Jemaat Ahmadiyah adalah sebuah organisasi murni keagamaan yang didirikan oleh Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad di desa kecil Qadian-India pada tahun 1889. Ahmadiyah bukanlah sebuah agama baru dan tidak pula sebagai gerakan kebathinan, dasar dan asas-asasnya  adalah Al-Qur'an dan sunnah Rasulullah saw, sedikitpun  tidak menganut suatu kepercayaan di luar Islam.
Jemaat Ahmadiyah berkeyakinan bahwa jika  menyimpang sejengkal saja dari ajaran Islam, maka dianggap sebagai suatu hal yang haram dan akan membawa kepada kecelakaan. Nama Ahmadiyah yang disandangnya tidak menunjukan kepada suatu agama baru melainkan dimaksudkan hanya  supaya jemaat ini dapat ditampilkan kepada dunia  nyata bedanya dari golongan lain yang juga menyebut dirinya Muslim. (Bashirudin, 2001:1) Saat ini Jemaat Ahmadiyah sudah berkembang di 213 negara (laporan Tahunan, Khalifatul Masih V, 16 Agustus 2020).
Pendiri Jemaat Ahmadiyah sangat menekankan militansi warga jemaatnya untuk taat kepada Al-Qur'an dan Nabi Muhammad Saw, sabdanya : "Adapula bagimu sekalian suatu ajaran yang penting, yaitu bahwa kamu jangan hendaknya meninggalkan Al-Qur'an seperti sebuah buku yang telah dilupakan, sebab di dalamnya terdapat sumber kehidupanmu, barangsiapa yang memuliakan Al-Qur'an akan memperoleh kemuliaan di langit, barangsiapa yang menjujung tinggi Al-Qur'an diatas segala sabda-sabda yang lain, akan dijunjung tinggi di langit. Bagi umat manusia di atas permukaan bumi ini, kini tidak ada kitab lain kecuali Al-Qur'an, dan bagi seluruh bani Adam tidak ada pedoman hidup kecuali Al-Qur'an, kini tidak ada seorang rasul dan juru syafaat kecuali nabi Muhammad Musthafa Saw, maka berusahalah kamu sekalian untuk mendambakan kecintaan yang semurni-murninya bagi nabi yang agung ini, dan janganlah memberikan suatu tempat yang lebih tinggi daripada beliau kepada orang lain, agar kamu digolongkan diantara orang-orang yang diselamatkan.(Ahmad,2019:21)
Sesuai nasihat pendiri Jemaat Ahmadiyah di atas, maka perspektif Ahmadiyah terkait perdamaian pun sepenuhnya melandaskan diri pada ajaran Islam, dan Al-Qur'an sebagai sumber primer hukum islam mengajarkan cinta dan perdamaian dalam berbagai aspek kehidupan, antara lain: Islam mengajarkan untuk hidup saling mengenal antara suku bangsa (QS 49:13), dalam membangun perdamaian Islam mengajarkan untuk senantiasa berlaku adil, dan melarang berbuat keji (QS 16:90), Islam memberikan penghormatan tertinggi kepada jiwa manusia (QS 5:32), kemudian untuk menciptakan rasa cinta dan damai diantara sesama islam menagajarkan untuk senantiasa berbuat baik terhadap semua lapisan masyarakat yang di mulai dengan menjaga lisan yang baik (QS 2:83) dan untuk menciptakan perdamaian dalam masyarakat multi kulture  islamlah yang pertamakali melarang pengikutnya untuk menghina sesembahan penganut agama lain dengan cara apapun juga (QS 6:108).
Al-Qur'an tidak hanya mengemukakan prinsip perdamaian seperti diatas, tetapi secara tegas juga memerintahkan untuk membudayakan hidup damai dalam segala bidang kehidupan, antara lain; budaya damai dalam peperangan (QS 8:6), budaya damai dalam keluarga (QS 4:128), perdamaian antar umat beragama (QS 2:256)
Ada hal spesial dari pemahaman Jemaat Ahmadiyah tentang perdamaian, yaitu menjabarkan islam rahmatan lil'alamin dalam motonya Love for All, Hatred for None (Cinta untuk Semua, Tidak Ada Kebencian untuk Siapa pun). Moto inilah yang menjiwai seluruh aktivitas Jemaat Ahmadiyah, baik dalam menjalankan organisasi, berdakwah, maupun dalam perilaku sehari-hari.
