Pergerakan masa ini memungkin masyarakat memiliki keterikatan satu sama lain yang kuat dalam rantai sosial karena sama-sama memiliki tujuan yang sama yaitu kemerdekaan.Â
Namun seiiring berjalannya waktu dan kemajuan yang terjadi khususnya dari sisi teknologi, membuat masyarakat sudah tidak lagi melakukan hal tersebut.
Apalagi dikalangan anak muda yang saat ini sudah mulai menghilangkan romantisme pada masa lalu dan menuju pada era digital dan kapitalisme.Â
Mereka saat ini lebih berfokus hanya pada apa yang dimilikinya sendiri, hingga akhirnya Korsel saat ini bukan lagi dikenal sebagai negera pergerakan masa tetapi menjadi negara individual.
Permasalahan individualisme ini memunculkan permasalahan lainnya. Dalam sebuah laporan lembaga kesehatan dan urusan sosial Korsel menjelaskan bahwa ada sekitar 3,1 persen orang korea berusia 19 hingga 39 tahun merupakan "kaum muda yang suka menyendiri". Jumlah itu terdiri dari 338.000 orang di seluruh negeri, dengan 40% diantaranya mulai mengasing diri sejak masa remaja.
Dari sini juga akhirnya berdampak pada hal-hal lain dalam tatanan kehidupan sosial masyarakat Korsel itu sendiri. Seperti angka pernikahan dan kelahiran yang rendah. Baru-baru ini juga korsel mengumumkan bahwa mereka berada pada fase krisis demografi yang parah bahkan sudah mencapai pada titik terendah.
Selain itu permasahalan lainnya seperti kesehatan mental yang menyebabkan angka kematian akibat bunuh diri juga terbilang tinggi. Penelitian terbaru melalui survey yang dilakukan oleh pemerintah korsel menunjukkan bahwa lebih dari 1,5 juta masyarakatnya beresiko mengalami 'lonely death' atau kematian yang diakibatkan karena kesepian.
Sehingga dibalik kemajuan yang ada, negara korsel menghadapi tantangan berat khususnya dalam tatanan sosial masyarakatnya. Permasalahan dalam kehidupan sosial masyarakat menjadi sebuah jaminan masa depan suatu negara, sehingga permasalahan sosial ini bisa menjadi boomerang bagi negara itu sendiri.
Tren aneh memilihara batu untuk hilangkan stres
Ketika pemerintah korsel masih menghadapi kesulitan mencari solusi terbaik agar dapat merubah pola hidup sosial masyarakatnya, namun justru masyarakatnya melakukan hal-hal yang justru meromantisasi permasalahan tersebut. Alih-alih mencari solusi untuk mengatasi permasalahan kesepian ini sendiri, warga Korsel malah membuatnya semakin lebih parah dan aneh.