Ketika berbicara mengenai kehidupan masyarakat, banyak hal-hal menarik yang dapat dikupas. Setiap harinya masyarakat selalu dihadapkan dengan berbagai macam permasalahan yang dapat menjadi sebuah ilmu baru untuk menjalani kehidupannya di esok hari kemudian.
Permasalahan ekonomi biasanya selalu menjadi masalah yang tidak akan pernah ada habisnya untuk dibahas. Baik masyarakat pada kelas bawah hingga kelas atas sekalipun, masalah ekonomi akan menjadi sesuatu hal yang perlu diperhatikan dengan baik.Â
Salah satu masalah ekonomi yang sering muncul dalam kehidupan masyarakat adalah bagimana persepsi tentang rasa "cukup" dalam mencari kekayaan yang biasanya memiliki tujuan akhir yaitu "kebahagian".Â
Dalam ilmu ekonomi tentang perilaku konsumen dijelaskan tentang bagaimana ketika kepuasaan seseorang sudah mencapai puncaknya, dan ketika ia menambah konsumsinya lagi, maka kepuasannya akan menurun.
Tetapi teori hanya sebuah teori, di kehidupan masyarakat sepertinya rasa cukup tidak bisa digambarkan dengan mudah seperti apa yang ada dalam sebuah teori. Seorang individu akan selalu merasa apa yang dicapainya belum berada pada level yang "cukup" dan tidak akan berhenti untuk mencari makna "cukup" yang sebenarnya.
Bahkan ketika berada pada level yang sudah sesuai dengan standarnya pun, seseorang pasti akan berusaha untuk mengejar standar lainnya yang dianggap sebagai sesuatu hal baru yang perlu dicapai selanjutnya. Maka, kepuasan adalah sesuatu hal tidak akan pernah bisa dicapai oleh seorang manusia ketika mereka membuat standar-standar tertentu dalam hidupnya.
Apabila dihubungkan dengan permasalahan ekonomi di lingkungan masyarakat saat ini akan erat kaitannya dengan "level finansial seseorang" dan "apakah bisa bahagia dengan level finansial tersebut?". Dua hal tersebut kemudian menjadi perdebatan dalam lingkungan masyrakat karena memiliki persepsi yang berbeda-beda terkait kedua hal tersebut.
Level Kebahagiaan dan Hedonic Treadmill