Mohon tunggu...
Abu Atthaila Al Jawi
Abu Atthaila Al Jawi Mohon Tunggu... Administrasi - sebuah kisah perjuangan yang perlu diceritakan, meskipun pada akhirnya ini hanyalah kisah antara aku dengan Gusti Allah

Still No One...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Al Hamra yang Tersisa di Andalusia

12 Maret 2019   08:34 Diperbarui: 14 Maret 2019   10:39 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ahad ini lain. Aku terpaksa pinjam mobil saudara. Kami kebetulan belum punya mobil. Tau lah gaji pegawai, tetap bersyukur. Berempat kami. Formasi lengkap. Jarak rumah ke GOR sekitar 4 sampai 5 kilometer.

Emaknya ngobrol sama Si Adik,

"Adik, nanti jangan nangis ya. Nanti make up nya bisa luntur".

"Oke Moms." Si Adik membalas.

Gayanya keingris-ingrisannya terpengaruh tontonan Youtube My Little Pony. Tak kuasa membendung arus informasi. Aku berusaha mengatur durasi dan contents saja.

Sepertinya dia sedang tidak gugup.  Gantian kakaknya yang duduk di depan ramai sendiri. Mencoba mengoda-goda adiknya. Biasalah kalau anak cuma dua. Kadang-kadang main bareng, tiba-tiba udah berantem. suatu ketika waktu satu lagi liburan ke tempat neneknya, yang satu kangen sampai sakit.

 Ku nyalakan radio. 97,9 FM RRI PRO 3. Kulihat Emaknya di kursi tengah, mulai membuka nasi berkat bungkus daun jati. Barusan dapat dari pengajian subuh. Pulang tadi bawa dua bungkus. Yang satu sudah duluan dimakan berdua Si Adik dan kakaknya sama sosis goreng. Alhamdulillah, kebetulan rice cooker kami sedang masuk bengkel, jadi belum sempat masak nasi tadi.

Tak banyak pilihan kanal radio di kota ini. Beberapa radio swasta berjamaah memperdengarkan lagu dangdut tak peduli siang dan malam. Tapi ada juga yang terus menerus siarkan pengajian. Radio pemerintah? Ada di 90.4 FM. Kadang meneruskan siaran RRI PRO3, kadang memutar lagu-lagu kenangan, kadang sekilas berita lokal Pacitan. Aku berfikir, kenapa peran sebagai "corong pemerintah" tidak dioptimalkan? Yang bisa menyampaikan apa yang sedang dikerjakan pemerintah. Serta menjadi salah satu media menyampaikan informasi kepada pemerintah. Apa karena ada aturan yeng membelenggu? Apa karena sedikit sekali orang yang masing mendengarkan radio? Atau karena memang radio sudah kalah bersaing dengan media yang lain? Atau memang kebijakannya bukan untuk itu? Ah sudahlah....

Aku termasuk tipe orang yang memilih mendengar radio di mobil dari pada lagu-lagu dalam CD atau flashdis. Lebih unpredictable aja. Kita tak tahu lagu berikutnya apa. Seperti hidup. Kita belum tahu yang akan terjadi nanti.   Kecuali, kalau pas lagi mudik ke Malang fullteam. Biasanya download dulu beberapa kajian ustadz-ustadz pilihan di Youtube. Mau yang santai pilih UAS. Mau yang serius, sistematis, dan detail pilih UAH. Mau dengar sejarah Islam di Turki pilih UFS. Mau dengar sejarah Islam masuk Jawa dan Mataram Islam pilih USAF. Mau yang bikin kita mikir dan selektif ambil keputusan? Dengar laporan istri. Maka dia akan bercerita sepanjang jalan. Kejadian dua belas jam yang lalu. Dari mulai perkembangan sekolah Si Adik sampai cerita Kakak Si Ketua Kelas. Mulai dari pedagang kulit pangsit satu-satunya di Pasar Minulyo sampai harga brokoli di Pasar Sayur Arjowinagun. Laporan pendapatan Toko, tagihan listrik, PDAM, dan buanyak lagi.

Ini salah satu hal yang penting untuk didengarkan. Seperti laporan berkala perusahaan yang menentukan arah kebijakan ke depan. Kita harus cermati betul, salah membaca data dan situasi pasar, maka bisa gulung tikar. Maka Aku perhatikan dengan seksama.

Ahad itu. PRO 3 RRI. Entah apa judul acaranya. Temanya aku tak tahu. Siapa pembawa acaranya pun tak kenal. Menurutku ini kanal yang lebih baik dari pada mendengarkan lagu dangdut yang kadang syair-syairnya tak pantas didengarkan anaka-anak. PARENTAL ADVISORY CONTENT. Mirip tulisan-tulisan di cover depannya kaset album Limp Bizkit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun