Analoginya begini:
Memiliki tujuan [visi] dalam pernikahan ibarat kita datang ke stasiun kereta api, menemui penjual tiket namun ketika ditanya kemana tujuannya kita bingung menjawab, ada dua kemungkinan yang akan dilakukan penjual tiket. Pertama bisa jadi si penjual tiket mengira anda “stress” dan memanggil satpam dan yang kedua bisa jadi penjual tiket akan menjual tiket dengan tujuan jarak terjauh dan anda akan naik kereta tanpa arah dan tujuan yang jelas. Alhasil perjalanan anda akan kacau.
Begitu juga dengan pernikahan, tak sedikit pasangan yang menikah tapi hanya statusnya saja suami istri, tidak ada saling keterikatan satu sama lain, tinggal serumah hanya menikmati rutinitas dan kesibukan harian tanpa ada gairah dan semangat diantaranya, tinggal bersama tapi tak seirama yang terjadi hanyalah kehidupan seperti robot atau pernikahan yang setiap hari diwarnai pertengkaran, di warnai cekcok, perbedaan pendapat, saling menyalahkan dan saling merasa benar.
Dalam membangun visi dan misi rumah tangga, tentunya dibutuhkan ilmu. Maka, dalam menikah ada syarat dan rukun, ada sunnah-sunnah, keutamaan-keutamaan, dan juga larangan. Semua itu, hanya bisa didapati dengan belajar, baik membaca, berguru, berdiskusi, ataupun sarana lain. Menikah tidak terbatas pada persoalan seks dan libido semata, namun berkaitan dengan generasi yang akan dilahirkan didalamnya.
Ilmu inilah yang menjadi salah satu jaminan panjang-tidaknya, berkah-tidaknya, bahagia-tidaknya, sebuah pernikahan. "Barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia maka wajib baginya memiliki ilmu, dan barang siapa yang menghendaki kehidupan akherat, maka wajib baginya memiliki ilmu, dan barang siapa menghendaki keduanya maka wajib baginya memiliki ilmu”. [HR. Turmudzi]
Kalau sebuah bangunan “mati” saja untuk membangunnya butuh perencanaan yang matang, kalau sebuah acara untuk satu atau dua hari saja memiliki sebuah proposal yang berisi mulai dari visi dan misi acara, proses, biaya dan hingga hal-hal detail lainnya. Lalu kenapa anda tidak menyusun visi-misi pernikahan yang mungkin akan anda lalui hingga akhir usia.
Kegagalan dalam membina rumah tangga disebabkan banyak faktor. Salah satunya bisa jadi karena dari awal menikah tidak memiliki konsep yang jelas tentang arah dan tujuan menikah. Kegagalan itu tidak terbatas kepada perceraian. Namun ketidakharmonisan dalam rumah tangga maupun bejatnya perilaku moral generasi yang dihasilkan juga indikasi gagalnya sebuah pernikahan.
Ini menjadi PR bagiku dalam mempersiapkan diri dalam menyongsong kehidupan rumah tangga nantinya. Insya Allah dengan kamu. Entah kamu-nya itu siapa, hanya Tuhan yang tahu.
*Tulisan ini juga dipost di www.sapeken.web.id
Referensi:
www.dakwatuna.com
www.keluargacinta.com
www.elmina-id.com
www.media.shafira.com
Sumber gambar:
www.slideshare.net/evalwari/seminar-pra-nikah
www.online-instagram.com/user/negeriakhirat/1549997496