Dampak ini diproyeksikan akan menjadi jauh lebih parah dalam beberapa dekade ke depan dan menyebabkan biaya ekonomi global yang secara bertahap meningkat menjadi 1% dari PDB global pada tahun 2060.
Peningkatan konsentrasi PM 2.5 akan menimbulkan dampak yang besar dalam perekonomian dunia, di mana biaya kesehatan secara global yang terkait dengan polusi udara diproyeksikan akan meningkat dari $21 miliar pada tahun 2015 menjadi $176 miliar pada tahun 2060.
Biaya kesejahteraan global terkait penyakit yang disebabkan oleh polusi udara juga diproyeksikan bernilai $2,2 triliun pada tahun 2060. Nilai ini bahkan berkali-kali lipat besarnya dibandingkan dengan biaya kesejahteraan global pada tahun 2015 yang hanya sebesar $300 miliar saja.
Konsekuensi-konsekuensi ekonomi tersebut memiliki potensi memberikan dampak terhadap kondisi pasar maupun non-pasar, sehingga perlu adanya kebijakan yang kuat. Polusi udara ini pada dasarnya tidak ada solusi dalam menguranginya, karena sumber polusi udara sendiri berasal dari kegiatan ekonomi.
Kebijakan untuk membatasi emisi polusi udara ini juga bisa melalui pemberian insentif untuk penggunaan teknologi end-of-pipe atau pemanfaatan teknologi lingkungan yang berhubungan dengan penanganan limbah sebelum dibuang ke lingkungan, menerapkan standar kualitas udara, dan penetapan harga emisi.
Langkah yang harus diambil pemerintah
Proyeksi konsekuensi ekonomi yang akan dihadapi dunia terkait dengan polusi udara memberikan sedikit arah bagaimana pemerintah harus bertindak dalam menyelesaikan permasalahan ini.
Pemerintah perlu memberlakukan kebijakan terkait standar konsetrasi partikel PM 2.5 disetiap wilayah. Artinya, pemerintah pusat perlu melakukan koordinasi dengan pemerintah daerah dalam memantau setiap kegiatan ekonomi yang berpotensi menghasilkan partikel PM 2.5 yang tinggi. Namun kebijakan ini perlu dilakukan secara ketat dan berkelanjutan, agar kualitas udara Indonesia dapat terus terjaga setiap harinya.
Sehingga dalam hal ini pemerintah lebih baik memberikan perhatian yang ekstra terhadap setiap sektor bisnis yang memiliki potensi besar menghasilkan tingkat polusi udara yang tinggi.Â
Kontrol pengawasan serta kebijakan yang ketat juga dirasa lebih dibutuhkan saat ini dibandingkan dengan mengubah moda transportasi berbahan bakar bensin menjadi transportasi bertenaga listrik.