Data tersebut menunjukkan bahwa Indonesia menduduki peringkat ketiga dengan pertumbuhan penjualan retail e-commerce tertinggi di dunia dan peringkat kedua untuk wilayah ASEAN dengan nilai persentase 20%.Â
Ini menunjukkan bahwa banyak masyarakat Indonesia yang melakukan segala kegiatan transaksi jual-beli melalui e-commerce.
Proyeksi peluang e-commerce yang ada di Indonesia juga dapat dilihat dari nilai ekonomi sektor e-ecommerce itu sendiri. Menurut riset Google, Temasek, dan Bain & Company, bahwa nilai sektor e-commerce di Indonesia pada tahun 2022 mencapai US$59 miliar atau setara dengan 76,62% dari total nilai ekonomi digital Indonesia yang besarannya US$77 miliar.
Tak tanggung-tanggung nilai ekonomi e-commerce di Indonesia pun diproyeksikan akan mencapai US$95 miliar pada tahun 2025, yang mana peningkatannya bahkan hampir dua kali lipatnya dalam kurun waktu 3 tahun saja (2022-2025). Sehingga e-commerce ini dapat menjadi peluang bisnis yang baik dalam beberapa tahun ke depan bagi siapa pun yang ingin mulai masuk dan merambah dunia bisnis digital tersebut.
Lalu, apakah para pelaku bisnis retail di pasar harus beralih ke e-commerce?
Digitalisasi yang terjadi dalam bisnis retail masih menjadi pro dan kontra terutama bagi negara-negara yang masih minim literasi digital.Â
Dari sisi proyeksi peluang e-commerce saat ini hingga banyaknya kelebihan-kelebihan yang bisa di dapat dari sisi pelaku bisnis, namun itu tidak serta merta dapat diaplikasikan dengan baik begitu saja oleh seluruh pelaku bisnis.
Seperti halnya berita yang sempat viral beberapa waktu lalu, seorang ibu bernama Diar yang mencoba menjajaki dunia digital untuk menjual produk dagangannya yang berupa kerudung.Â
Ia melakukan live streaming di platform media sosial TikTok, namun tak ada seorang pun yang menonton live dagangannya tersebut meskipun sudah dilakukannya dari siang hingga malam hari.