Padahal food vlogger memiliki peran penting dalam menciptakan hubungan yang baik antara pemilik bisnis dan pembeli. Seorang food vlogger juga dapat mempengaruhi sikap dan penilaian pembeli setia ataupun calon pembeli terhadap restoran atau tempat makan tertentu.
Bagaikan maju kena mundur pun kena, saat ini tren konten kritik dari food vlogger memang menjadi serba salah bagi pemilik usaha kuliner. Di satu sisi pemilik usaha kuliner terkadang tidak mengetahui bahwa sang food vlogger mendapatkan pengalaman yang buruk di tempat usahanya.Â
Dan di sisi lain, alih-alih ingin berusaha untuk memperbaikinya melalui sebuah klarifikasi demi mempertahankan citra bisnisnya, namun warganet sudah terlanjur mengecap citra buruk pada tempat usahanya.
Belum lagi melihat respon masyarakat yang akhirnya senang melihat konten kritik ala food vlogger terasebut. Akhirnya ini yang membuat banyak content creator lainnya yang melihat isu ini sebagai sebuah 'ladang bisnis baru', yang mana dengan adanya konten ini dapat menarik banyak perhatian penonton di platform social media.
Seharusnya kehadiran food vlogger ini bukan semata-mata sebagai sebuah 'pekerjaan' yang menjanjikan saja, tetapi dapat menciptakan iklim yang baik di dalam dunia bisnis kuliner.Â
Ketika mendapatkan pengalaman yang tidak baik di sebuah restoran atau tempat makan tertentu, akan lebih baik jika kritik itu diutarakan di tempat secara langsung. Sehingga dapat menjadi masukan yang membangun bagi restoran atau tempat makan tersebut dalam meningkatkan kualitasnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H