Mohon tunggu...
Eko Gondo Saputro
Eko Gondo Saputro Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Menjadikan menulis sebagai salah satu coping mechanism terbaik✨

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Hilirisasi Komoditas Nikel, Sebuah Ambisi Besar untuk Menjadi Pangsa Pasar Baterai EV Dunia

28 Januari 2024   13:00 Diperbarui: 29 Januari 2024   14:20 484
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: iStock/marchmeena29

Melihat nikel yang hanya merupakan satu dari lima bahan penting dalam pembuatan baterai EV, tidak membuat Indonesia sebagai negara dengan pangsa pasar nikel terbesar di dunia terabaikan begitu saja bagi para produsen pembuat mobil listrik dan baterai. 

Namun pemerintah sebagai pemangku kepentingan dan pembuat kebijakan perlu memperhatikan beberapa hal penting sebelum melihat pemanfaatan komoditas nikel sebagai sebuah peluang ekonomi jangka panjang bagi Indonesia.

Makoto Tsuchiya, seorang Assistatnt Economist di Oxford Economics dalam tulisannya yang berjudul "Rich in minerals, Indonesia dares to dream of an EV future" menjelaskan lebih dalam tentang rantai pasokan kendaraan listrik global yang dapat memberikan dampak besar terhadap perekonomian Indonesia.

Lebih lanjut lagi Makoto menyoroti tentang posisi Indonesia sebagai pasar kendaraan listrik, aliran investasi yang masuk, dan kesiapan Indonesia sebagai pangsa pasar baterai EV. 

Total penjualan mobil listrik di Indonesia mencapai lebih dari 10.000 kendaraan pada tahun 2022, namun ini hanya menyumbang 1% dari total penjualan domestik di tahun yang sama.

Pangsa pasar kendaraan listrik di Indonesia memang masih terbilang kecil, tetapi memiliki potensi besar di masa yang akan datang apabila melihat dari bertumbuhnya populasi masyarakat kelas menengah dan semakin meningkatnya angka kepemilikan mobil.

Saat ini juga Indonesia mulai dilirik oleh investor asing terutama dalam hal pengelolaan komoditas nikel. Salah satunya POSCO Holdings dan Ningbo Richin yang mulai membangun pabrik produksi nikelnya dan mulai beroperasi pada tahun 2025 nanti. 

Selain itu, Hyundai dan Wuling sebagai perusahaan kendaraan listrik juga mulai membangun dan mengoperasikan pabrik produksinya di Indonesia karena adanya masalah berat dan keamanan dari transportasi untuk membawa baterai EV.

Dari keseluruhan analisis yang dilakukan oleh Makoto dapat disimpulkan bahwa Indonesia masih belum sepenuhnya siap menjadi pangsa pasar baterai EV secara global. 

Selain karena hal-hal yang sudah disebutkan sebelumnya, Indonesia masih harus berhadapan dengan persaingan pasar dengan negara Filipina yang menempati urutan kedua sebagai penghasil nikel terbesar di dunia dan berupaya yang sama dengan Indonesia untuk menjadi pangsa pasar baterai EV dunia.

Sumber: Vinicius Mendona/IBAMA (Indonesian miners eyeing EV nickel boom seek to dump waste into the sea)
Sumber: Vinicius Mendona/IBAMA (Indonesian miners eyeing EV nickel boom seek to dump waste into the sea)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun