Sebuah buku yang berujudul "The Innovator's Dilemma" karya Clayton Christensen memberikan catatan penting mengenai bagaimana sebuah inovasi dapat terjadi, dan mengapa para pelaku bisnis yang memimpin pasar dan pelaku lama sering kali 'gagal' memanfaatkan arus inovasi berikutnya dalam industri mereka masing-masing.
Salah satu alasan mengapa perusahan-perusahan besar mengalami kegagalan adalah 'manajemen yang baik' dari perusahan tersebut. Mungkin bagi kita akan menjadi sesuatu hal aneh ketika sebuah manajemen yang baik jusrtru ternyata bisa mengakibatkan sebuah kegagalan.
Namun manajemen yang baik ini tidak hanya berurusan dengan keberhasilan dalam mengambil keputusan penting dan manajemen sumber daya yang baik saja, tetapi adanya kecendrungan untuk menolak inovasi disruptif yang sebenernya memiliki tujuan baik agar perusahaan tersebut dapat bisa bersaing di pasaran.
Kesalahan persepi perusahaan terhadap inovasi disruptif ini juga dianggap sebagai kegagalan perusahaan dalam menerima atau mengembangangkan inovasi teknologi disruptif karena ketidakmampuan perusahaan untuk beradaptasi secara operasional maupun teknologi.
Sehingga dapat dikatakan bahwa manajemen tidak bisa mengidentifikasi tren terbaru, mengembangangkan ide-ide baru, dan melakukan reorganisasi untuk membawa teknologi baru tersebut ke dalam pasar.
Selain itu perusahaan lama biasanya juga berusaha untuk menerapkan inovasi teknologi yang sudah ada yang dianggap 'berhasil' di dalam pasar.
Seringkali anggapan bahwa teknologi baru masih terlalu baru dan memiliki kelemahan, serta belum matang bila dioperasikan oleh perusahaan menjadi dasar utamanya.
Bahkan perusahaan tak segan untuk menolak investasi berkelanjutan pada inovasi teknolagi baru tersebut karena khawatir akan gagal dipasaran dan mengalami kerugian.
Namun rasanya ini menjadi masuk akal ketika perusahaan mencoba mengukur resiko yang ada terhadap inovasi teknologi baru yang akan diterapkan.Â
Menurut Clayton Christensen yang juga merupakan seorang professor di Harvard Business School menjelaskan bahwa hampir 30.000 produk baru diperkenalkan setiap tahun, dan 95% diantaranya mengalami kegagalan.
Angka statistik ini bahkan tidak bisa dihindari pada bisnis apapun, termasuk bisa melanda pada perusahaan raksasa sekali pun seperti Google, Coca-cola, dan Colgate.Â