Mohon tunggu...
Eko Gondo Saputro
Eko Gondo Saputro Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Menjadikan menulis sebagai salah satu coping mechanism terbaik✨

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Mengenal "Pasir Kuarsa", Potensi Ekonomi Pulau Rempang yang Menjadi Incaran Asing

29 September 2023   10:31 Diperbarui: 2 Oktober 2023   19:12 1707
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo Credit: Pradeep Raja/Adobe Stock

Pulau Rempang adalah wilayah yang terletak di kota Batam, provinsi Kepualauan Riau yang juga merupakan rangkaian pulau besar kedua yang dihubungkan oleh enam buah jembatan Barelang. Pulau ini dikembangkan sebagai wilayah pertanian dan perikanan, selain daripada bentang alam seperti pantai-pantai yang indah sebagai daya tarik pariwisata.

Rempang juga tak lepas dari nilai sejarah yang kental. Di mana menurut peneliti BRIN, rempang ada dan diketahui keberadaannya sejak sekitar tahun 1722-1818 atau hampir 200-300 tahun yang lalu. Kehidupan di pulau Rempang, Galang dan sekitarnya bahkan sudah ada sejak zaman Kesultanan Melaka yang merupakan Kerajaan Melayu yang berpusat di Malaka.

Pulau Rempang sendiri ditinggali oleh Orang melayu Galayang, Orang Darat, dan Orang Laut. Dedi Arman, seorang peneliti BRIN juga menjelaskan bahwa pada sekitar tahun itu (1722-1818) Pusat Pemerintahan Temenggung Riau Lingga dipindahkan dari Hulu Riau (Tanjungpinang), ke pulau Bulang (dekat pulau Rempang dan Galang).

Sehingga bukti catatan sejarah ini juga menjelaskan sebuah bukti kuat bahwa suku-suku tersebut sudah lama mendiami atau tinggal di Pulau Rempang, Galang, dan sekitarnya.

Tidak hanya sejarah yang kental, pulau Rempang terkenal dengan kekayaan alamnya yang melimpah ruah. Bentang alamnya yang mendukung memberikan potensi yang besar bagi sektor pertanian dan perikanan. Selain itu juga pulau Rempang merupakan tempat penghasil minyak bumi, gas alam, bauksit, dan pasir kuarsa di daerah kota Batam.

Baru-baru ini social media dan berbagai kanal berita terus menyoroti pulau Rempang sebagai topik utama. Rencana pemerintah dalam Proyek Stategis Nasional (PSN) untuk bisa 'mengeksploitasi' kekayaan alam melimpah pulau Rempang. 

Selain rencana pembangunan Eco Park, yang menarik perhatian masyarakat adalah perusahaan asing yang berencana untuk membangun pabrik pengolahan pasir kuarsa yang ditaksir bernilai US$11,5 miliar.


Minimalisir Penambang Nakal, Bupati Lingga Alias Wello Naikkan Harga Patokan Pasir Kuarsa 100 Persen(KOMPAS.COM/HADI MAULANA)
Minimalisir Penambang Nakal, Bupati Lingga Alias Wello Naikkan Harga Patokan Pasir Kuarsa 100 Persen(KOMPAS.COM/HADI MAULANA)

Lalu, apa itu pasir kuarsa?

Pasir kuarsa atau yang lebih umum dikenal sebagai pasir silika adalah pasir yang terdiri dari dua elemen utama yaitu silika dan oksigen. Pasir kuarsa juga sangat dikenal baik dari bentuk, karakteristik, kegunaaan, lokasi dan lainnya.

Namun satu hal yang belum banyak orang tahu tentang pasir kuarsa ini. Menurut beberapa ilmuan dan literatur, pasir kuarsa berasal dari bebatuan yang mengalami proses pengikisan atau erosi selama jutaan tahun yang lalu. Erosi ini disebabkan oleh beberapa faktor seperi angin, air atau es, binatang atau biasa dikenal dengan istrilah "bio erosi".

Untuk mendapatkan sumber pasir kuarsa biasanya paling sering dilakukan dengan cara penambangan di dalam operasi tambang terbuka, tetapi pengerukan dan penambangan bawah tanah juga dilakukan.

Bijih kemudian diekstraksi dengan pemomresan yang cukup banyak untuk meningkatkan kandungan silika. Selanjutnya akan dikeringkan dan diukur untuk menghasilkan distribusi ukuran partikel yang optimal untuk diaplikasikan nantinya pada keperluan industri.

Ukuran dari pasir kuarsa juga beragam, mulai dari yang berbentuk halus hingga berbentuk bebatuan kecil. Pasir ini banyak dimanfaatkan untuk keperluan industri sebagai bahan pembuatan kaca, keramik, atau semen.

Sumber: iStockPhoto.com
Sumber: iStockPhoto.com

Potensi Ekonomi Pasir Kuarsa

The Observatory of Economic Complexity (OEC) yang merupakan perangkat visualisasi data terkemuka dunia untuk data perdagangan internasional menjelaskan bahwa pasir kuarsa dan pasir silika merupakan produk yang paling banyak diperdagangkan ke-1693 di dunia.

