Semua ini semakin diperparah dengan proses seleksi yang tidak melakukan crosscheck kembali terkait validitas dokumen dengan realitas yang ada.
Ini terjadi karena proses seleksi berbasis sistem dan hanya mengunggah dokumen yang dibutuhkan melalui sistem tersebut. Sehingga ini yang membuat awal permasalahan "salah sasaran" muncul dalam penyaluran KIP-K tersebut.
Ironis sekali ketika melihat kasus viral penerima bantuan KIP-K yang salah sasaran yang sedang terjadi baru-baru ini. Melihat mereka yang menyalahgunakan bantuan tersebut untuk gaya hidupnya yang hedonis membuat banyak warganet semakin geram dan memviralkan orang-orang tersebut agar jera dan tidak melakukan perbuatan tercela tersebut.
Banyak masyarakat yang menyayangkan kejadian ini bisa terjadi, terlebih dalam kasus ini juga banyak mereka yang benar-benar membutuhkan bantuan untuk bisa melanjutkan pendidikannya di perguruan tinggi harus tersingkir akibat dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab ini.
Harapannya dengan viralnya kasus tersebut, pemerintah khususnya Kemendikbudristek mampu menindaklanjuti, melakukan perbaikan, dan pengawasan terhadap jalannya program bantuan KIP-K ini.Â
Sehingga hal-hal seperti penyaluran bantuan yang salah sasaran ini bisa dihindari dan penerima yang berhak bisa mendapatkan keadilannya dan bisa melanjutkan pendidikan di jenjang perguruan tinggi ini hingga tamat.