Terciptanya moto Love For All Hatred for None  pada saat imam jemaat Muslim Ahmadiyah ke III, Hadhrat Mirza Nasir Ahmad meresmikan masjid pertama di Spanyol tahun 1980. Dalam menjelaskan moto ini  beliau mengungkapkan bahwa Islam mengajarkan kepada kita untuk hidup dengan kasih sayang dan kerendahan hati. Makna dari Islam adalah damai, dan untuk mewujudkannya seorang muslim harus memiliki sifat cinta dan kasih sayang.
Untuk menciptakan sikap rendah hati, seseorang harus meniadakan kebencian terlebih dahulu dalam hatinya. jadi, cinta untuk semua juga harus dibarengi dengan meniadakan benci bagi siapapun, Pengertian ini sesungguhnya bermuara pada sifat Allah  Ar-Rahman dan Ar-Rahim.
Jemaat Ahmadiyah dengan motonya Love for All Hatred for None semakin meneguhkan usaha dakwah globalnya di seluruh dunia untuk menciptakan perdamaian. Berikut ini adalah prinsip-prinsip perdamaian yang mengemuka dari love for all hatred for none yang diamalkan oleh seluruh warga Jemaat Ahmadiyah di mana pun.
Komitment Pada Penegakan Perdamaian
Kami adalah jemaat pembawa panji perdamaian, rekonsiliasi dan harmoni, itulah sebabnya mengapa moto kami " love"for Al Hatered For None, maka dengannya pula kami memahami bahwa di era sekarang ini konsep "jihad" dengan pedang harus dihentikan, kesimpulan ini di dasarkan pada fakta yang jelas bahwa, arti literal "Islam" adalah "damai", maka ketika nama dan dasar suatu agama adalah perdamaian, mustahil bagi agama itu untuk mempromosikan atau mengizinkan apa pun yang merusak perdamaian dan kesejahteraan masyarakat (Masroor, 2018:111)
Islam adalah suci dan damai yang mengilhami agama untuk tidak menyerang pembimbing agama lain, selaras dengan itu Al-Qur'an meletakan dasar-dasar perdamian diantara semua bangsa dan menereima kebenaran semua nabi-nabi mereka (Pagam-e-sullah, Rihani Khozain, vol.23 h.459-460).
Prinsip Perdamaian antar Individu
Pertama-tama ada sebuah ajaran yang fundamental dan mendasar dari Islam, yaitu bahwa seorang muslim sejati adalah orang yang dari lidah dan tangannya bisa membuat orang lain selamat, ini adalah definisi seorang Muslim yang diberikan oleh nabi Muhammad Saw. Islam mengajarkan bahwa hanya mereka yang menggunakan lidah dan tangan mereka untuk menyebarkan ketidakadilan dan kebencian yang pantas dihukum
Prinsip Perdamaian dalam Keluarga dan Tetangga
Barangsiapa mengasingkan tetangganya dari menerima kebaikan yang sekecil-kecilnya sekalipun, ia bukanlah dari jemaatku, barangsiapa yang tidak mau memaafkan kesalahan orang yang bersalah terhadapnya, dan lagi ia seorang pendendam, ia bukanlah dari jemaatku, setiap suami yang berlaku khianat terhadap isterinya, dan setiap isteri yang berlaku khianat terhadap suaminya, ia bukanlah dari jemaatku (Ghulam Ahmad, 2019:29)
Bangunan paling mendasar untuk perdamaian dalam masyarakat adalah ketentraman dan kerukunan dalam keluarga, situasi dalam rumah memang terbatas tetapi memiliki pengaruh dalam perdamaian di lingkungan sekitarnya, yang berpengaruh pula bagi perdamaian lebih luas di suatu negara, jika terdapat gangguan dalam rumah maka berakibat negatif, bagi lingkungan setempat dan akan berefek bagi bangsa dan negara.
Prinsip Perdamaian Dalam Masyarakat Multikultur
Agama itu tidak berarti pertengkaran, penghinaan dan kata-kata kasar yang di lontarkan atas nama agama tertentu, satu kelompok yang menyerang kelompok lain seperti perilaku hewan liar dan sebentuk kelakuan buruk yang dipertontonkan atas nama agama, orang-orang demikian tidak mengetahui apa tujuan kelahiran mereka di dunia, mereka tetap saja membutakan mata dan bersikap jahat serta mengumbar kefanatikan mereka atas nama agama.
Berkhidmat kepada sesama makhluk mengandung arti bahwa kita harus berupaya demi kemaslahatan mereka dalam segala kebutuhan mereka semata-mata karena Allah, di mana hubungan saling ketergantungan satu sama lain semata-mata didasarkan pada simpati tanpa pamrih, siapapun yang membutuhkan pertolongan harus dibantu dengan segala kemampuan yang diberikan Tuhan yang dimilikinya dan harus berupaya untuk perbaikannya baik di dunia maupun di akhirat.