Pada tahun 2021, eksportir utama pasir kuarsa dan pasir silika adalah Amerika Serikat, Australia, Belgia dan Taiwan. Namun di antara tahun 2020 dan 2021 ekspor pasir silika dan pasir kuarsa tumbuh dengan pesat di Amerika Serikat (US$ 112 juta), Indonesia (US$33,2 juta), Australia (US$ 21,4 juta), Jerman (US$19,9 juta), dan Belgia (US$ 15,4 juta).

Sebaliknya, di antara tahun 2020 dan 2021, importir pasir silika dan pasir kuarsa tumbuh dengan cepat di Kanada (US$ 43,7 juta), China (US$ 37 juta), Meksiko (US$ 27,4 juta), Italia (US$ 23,4 juta), dan Taiwan (US$ 21,3 juta). 

Sehingga dapat dikatakan kelima negara ini merupakan negara-negara yang paling membutuhkan komoditas pasir kuarsa dan pasir silika yang sebagian besar tentunya digunakan untuk keperluan kegiatan industri di negara-negara tersebut.

William Miley dalam tulisannya yang menyoroti tentang peraturan lingkungan dari penambangan pasir silika (pasir kuarsa) di Minnesota dan Wisconsin. Terdapat dua poin penting tentang dampak positif dan dampak negatif tentang potensi ekonomi dari penambangan pasir kuarsa atau pasir silika ini. 

Dijelaskan bahwa dampak positif dari penambangan pasir silika (pasir kuarsa) ini dapat menciptakan lapangan pekerjaan baru dengan gaji yang tinggi dan juga dapat meningkatkan ekonomi lokal di daerah pedesaan tempat penambangan tersebut biasanya dilakukan.

Namun, manfaat ekonomi jangka panjang dari penambangan ini juga masih "belum terbukti" secara historis di seluruh dunia. Penambangan justru sebenarnya dapat menimbulkan lebih banyak kerugiannya dibandingkan manfaat dalam hal kemakmuran ekonomi masyarakat lokal maupun negara itu sendiri.

Apa yang harus dilakukan terhadap potensi ekonomi pasir kuarsa tersebut?

Lebih lanjut lagi Issac dan Mark dalam tulisannya tentang dampak ekonomi terhadap industri pertambangan pasir silika (pasir kuarsa, menjelaskan tentang potensi biaya ekonomi dari industri penambangan pasir tersebut yang digambarkan dalam bentuk opportunity cost bagi sektor ekonomi lainnya khususnya sektor pariwisata dan pertanian, yang dapat membahayakan keberlangsungan ekonomi masyarakat lokal.

Sumber: iStockPhoto.com
Sumber: iStockPhoto.com

Issac dan Mark juga membandingkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Thomas dan Donovan yang menyoroti tentang adanya "kebocoran ekonomi" yang berkaitan dengan kegiatan penambangan pasir kuarsa di wilayah barat tengah Wisconsin.

Kebocoran ekonomi ini yaitu kemungkinan adanya pendapatan yang keluar dari masyarakat tempat pertambangan dilakukan, yang seharusnya tetap di dalamnya. Potensi kebocoran ini juga dapat menyebabkan dampak negatif bagi penduduk lokal yang mungkin terkena dampak dari akvitas pertambangan tersebut.

Selain itu juga penting untuk memperhatikan lokasi penambangan. Di mana lokasi penambangan dilakukan bukan di wilayah yang secara ekslusif merupakan lahan pertanian utama atau wilayah yang menjadi tempat "mata pencaharian utama" penduduk lokal.

Lalu, bagaimana dengan Pulau Rempang?

Secara garis besar, beberapa penelitian yang menyoroti dampak ekonomi dari penambangan pasir kuarsa ini lebih menitikberatkan pada perlunya perhartian terhadap dampak negatif yang akan diterima oleh masyarakat lokal sekitar tempat pertambangan pasir itu dilakukan.

Terlebih yang terjadi saat ini adalah relokasi tempat tinggal dari masyarakat lokal yang secara nilai sejarah sudah lama menempati wilayah pulau tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh Issac dan Mark juga menjelaskan tentang bagaimana pentingnya memilih lokasi kegiatan penambangan pasir silika (pasir kuarsa) ini.

Di mana lokasi penambangan diharapkan tidak menganggu wilayah perekonomian masyarakat lokal sekitar. Namun, yang terjadi di Pulau Rempang justru sebaliknya, tidak hanya menganggu perekonomian masyarakat lokal saja tetapi mereka juga dipaksa untuk pindah dari wilayah tempat yang sudah mereka tinggali sejak turun temurun dari beberapa generasi.

Selain itu, penting untuk mempertimbangkan potensi ekonomi dari pasir kuarsa ini. Dilihat dari data OEC, saat ini Indonesia (2020-2021) merupakan negara dengan pertumbuhan tercepat kedua setelah AS dalam eksportir pasir kuarsa. 

Namun, proyek strategis nasional yang terjadi di Pulau Rempang ini justru dilakukan oleh perusahan asing yaitu China yang merupakan salah satu "importir" pasir kuarsa terbesar kedua di dunia.

Harapannya pemerintah dapat memberikan pertimbangan khususnya dari sisi ekonomi dan kesejahteraan masyarakat pulau rempang. Akan lebih baik jika pemerintah menggali potensi ekonomi Pulau Rempang yang melimpah tersebut dengan baik dan bijaksana, sehingga dapat memberikan kesejahteraan bagi masyarakat lokal dan juga dapat memberikan dampak berganda pada perekonomian Indonesia itu sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun