Mohon tunggu...
Sanusi at Maja
Sanusi at Maja Mohon Tunggu... Penulis - Da'i/ Anggota PISHI/Alumni Pasca UNIRA MALANG

Love for All Hatred for None

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Natal dan Pesan Moral

25 Desember 2020   16:46 Diperbarui: 1 Januari 2021   08:28 482
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok.Pribadi GKJW Paleran-Jember

Hari ini merupakan Jum'at agung bagi umat Islam sekaligus merupakan Jum'at keramat, karena tidak akan berjumpa lagi dengan hari Jum'at di tahun ini. Di penghujung tahun 2020 benar-benar merupakan suasana yang sangat tepat untuk kita semua merenung, seperti apa perjalanan hidup, karir, dan amal kita sepanjang tahun ini. Terlebih di masa pandemi seperti sekarang renungan kita akan lebih mendalam karena tidak disibukkan dengan serba serbi rencana pesta akhir tahun.

Mulailah menghisab diri kawan, sejauh mana kebaikan yang telah kita torehkan dan sejauh mana keburukan serta kegagalan yang terpaksa kita alami, semua kisahnya tidak akan bisa kita hapuskan, karena itu lebih baik kita jadikan patokan untuk membuat rencana baru yang lebih maju menyongsong tahun 2021 yang telah ada di depan mata.

Jumat keramat ini jatuh pada tanggal 25 Desember 2020, jika dikaitkan dengan penciptaan awal dunia ini pada hari jumat, hari ini menjadi terasa sangat istimewa, faktanya setelah tanggal 25 Desember ini ada 6 hari menuju awal tahun, seakan mengisyaratkan kepada 6 masa proses penciptaan alam semesta ( QS 7:54, Kitab Kejadian 1:1-2). 

Enam masa proses awal pencipataan semesta pasti di dalamnya penuh perencanaan. maka sebagai refleksi akhir tahun, enam hari setelah hari ini merupakan saat yang tepat untuk mematangkan segala rencana di tahun 2021. Sudahkah membuat oret-oretan perencanaan? Sahabat kompasianer sendiri yang bisa menjawabnya.

Sahabat Kompasianer, semoga kasih Tuhan senantiasa menyertai, oret-oretan perencanaan tahun baru bisa dibilang penting dan menentukan perjalanan hidup kita di masa depan, namun kita juga layak mengetahui sejarah yang telah menuntun arah 3 milyard penduduk bumi untuk menjadi penganut agama Kristen, yakni Tanggal merah di 25 Desember, dimana mayoritas umat Kristiani merayakan hari Natal dengan penuh makna dan suka cita.

Berkenaan dengan makna Natal yang sesungguhnya Heather Riggleman dalam harian Cristianity.com menulis : " christmas is a time of spiritual reflection on the importent foundations of the Christian faith, it's also a celebration, It's when Christians celebrate God's love for the World through the birth of the Christ Child:Jesus. The Bible tells of his birth hundreads of years before, fulfilling prhophecies,. Dan kita ketahui Bible menceritakan kelahiran Yesus dalam kitab Lukas 2 : 4-19).

Natal yang saat ini rutin diperingati, ternyata telah melalui perjalanan panjang, melalui serentetan penyatuan pendapat yang berbeda-beda, misalnya mulai dari penggambaran Lukas tentang waktu kelahiran Yesus, Lukas mengatakan, Yesus lahir ketika para penggembala kambing di Yudea membuat tenda untuk menjaga kawanan ternak mereka di malam hari, pernyataan ini yang membuat ragu mengenai seting waktu kelahiran Yesus pada 25 Desember, alasannya tidak mungkin ia lahir bulan Desember, karena pada saat itu sedang musim salju, maka tidak akan ada kawanan ternak di padang terbuka.

Kitab suci Al-Qur'an menjelaskan sedikit kisah tentang Maria melahirkan Yesus pada surat Maryam ayat 19-26, yang mengisahkan bahwa bunda Maria rupanya terpaksa melahirkan di padang terbuka dengan berlindung di bawah sebatang pohon kurma untuk dijadikan tempat bersandar (QS. Maryam [19]:24). Setelah prosesi kelahiran, beliau diperintahkan untuk menggoyangkan pohon kurma agar mendapatkan kurma yang matang lagi segar (QS. Maryam [19]:26). Hal ini menunjukkan bahwa Yesus lahir ketika musim buah-buahan telah ranum di Yudea, yaitu antara bulan Agustus sampai September.

Tentang Gembala di musim dingin wikipedia mengutif Talmud yang memberi keterangan, bahwa faktanya di Betlehem dan sekitarnya pada musim dingin rata-rata berada di suhu 13,5 sampai 5,5 derajat Celcius, sedangkan salju turun dibawah nol derajat Celcius, masih cukup hangat untuk kawanan ternak di malam hari, lagi pula domba-domba yang dimaksud lukas 2:1 bisa saja bukan domba-domba biasa tetapi merupakan domba-domba kurban bait suci yang dijaga para gembala khusus (Talmud Bezah 40a dan Tsepta Bezah 4:6).

Berbeda dengan keterangan Lukas, Ternyata hari Natal (25 Desember) yang dianggap sebagai kelahiran Yesus, menurut Encyclopedia Britanica (15th edition, vol. 15 page 642 & 642A) pada kata "Christmast" ditetapkan bahwa hari Natal disepakati pada 340 Masehi oleh para gerejawan. 

Mereka memilih hari Solstice (hari balik matahari) di musim dingin karena hari itu merupakan pesta rakyat yang terpenting. "Chambers Encyclopedia" pada kata "Christmast" juga mengatakan bahwa Hari balik matahari di musim dingin dianggap sebagai pesta orang-orang Musyrik memperingati Solstice. Gereja yang tidak mampu menghapuskan pesta rakyat ini, namun memberi rona ruhani sebagai hari lahir Matahari Kesalehan.

Kisah dibalik natal rupaya menjadi iconic yang menyedot perhatian banyak kalangan,  wikipedia.org menuliskan bahwa perayaan natal baru dimulai sekitar tahun 200 M di Aleksandria (Mesir) para teolog Mesir menunjuk tanggal 20 Mei, tetapi juga tanggal 19-20 April. Di tempat-tempat lain pada 5 atau 6 Januari. Perayaan pada tanggal 25 Desember di mulai pada tahun 221 M oleh Sextus Julius Africanus, dan baru diterima secara luas pada abad ke 5 dan berjalan hingga sekarang.

Itulah serentetan kisah dibalik penetapan Natal, memang sangat beragam dan memahaminya merupakan bonus pengetahuan dan bagi saya sebagai seorang muslim tidak sepatutnya memperdebatkan kebenaran 3 milyard keyakinan manusia, tetapi memberikan apresiasi kepada saudara sebangsa, dan saudara sesama umat manusia yang tengah berbahagia dengan adanya perayaan Natal adalah kearifan sosial yang semestinya di tunjukan kepada siapapun, selanjutnya sebagai saudara yang baik ingin selalu mengingatkan agar dalam perayaan itu tidak terbawa arus pesta semata tetapi ada makna kesalehan rohaniah yang harus dikembangkan seperti yang disebutkan Heather Riggleman sebagai refleksi spiritual, yang intinya merayakan kasih sayang Tuhan atas kelahiran juruselamat mereka.

Seperti halnya umat Islam dan umat-umat yang lainnya, makna setiap perayaan hari besar agama adalah untuk untuk mendekatkan diri kepada sang pencipta dan karenaya akan lahir kesalehan-kesalehan sosial. Faktanya memang demikian seorang Kristen yang memahami makna natal yang sebenarnya ia akan menjadi penganut agama Kristen yang sejati, dan real ectionnya di masyarakat ia akan saling mengasihi, saling berbagi, saling menolong dan saling menyelamatkan orang-orang disekitarnya sekalipun berbeda keyakinan.

Demikian juga dengan umat Islam yang memahami makna terdalam dari setiap perayaan hari besar agamanya, ia akan menjadi Muslim sejati, dan muslim sejati dalam prakteknya di masyarakat ia senantiasa akan membagikan cinta dan kasih sayang, bukan kebencian dan kekerasan.
Jika seorang muslim hidup di lingkungan Kristen yang shaleh maka ia akan aman dan selamat, begitu juga seorang Kristen yang hidup di tengah-tengah komunitas Muslim sejati ia akan aman dan selamat juga, inilah narasi sosial yang harus kita bangun. 

Dan jika narasi ini telah semakin kuat di masyarakat, maka tidak ada lagi Gereja yang ditutup, tidak ada lagi doa rohani di rumah seorang Kristiani yang dibubarkan. Begitu pula tida akan ada lagi cerita di bumi pertiwi ini mesjid yang dibakar atau dirobohkan atau dilarang pembangunannya karena berada di tengah mayoritas Kristen apalagi mesjid yang berada di tengah-tengah kaum muslim sendiri.

Saya pikir perayaan natal selamanya membawa pesan tentang perdamaian dan kasih sayang yang harus senantiasa mereformasi jiwa setiap Kristiani agar tunduk dan patuh pada titah Yesus  untuk menghadirkan kerajaan damai di muka bumi, Natal pada dasarnya memiliki kesamaan dengan perayaan Idul Fitri, Id artinya kembali dan Fitri artinya suci, jika ini direnungkan maka tidak mungkin umat Islam akan kembali kepada kesucian jika dalam jiwanya terdapat kebencian.

Jika sudah seperti ini maka tidak menjadi persoalan mengucapkan selamat natal kepada saudara-saudara Kristiani, karena ucapan itu hanya mengapresiasi saudaranya yang tengah berbahagia, dengan ucapan itu tidak lantas menjadikannya beragama Kristen, begitu juga umat kristen yang mengucapkan selamat hari raya Idul Fitri tidak serta merta mengalihan keyakinan agamanya menjadi Islam.

Keniscayaan yang harus diterima semua pemeluk agama adalah bahwa perbedaan itu akan tetap ada, baik di internal pemeluk agama itu maupun dengan pemeluk agama lainnya. perbedaan adalah kodrat kehidupan manusia dan siapa saja yang tidak menerima perbedaan sama dengan melawan kodratnya sendiri. Salam damai.

Daftar Pustaka
Al-Ketab, e dhalem Basa Madura, LAI, Jakarta 1994
Cristianity.com, diakses 25 Desember 2020 Jam. 8.15 WIB
wikipedia.org, diakses 25 Desember 2020 Jam. 9.58 WIB
Al-Qur'an, Terjemah dan Tafsir Singkat, edt. Malik Ghulam Farid, Neratdja Press, ttp, 2014
Encyclopedia Britanica (15th edition, vol. 15 page 642 & 642A) dan "Chambers Encyclopedia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun