Sejarah ekonomi industri perfilman internasional
Sama seperti mobil, listrik, dan pesawat terbang, kemunculan bioskop ternytata pada saat itu merupakan sebuah penemuan besar. Bioskop pada saat itu muncul di sebagian besar negara barat pada waktu yang bersamaan dan tersebar luassebagai sebuah bentuk pertama dari industri hiburan masa.
Pada akhir abad ke-18, sebagian besar konsumen menikmati sarana hiburan dengan cara yang informal, sembarang, dan tidak bersifat komersial.Â
Misalnya ketika melakukan perjalanan, sering kali tiba-tiba bertemu dengan seorang penghibur di pinggir jalan, atau suguhan penampilan dari pentas sandiwara keliling, badut, dan komedian ketika mengungjungi desa tertentu.
Jika ada sarana hiburan pun seperti halnya pameran musiman yang diisi oleh berbagai macam musisi, pesulap, penari, itu pun hanya tersedia di kota-kota besar yang memiliki teater resmi yang diatur ketat oleh pengusaha lokal dan nasional.
Melihat kondisi ini, negara-negara barat mulai menderegulasi industri hiburan mereka agar memungkinkan banyak pengusaha untuk terlibat di dalam bisnis dan investasi pada industri hiburan ini; misalnya dalam sebuah rangkaian teater tetap. Amerika Serikat lah yang pertama kali melakukan liberalisasi tersebut pada akhir abad ke-18.
Langkah ini juga selanjutnya diikuti oleh negara-negara Eropa selama abad ke-19. Misalnya seperti Inggris yang mulai melakukan deregulasi di tahun 1840-an dan Prancis pada akhir tahun 1860-an. Akhirnya ini menyebabkan cikal bakal kemunculan hiburan pertunjukan live komersial, formal, dan terstandarisasi yang kemudian juga menghancurkan sebagian besar hiburan tradisional.
Kemudian awal tahun 1890-an merupakan awal mula perkembangan besar industri perfilman internasional di mulai. Thomas Edison memperkenalkan kinemotograf, yang memungkinkan pengambilan gambar dan pemutaran film pada sebuah mesin slot-coin yang bisa ditonton secara individu.
Evolusi ini berlanjut dengan begitu cepat di mana pada pertengangan tahun 1890-an, Lumire bersaudara menambahkan sebuah penemuan fitur pemutaran film dan mulai memutarkan berbagai macam film dalam suasana seperti bioskop.
Gebrakan awal tersebut akhirnya mengkonfirgurasikan ulang berbagai macam teknologi yang sudah ada seperti fotografi, mengambil gambar negative dan mencetak gambar positif, roll film, seluloid, emulsi foto dengan sensitivitas tinggi, proyeksi, dan persistensi gambar yang menghasilkan film-film berkualitas yang menghibur banyak penonton pada saat itu.