuat acara workshop, pelatihan, sertifikasi, hingga temu komunitas, dan event tematik.

Sehingga harapannya DCS ini dapat menjadi inspirasi bagi pemerintah daerah lainnya untuk ikut serta dalam mendukung produktivitas dari masyarakatnya. 

Ditambah lagi dengan layanan yang ramah bagi penyandang disabilitas juga diharapkan mampu diterapkan di berbagai layananan coworking space lainnya di Indonesia dan mampu mendukung siapa saja dalam hal kegiatan produktif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun