Mohon tunggu...
Eko Gondo Saputro
Eko Gondo Saputro Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Menjadikan menulis sebagai salah satu coping mechanism terbaik✨

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Artikel Utama

Indonesia-Korea Teken Kerja Sama LCT untuk Transaksi Ekonomi, Bisnis Antara Kedua Negara Makin Lancar?

26 Desember 2023   21:54 Diperbarui: 27 Desember 2023   07:35 699
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: shutterstock/Novikov Aleksey

Banyak orang akan mengira bahwa hubungan Indonesia dan Korea Selatan akan berkaitan erat dengan industri hiburan seperti musik dan perfilmannya. 

Anggapan ini muncul karena melihat perkembangan kedua hal tersebut yang saat ini kian hari semakin berkembang pesat di berbagai lapisan masyarakat Indonesia.

Namun yang terjadi adalah hubungan Indonesia-Korsel sudah terjalin selama 50 tahun khususnya dalam bidang ekonomi. Korea Selatan sendiri merupakan mitra strategis Indonesia dalam bidang perdangangan dan industri.

Dalam forum bisnis 50 tahun persahabatan Indonesia-Korea yang diselenggarakan pada bulan Juli 2023 lalu dijelaskan bahwa di tahun 2022, perdangangan kedua negara mencapai US$24,5 miliar dan mengalami meningkat sebesar 33,2% dibandingkan tahun 2021. 

Tidak hanya itu, pada tahun 2022 Korea menempati urutan ke-7 sebagai investor terbesar di Indonesia dengan nilai investasi sebesar US$2,29 miliar.

Sehingga dapat dikatakan bahwa hubungan kedua negara ini memang tidak sesederhana seperti sebuah fakta bahwa banyak masyarakat Indonesia yang menyukai berbagai hal yang berbau Korea saja, tetapi lebih daripada itu. 

Hubungan yang terjalin merupakan hubungan yang saling menguntungkan yang terjalin kemudian memiliki efek berganda pada perekonomian kedua negara tersebut.

Perdagangan, Industri, dan Mata Uang

Hubungan perdagangan dan industri antar kedua negara biasanya akan berhubungan dengan transaski bilateral. Transaksi bilateral ini juga akan berkaitan dengan mata uang sebagai alat penyelesaian pembayaran dan mata uang dollar secara internasional dikenal sebagai settlement currency.

Namun penggunaan dollar sebagai settlement currency memiliki kekurangan dan berdampak negatif dalam jangka panjang jika bergantung kepadanya, terutama bagi Indonesia yang banyak melakukan kegiatan ekspor-impor. 

Dan ketika bergantung pada penggunaan dollar, maka akan mempengaruhi bagaimana laju kegiatan dari ekspor-impor dengan antar negara mitra nantinya.

Sumber: Katadata/Erlina F. Santika
Sumber: Katadata/Erlina F. Santika

Data diatas menunjukkan bagiamana nilai tukar US$ terhadap rupiah selama 6 tahun terakhir. Grafik menunjukkan flutuasi yang cukup ekstrim selama masa waktu pengamatan. Dari data tersebut secara tidak langsung juga akan menggambarkan bagaimana kegiatan ekspor-impor Indonesia berjalan.

Fluktuasi yang terjadi secara terus menerus juga akan menciptakan volatilitas pada mata uang suatu negara atau ketidakstabilan harga dari mata uang sehingga memunculkan ketidakpastian dan ketidakstabilan harga yang akan dihadapi oleh para pelaku perdagangan internasional.

Oleh karena itu dalam jangka panjang, ketergantungan terhadap dollar akan memiliki dampak fundamental pada perekonomian suatu negara tersebut. Katakanlah Indonesia, ketika terjadi penguatan kurs dollar maka secara signifikan akan membuat rupiah menjadi terdepresiasi.

Ini juga akan berdampak pada kegiatan ekonomi di Indonesia. Misalnya salah satu akibat volatilitas adalah biaya impor meningkat. Ketika suatu perusahaan di Indonesia melakukan impor sebuah bahan baku yang tidak tersedia dan biaya impornya meningkat maka akan membuat ongkos produksi dari perusahaan juga akan meningkat.

Sehingga jika terjadi dalam jangka waktu yang panjang, perusahaan akan merugi dan bisa gulung tikar. Dampak ini juga akan mengenai faktor produksi lainnya seperti tenaga kerja yang akan mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK), kemudian pengangguran akan meningkat, konsumsi akan menurun, dan di akhir dampak besarnya akan dirasakan pada perekonomian Indonesia itu sendiri.