Daripada membatasi kebebasan beragama kita harus menyadari bahwa kita adalah bagian dari satu ras manusia yang saling terhubung, kita harus menerima keragaman dan fokus membangun persatuan sehingga perdamaian dunia dapat terwujud
Harus diingat ajaran Islam itu menyatukan umat manusia dan menumbuhkan semangat saling cinta dan hormat di antara semua orang, terlepas dari ras, agama atau latar belakang sosial. Â Ini adalah agama yang meruntuhkan hambatan dan mendorong dialog damai dan toleran. Â Jadi, tidak mungkin bagi seorang Muslim sejati untuk menganiaya atau menentang agama lain atau pengikutnya, dimana pun, dan kapan pun, Islam tidak pernah mempromosikan ekstremisme atau mendorong kekerasan dalam bentuk apa pun.
Jalan untuk menghilangkan perbedaan-perbedaan sampai batas tertentu adalah dengan dialog yang sehat dalam suasana aman dan damai serta membersihkan diri dari sifat kefanatikan, dan mutlak diperlukan penghormatan terhadap pandangan orang lain yang berbeda. (Tahir Ahmad:1984:9).
Kecaman terhadap Perilaku Terorisme.
Dimana pun dan kapan pun seorang Muslim melakukan serangan teroris atau menunjukkan segala jenis radikalisme atau perilaku fanatik, itu hanya karena ia telah menyimpang sepenuhnya dari ajaran Islam. Â Orang-orang seperti itu, dan tindakan-tindakan semacam itu, hanya mencemarkan dan menodai nama Islam yang murni. Â Dalam bab pertama dari Al-Qur'an suci, Allah Yang Mahakuasa telah menyatakan bahwa Dia adalah "penguasa semesta alam", yang menyediakan dan menopang seluruh umat manusia, Ini berarti bahwa Tuhan adalah Penyedia dan Pemelihara semua orang, terlepas dari iman atau kepercayaan mereka (Masroor,2018:3 Nov)
Konsep perdamaian Global
Kita harus ingat bahwa bangsa-bangsa di dunia, apakah mereka berasal dari Afrika, Eropa, Asia atau tempat lainnya, telah diberikan kemampuan intelektual yang besar oleh Allah Swt, jika semua pihak memanfaatkan apa yang diberikan Tuhan dengan cara terbaik untuk kemajuan umat manusia, maka kita akan menemukan bahwa dunia akan menjadi surga yang damai.
Prinsip Islam yang bersifat global untuk mengembangkan perdamaian adalah jangan mentolerir ketidak adilan terhadap orang lain atau perampasan terhadap hak-hak kemanusiaan (Masroor, 2018:118).
Era globalisasi modern menuntut bahwa ciri-ciri umum diantara berbagai agama harus ditekankan dan banyalnya perbedaan diatara mereka harus diabaikan, sebab agama apapun yang menyoroti perbedaan yang umum antara semua agama adalah menghentikan haknya untuk merebut simpati para pengikutnya. (Tahir Ahmad, 2001:13)
Enam poin diatas adalah komitmen dan prinsip-prinsip perdamaian yang sedang terus diperjuangkan komunitas Ahmadiyah di seluruh dunia. Tidak diragukan lagi melalui prinsip-prinsip global ini Jemaat Ahmadiyah telah mampu menampilkan ajaran Islam yang sejuk dan berupaya merengkuh dunia kearah perdamian yang dicita-citakan semua kalangan.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Bashirudin Mahmud, 1993, Apakah Ahmadiyah Itu ?, Â Bogor, JAI.
Ahmad, Mirza Masroor, 2018. Toleransi dan Kebebasan Beragama dalam Islam-Pidato Peresmian Mesjid Masroor, Virginia Selatan, AS, Â 3 Nov 2018.
 Ahmad, Mirza Masroor, 2014, Krisis Dunia dan Jalan Menuju Perdamaian, ttp, Neratja Press.
Ahmad, Mirza Ghulam, 2019, Bahtera Nuh, Bandung, Neratdja Press.
Ahmad, Mirza Ghulam, 2014, Essensi Ajaran Islam, ttp. Neratja Press.
Ahmad, Mirza Masroor, 2019, Kunci Perdamaian dan Persatuan Dunia, Pidato, Berlin, Â 22 Oktober.
Ahmad, Mirza Tahir, 1984, Penumpahan Darah atas Nama Agama, ttp, JAI.
Ahmad, Mirza Tahir, 2001, Menemukan Kembali Visi Nubuatan Agama, Pidato Seminar Internasional, disampaikan di UGM, Juli 2000.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H