5. Mereka tidak menuntut pasangannya utk bisa membaca pikiran (harus tahu tanpa diberitahu)
Tidak semua orang mpy kepekaan seperti yg kita bayangkan. Mereka perlu kita bantu utk mengenal dan memahami diri kita lebih baik, dgn cara mengkomunikasikan dgn tulus apa adanya apa yg kita pikirkan, rasakan, dan harapkan. Mengkomunikasikan bukanlah menuntut orang tsb mengikuti harapan kita.
6. Mereka punya komitmen utk menyelesaikan masalah (bukan membiarkan masalah)
Menyelesaikan masalah, bukan membiarkan masalah diselesaikan orang lain, adalah bentuk ekspresi tanggung jawab terhadap diri sendiri maupun relasi dimana masalah itu terjadi.
7. Mereka punya keinginan tulus utk melewati badai (menyelamatkan) perkawinan
Di jaman yg serba instan ini, memperbaiki barang biayanya lebih mahal daripada membeli barang baru yg sama. Jika hal itu diterapkan dalam relasi, maka kita akan terbiasa utk pergi ketika relasi memburuk, dan tidak pernah belajar memperbaiki / menguatkan relasi yg kita miliki. Imbas kebiasaan ini pada relasi perkawinan. Apakah jika bosan dgn pasangan, atau sulit komunikasi dgn pasangan, lalu kita akan cari pasangan baru?
Pertanyaan sekarang, sejauh mana kebiasaan-kebiasaan ini sudah bapak-ibu terapkan dalam memelihara relasi perkawinan?
Sejauhmana Bapak-Ibu ingin anak-anak nantinya tumbuh dan berkembang mjd pribadi yg tangguh dalam relasi yg dia bangun, baik relasi dgn dirinya sendiri, dgn orangtua, dgn teman, maupun dgn pasangan hidupnya kelak?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H