Selain itu Indonesia juga akan terkena dampak lainnya seperti beban hutang negara yang meningkat sebagai akibat dari penggunaan dollar sebagai settlement currency dalam perjanjian hutang luar negeri. 

Ketika beban utang luar negeri meningkat maka APBN akan terbebani sebagai respon dari lonjakan pembayaran cicilaan pokok utang dan bunga setiap tahunnya.

Sumber: Alamy/Stefano Spicca
Sumber: Alamy/Stefano Spicca

LCT Sebagai Solusi Mengurangi Ketergantungan Pada Dollar

Local Currency Transaction (LCT) atau sebelumnya lebih dikenal dengan istilah Local Currency Settlement (LCS) memiliki pengertian yang sama yaitu penyelesaian transaksi bilateral antara dua negara yang dilakukan dengan menggunakan mata uang dari masing-masing negara tersebut.

Sederhananya LCT merupakan sebuah kesepakatan antara dua negara terkait transaksi ekonomi yang dilakukan tanpa menggunakan mata uang dollar yang sebelumnya diakui sebagai settlement currency secara internasional tetapi diganti dengan menggunakan mata uang lokal atau mata uang dari masing-masing dari negara yang melakukan kesepakatan tersebut.

Langkah penerapan kebijakan LCT ini juga mulai dilakukan di negara-negara ASEAN termasuk Indonesia sebagai langkah meminimalisir resiko kerentanan ekonomi eksternal terhadap guncangan dari ekonomi global jika suatu negara sangat bergantung terhadap dollar sebagai mata uang penyelesaian dalam transaksi ekonomi dengan negara mitra.

Sumber: Unsplash/Jason Leung
Sumber: Unsplash/Jason Leung

Melihat kondisi pertumbuhan perekonomian global yang menujukkan pelemahan pada tahun 2023 disertai dengan berbagai tantangan baru dari ekonomi global yang sulit untuk di prediksi, Indonesia bersama negara-negara ASEAN mengambil langkah kolektif untuk memperkuat kolaborasi dan kerja sama melalui 3 Priorities Economic Deliverables (PEDs): Recovery-Rebuilding, Digital Economy & Sustainability.

Recovery rebuilding merupakan langkah yang dilakukan untuk mengekplorasi policy mix yang terkalibrasi, direncanakan dan dikomunikasikan dengan baik untuk memastikan pemulihan dan pertumbuhan ekonomi, juga demi memitigasi risiko seperti inflasi dan volatilitas aliran modal.

Salah satu strategi kebijakannya adalah dengan menerapkan Local Currency Transaction (LCT) yang bertujuan untuk menjaga dan meningkatkan stabilitas makroekonomi dan keuanga di ASEAN. 

Kementrian Koordinator Bidang Perekonomian pada September 2023 lalu telah menandatangani Nota Kesepahaman Local Currency Transaction yang bertujuan untuk menjaga stabilitas nilai tukar guna mendukung penguatan ekonomi nasional.

Nilai transaksi dan jumlah pelaku LCT terus tumbuh positif dimana pada Januari hingga April 2023 mencapai US$2,1 milliar. Sementara itu, transaksi pada tahun 2022 mencapai US$4,1 milliar atau 5 kali lebih besar dibanding total transaksi di 2020 sebesar US$797 juta. Jumlah pelaku LCT juga terdata meningkat signifikan dari 101 nasabah di tahun 2018 menjadi sebanyak 2.064 nasabah per April 2023.

Menko Airlangga juga berharap dengan adanya Nota Kesepahaman tersebut dapat menjadi legal basis pembentukan Satuan Tugas Nasional LCT sebagai perwujudan kolaborasi nasional untuk mendorong penggunaan LCT. 

Dan dapat juga meningkatkan awareness dan readiness kita bersama terhadap penggunaan LCT terutama pelaku usaha dan bermanfaat terhadap penguatan ekonomi nasional.

Penerapan LCT di Indonesia sudah dilakukan pada negara mitra seperti Malaysia, Thailand, Jepang dan Tiongkok selama beberapa tahun terakhir ini. 

Kemudian pada Desember 2023 ini, Korea Selatan menjadi negara mitra berikutnya yang melakukan implementasi kerja sama LCT dengan Indonesia guna memperlancar perdagangan bilateral antar kedua negara tersebut.

Langkah ini juga merupakan sebuah langkah strategis yang sangat tepat melihat dari posisi Korea Selatan sebagai salah satu negara mitra dagang dan investor terbesar di Indonesia. 

Selain itu juga penerapan kerja sama LCT pada negara-negara mitra membuat Indonesia setidaknya dapat mengurangi ketergantungan terhadap dollar dan dapat meminilisir resiko dari kerentanan ekonomi global.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun