Mohon tunggu...
Hb. Sapto Nugroho
Hb. Sapto Nugroho Mohon Tunggu... Administrasi - Hidup ini adalah Pikink ( Selalu senang dan bersyukur ), sementara tinggal di Tokyo

senang berbagi cerita

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Di Balik "Wisata" Bencana

5 Juni 2012   13:02 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:22 778
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu tempat doa di Sekolah Dasar, dimana 68 anak2 terbawa tsunami dan 6 anak masih belum ditemukan

[caption id="attachment_192944" align="aligncenter" width="461" caption="Tempat yang tersapu tsunami - Onagawa, Miyagi - baru sampai tahap dibersihkan ( foto koleksi pribadi : sapto nugroho )"][/caption]

Di Gunung Merapi, Yogyakarta

Saat teman saya menawarkan untuk pergi bersama di sekitar gunung Merapi di Yogya, dia menyebutnya dengan istilah "Wisata Bencana", agak risih untuk menolak atau mengiyakannya.  Pertama yang muncul adalah menolak atau sama sekali tidak mengerti kenapa orang  "berwisata" di daerah bencana.  Di kepala saya hanya terpikir "daerah bencana itu bukan daerah wisata".

Tentu teman saya itu "bukan tanpa tujuan" menawarkan wisata bencana itu.  Teman saya menjelaskan bahwa wisata di daerah bencana punya tujuan lain.  "Wisata" di tempat bencana tujuan utama bukan "bersenang-senang melihat keadaan" akan tetapi "melihat keadaan secara langsung".  Melihat secara langsung diharapkan akan menggugah hati dan timbul suatu keinginan untuk membantu.  Rasa ingin membantu ini bisa disalurkan langsung ( tidak melalui lembaga ), akan tetapi bisa diberikan ke kepala kampung atau warga yang kebetulan di temui.  Bantuan bisa untuk membuat sumur atau membangun jembatan dan sebagainya.

Bencana memang tidak selalu ada,  di saat bencana ada maka saat yang baik juga untuk membantu yang terkena bencana yaitu dengan melakukan "wisata bencana".  Wisata bencana bukanlah tindakan yang tidak terpuji tetapi salah satu cara untuk "membantu" yang terkena bencana.

Di Tohoku Jepang

Jepang utara bagian pantai timur adalah daerah yang sangat luas yang terkena bencana gempa dan tsunami. Daerah utara timur ini disebut dengan istilah "tohoku".  Bulan Mei 2012 satu bulan yang lalu ada liburan panjang di Jepang ( hampir 10 hari ).  Meski sudah satu tahun berlalu, akan tetapi daerah yang terkena bencana baru dalam tahap pembersihan.  Daerah yang dulu menjadi tempat tinggal belumlah dapat dibangun kembali.  Pemerintah Jepang membangun rumah2 sementara yang boleh ditinggali selama dua tahun.

Saat liburan panjang di awal bulan Mei 2012 yang lalu, cukup banyak keluarga yang pergi ke daerah bencana. Banyak keluarga yang membawa kendaraan sendiri, dari plat nomor mobil bisa diketahui bahwa pemilik kendaraan berasal dari daerah lain.  Tampak seorang bapak menjelaskan ke anak2 ( mungkin menjelaskan arah datangnya air laut dan kemana tempat harus mengungsi ).

Selain melihat secara langsung daerah bencana, warga yang mengunjungi tempat bencana "selalu berhenti" di tempat yang dibuat untuk mengenang para korban, mereka meluangkan waktu untuk berdoa.  Wisata bencana memang bukan berisi bersenang-senang, tetapi salah satunya adalah "mendoakan" para korban.

Salah satu tempat berdoa di daerah bencana , Ishinomaki, Provinsi Miyagi, Jepang
Salah satu tempat berdoa di daerah bencana , Ishinomaki, Provinsi Miyagi, Jepang
Salah satu tempat berdoa di daerah bencana , Ishinomaki, Provinsi Miyagi, Jepang (foto koleksi pribadi : sapto nugroho )

Kebetulan bulan Mei yang lalu saya diajak teman untuk ke daerah Jepang Utara, salah satunya adalah berkunjung ke dearah2 bencana itu.  Teman2 saya ini sudah berkali2 ke daerah itu.  Kalau "wisata biasa" orang tidak mungkin "berkali-kali" berkunjung ke tempat yang sama.  Berkunjung ke tempat bencana berkali-kali, rupanya dilakukan untuk "mengetahui kemajuan yang sudah ada" di daerah itu.  Kemajuan yang bisa dilihat inilah yang "membuat senang" bagi pengunjung wisata bencana.

Di sekitar tempat2 dimana sering orang berhenti untuk berdoa, maka tampak beberapa orang penduduk setempat mendirikan tenda atau tempat2 kecil untuk berjualan produksi daerah setempat.  Setelah berdoa, biasanya menyempatkan diri pergi ke warung2 itu untuk membeli barang atau makanan yang dijual.  Tentu saja pembelian ini akan "membantu"  penduduk setempat yang berjualan.  Salah satu tanda kehidupan pulih kembali adalah dengan berputarnya roda ekonomi, sedikit demi sedikit.

Dua pengalaman dari dua negara yang jauh berbeda, akan tetapi sama dalam mengalami bencana ternyata ada kesamaan dalam kegiatan "Wisata Bencana".   Kata "Wisata Bencana" yang dulu bagi saya suatu kata yang saya hindari dan tidak bisa saya mengerti, ternyata punya nilai dan makna yang baik dan positif bagi pengunjung dan yang dikunjungi.

Selagi masih ada kesempatan serta ada waktu, tidak ada salahnya mengisi liburan dengan "wisata bencana".

Salah satu tempat doa di Sekolah Dasar, dimana 68 anak2 terbawa tsunami dan 6 anak masih belum ditemukan
Salah satu tempat doa di Sekolah Dasar, dimana 68 anak2 terbawa tsunami dan 6 anak masih belum ditemukan
Salah satu tempat doa di Sekolah Dasar, dimana 68 anak2 terbawa tsunami dan 6 anak masih belum ditemukan ( foto koleksi pribadi : sapto nugroho )

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun