Laporan tersebut juga memaparkan bahwa masa depan sektor kelautan bergantung kepada aset alam, ekosistem laut dan pesisir yang sehat. Terdapat empat strategi untuk ekonomi biru di Indonesia yaitu;
- Peningkatan pengelolaan aset laut dan pesisir (perikanan, mangrove, terumbu karang).
- Mobilisasi insentif dan investasi.
- Sistem yang lebih baik untuk pengumpulan dan pemantauan data.
- Membangun kembali dengan "lebih biru" setelah pandemi Covid-19.
Bagaimana dengan ekspor pasir laut dan hubungannya dengan Blue Economy?
Global Resilience Partnership berkolaborasi dengan para peneliti dari berbagai kampus terbaik dunia seperti Universitas Standford, Universitas Stockholm, dll membuat sebuah laporan tentang "Menempatkan Pasir Pantai dalam Agenda Pemberdayaan Sumber Daya Laut Berkelanjutan".Â
Dalam laporan tersebut para peneliti menekankan beberapa poin penting dalam pandangan keilmuan tentang pemanfaatan pasir pantai. Beberapa poin penting tersebut diantaranya; pasir dalam ekosistem laut, pasir dalam ekonomi kelautan, dan dampaknya terhadap lingkungan.
Pasir dalam ekosistem laut terbentuk secara alami yang bertindak sebagai penghubung dan penyangga di antarmukua darat-laut, yang secara fungsional menghubungkan ekosistem laut dan daratan sekaligus melindungi daratan dan menstabilkan garis pantai, yang dianggap sebagai salah satu strategi mitigasi risiko iklim yang paling 'hemat biaya' untuk meningkatkan ketahanan pantai.
Dalam ekonomi kelautan, pasir merupakan inti dari pecepatan industrialisasi lingkungan pesisir dan lepas pantai. Di mana dari sinilah lahir industri pengerukan yang dilengkapi dengan berbagai macam peralatan untuk menggali, mengangkut, menambang pasir yang diperlukan sebagai bahan bangunan, hingga membuang pasir tersebut.
Tujuan dari industrialisasi yang terjadi biasanya diperuntukan untuk reklamasi lahan, memperdalam saluran air dan pelabuhan, membuang sedimen yang tercemar, membangun pertahanan pantai, yang artinya 'sebagian besar' memiliki tujuan utama dalam pembangunan infrastruktur yang berhubungan dengan pertumbuhan ekonomi penduduk lokal sekitar pantai.
Namun para peneliti juga menegaskan bahwa, pada dasarnya praktik pengerukan dan penambangan pasir laut dapat mengakibatkan kerusakan habitat dan hilangnya keanekaragaman hayati, pengendapan sedimen, dan perubahan batimetri dan topografi dasar laut.Â
Hal ini menyebabkan hilangnya organisme secara langsung dan menganggu seluruh jaringan makanan, yang menyebabkan penurunan fungsi dan manfaat ekosistem, serta hilangnya ketahanan jangka panjang.
Penambangan pasir juga merupakan pendorong utama erosi pantai yang mempercepat hilangnya fungsi pelindung seperti pantai, bukit pasir, dan gundukan pasir. Hal ini juga meningkatkan kerentanan garis pantai terhadap banjir dan gelombang air laut serta membahayakan ketahanan infastruktur dan aset pesisir pantai.