Keajaiban ekonomi yang tercipta dari adanya bulan suci Ramadan dapat terlihat dari kesiapan Bank Indonesia (BI) dalam memenuhi ketersediaan uang tunai selama Ramadan hingga hari raya idulfitri.
Data di atas menunjukkan seberapa besar dampak bulan suci Ramadan terhadap perputaran uang yang terjadi. Di mana ini menunjukkan adanya kegiatan ekonomi yang menciptakan sebuah value dan tentunya dapat berdampak pada pertumbuhan ekonomi hingga dalam skala nasional.
Angkanya pun dapat dikatakan terbilang mengalami peningkatan dalam lima tahun terakhir. Bank Indonesia menyiapkan uang tunai untuk memenuhi kebutuhan atau permintaan selama Ramadan hingga idulfitri pada tahun 2019 sebesar Rp 160 triliun dan kemudian meningkat hingga Rp195 triliun pada tahun 2013 lalu.
Meskipun terlihat juga pada tahun 2020-2021 mengalami penurunan sebagai akibat pandemic Covid-19 yang menyebabkan aktivitas masyarakat terbatas, namun pada tahun 2022 kembali peningkatan hingga seterusnya. Dan pada tahun 2024 ini digadang-gadang BI sudah menyiapkan RP 197,6 triliun untuk Ramadan hingga idulfitri.
Ramadan dalam dimensi sosial
Ramadan hadir tidak hanya menjadi sebuah momen keajaiban bagi perekonomian nasional saja, tetapi juga dapat dilihat dari sisi sosial. Suatu hal yang tidak mengejutkan karena di bulan yang suci ini kegiatan sosial masyarakat juga mengalami peningkatan dibandingkan hari biasanya.
Mulai dari aktivitas masyarakat bertemu dengan kerabat dalam momen berbuka puasa bersama, kegiatan sosial membagikan makanan kepada masyarakat lainnya baik dalam skala yang kecil seperti lingkungan rumah hingga skala yang lebih besar yang biasanya dilakukan di jalan raya besar.
Binish Qardi dalam artikelnya "Ramadan and its soscio-economic implications" menjelaskan lebih lanjut bahwa Ramadan mempromosikan sifat kolektivisme di dalam masyarakat atau yang lebih sederhana lagi dapat dikatakan dengan istilah semangat kebersamaan.
Sifat kolektivisme ini bisa dilihat khususnya dalam hal 'makanan'. Ketika kita menjalankan ibadah puasa, maka kita dalam hal ini mencoba mengendalikan keinginan untuk mementingkan kepentingan pribadi, hal-hal negatif, dan demikian juga dengan kesejahteraan masyarakat.