Mohon tunggu...
Sapta Arif
Sapta Arif Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Menyukai pepuisi, cerita-cerita, kopi, dan diskusi hingga pagi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Tiga Cerita Satu Malam

1 Maret 2018   13:37 Diperbarui: 1 Maret 2018   13:42 1364
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Mereka sedang kasmaran!" teriakan Karman lagi-lagi membuat pelanggan kami menoleh kepadanya.

"Kedai kita ini memang tidak henti-hentinya mengukir kenangan ya!" ucapku sambil tertawa.

Waiters-ku yang satu ini memang sering sekali mencari tau asal-usul pelanggan di kedai kami. Terkadang dia sering menghampiri pelanggannya sekedar menanyakan alamat rumah. Tentu saja dengan pembawaannya yang kocak sehingga tidak mengganggu pelanggan kami. Bahkan pelanggan kami sering hanyut dalam pembicaraan bersama si Karman. Sampai-sampai ketika Karman tidak  masuk kerja, pelangganku pun bertanya-tanya mengenai laki-laki ini.

Belum lama aku mengenal Karman -- setidaknya seusia dengan kedai ini berdiri. Aku merasa beruntung bisa bertemu orang yang jujur seperti Karman. Kami dipertemukan karena Karman menemukan dompetku yang tertinggal di kursi Bus. Dengan percaya diri, dia mendatangi alamat yang tertera dalam kartu identitasku. Karena kejujurannya itulah, aku mengajak laki-laki yang belum kutahu asal-usulnya saat itu untuk membuka usaha. Dan sampai saat ini, kami menjadi bukan sekedar mitra kerja, lebih tepatnya keluarga.

Karman yang memang mudah bergaul, akhirnya selalu dekat dengan pelanggan kami. Semua kejadian unik tentang pelanggan kami, selalu dia bahas denganku. Kemudian dari sekian pelanggan yang datang malam ini, hanya pelanggan di meja dua puluh satu yang paling menarik bagi kami.

Perempuan itu masih terdiam dengan lembaran kertas yang dibacanya. Namun laki-laki di depannya nampak gelisah menunggu sesuatu. Bahkan kopi ini menjadi pesanan ketiganya malam ini. Berbeda dengan malam-malam sebelumnya, dua pelanggan setia kami itu nampak tegang membunuh waktu.

"Bagus!" perempuan itu berteriak girang.

Namun hanya raut keheranan yang ditampakkan oleh laki-laki di depannya. Beberapa kali lelaki itu berbicara panjang lebar -- entah tentang apa karena suaranya tidak terdengar sampai sini. Namun, berkali-kali pula perempuan di hadapannya membalas dengan tersenyum simpul. Tak ada penjelasan yang panjang, bahkan barangkali sebuah kepastian pun tak ada.

Hujan malam ini nampaknya menambah gelisah laki-laki itu. Namun perempuan di hadapannya nampak santai menikmati lembaran-lembaran kertas yang dipegangnya. Berkali-kali laki-laki itu membuka pembicaraan, namun hanya menyisakan kekakuan di meja dua puluh satu itu.

Laki-laki itu nampaknya sudah menyerah. Karena dia kembali memesan secangkir kopi cappuccinolagi.

"Perempuan memang susah Mas." tiba-tiba Karman menyeletuk pada laki-laki itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun