Sebelum menilik lebih dalam tentang peranan pendidikan kewirausahaan sebagai upaya untuk memupuk semangat nasionalisme tenaga kerja Indonesia di Korea Selatan hendaklah terlebih dahulu kita memahami makna dari apa itu yang dimaksud dengan pendidikan kewirausahaan? Berbicara tentang pendidikan kewirausahaan itu sendiri tergabung dalam kedua kata yang bermakna berbeda yaitu pendidikan dan kewirausahaan.
Menurut Prof. Dr. Umar Tirtarahardja dan Drs, S. L. La Sulo, pada dasarnya manusia memiliki kemampuan yang dapat dikembangkan melalui pengalaman..yang terjadi karena interaksi manusia dengan lingkungannya..secara efektif dan efesien (Umar Tirtarahardja et. al., 2008:163) . Dalam upaya pengembangan diri semacam inilah secara tidak langsung manusia atau individu tersebut melakukan sebuah proses yang dinamakan pendidikan.
Pada dasarnya, pendidikan itu sendiri adalah hak asasi dari setiap manusia. Hal ini tercantum dalam isi UUD 1945 yang telah di amandemen dalam pasal 28C ayat (1) menyatakan bahwa: “Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapatkan pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni budaya,
demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia”. Sehingga pendidikan seperti ini, juga tidak mau disia-siakan oleh orang yang ingin mengembangkan dirinya dan mempunyai peluang untuk masuk duduk dibangku pendidikan atau hanya sekedar mengenal dunia pendidikan melalui cara lain yang non-formal.
Wirausaha(Enterpreuner) secara etimologi berasal dari dua kata yakni ”wira” yang berarti pejuang,berani, dan kata ”usaha” berarti suatu perbuatan,jadi bisa diartikan bahwa wirausaha adalah suatu kegiatan pemenuhan kebutuhan diri atau orang lain dengan adanya keberanian menanggung resiko.Dengan demikian Kewirausahaan adalah suatu kemampuan dalam berfikir kreatif,berprilaku inovatif dalam menciptakan suatu proses dalam rangka pemenuhan kebutuhan pribadi atau orang lain sehingga menciptakan suatu lapangan kerja baru.
Layaknya para pekerja pada umumnya, dalam fenomenanya para tenaga kerja Indonesia yang dikirim keluar negeri juga punya hasrat ingin untuk mengembangkan dirinya bukan hanya melalui karier semata namun juga lewat pendidikan. Terutama sekarang ini, tingkat kesadaran akan pendidikan dalam diri para ”pahlawan devisa” sangat tinggi dari tahun tahun.
Seperti halnya yang terjadi dengan para tenaga kerja Indonesia yang berada di Korea Selatan. Keinginan para tenaga kerja Indonesia di Korea selatan bukan lagi hanya untuk berubah dalam segi ekonomi namun sekarang ini juga banyak diantara mereka ingin merubah dirinya dalam segi status pendidikannya juga. Hal ini supaya nantinya ketika para tenaga kerja Indonesia pulang ke Indonesia, mereka lebih dipandang di mata masyarakat bukan hanya karena status ekonominya saja namun juga status pendidikan.
Selain itu juga, dengan melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi seperti Universitas Terbuka diharapkan bahwa Tenaga Kerja Indonesia yang berada di Korea Selatan dapat mengembangkan dirinya juga dapat membantu dalam mematangkan kepribadiannya menjadi lebih bijaksana dari sebelumnya serta menambah skill mereka yang berguna untuk kehidupan sehari- hari ataupun dikemudian hari.
Menurut data dari KBRI Seoul ada lebih dari 40.000 TKI yang mengadu nasib di korea selatan di berbagai bidang pekerjaan ,mulai dari bidang manufaktur,konstruksi,perikanan,perkebunan,dan jasa.Tahun 2016 gaji pokok pekerja di korea ialah ₩ 1.260.000 atau sekitar Rp. 14.238.000 itu belum termasuk lembur.Rata rata TKI bisa mengantongi 15 juta -25 juta per bulan.
Apabila tiap setiap TKI kirim uang ke Indonesia 10 juta per bulan maka ada 400 milyar rupiah per bulan devisa yang masuk ke indonesia,tapi sayangnya sebagian besar uang kiriman dari TKI korea ke Indonesia digunakan untuk kebutuhan konsumtif misalnya beli motor,bangun rumah,membeli barang mewah dll.
Lain halnya apabila uang kiriman dari TKI korea digunakan untuk hal produktif maka hasilnya akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi keluarga ,tercipta banyak lapangan pekerjaan dan menurunkan tingkat pengangguran sehingga bisa mengangkat ekonomi daerah.
Dari situlah muncul gagasan BEM UT KOREA untuk terus menerus mengembangkan semangat wirausaha dikalangan mahasiswa UT KOREA diantaranya dengan mengadakan seminar kewirausahaan dan pembentukan stand bazar ketika ada kegiatan tabligh akbar,disamping itu ada juga koperasi mahasiswa (kopma UT KOREA) setiap minggu ketika ada kegiatan pembelajaran.
Terakhir kegiatan seminar kewirausahaan yg telah diadakan BEM KOUSA 2(Korea Open University Stdent Ascociation)dengan menggandeng PKPU cabang Korea selatan ialah seminar yang bertajuk ”memulai bisnis dan manajemen dalam berbisnis” dengan mendatangkan Valentino dinsi,SE,MM,MBA ketua JPMI(Jaringan Pengusaha Muslim Indonesia) pada tanggal 22 november 2015 di youngnam university.
Lantas apa kaitan pendidikan dengan kewirausahaan yang pengaruhnya terhadap jiwa nasionalisme para tenaga kerja yang melanjutkan sekolahnya kembali ketingkat universitas di Korea Selatan? Adapun kaitannya dari semua itu sangat jelas terlihat pada proses pengaplikasian program program pendidikan kewirausahaan yang diselenggarakan oleh universitas terbuka di Korea Selatan itu sendiri.
Dengan digalakannya seminar dalam pendidikan kewirausahaan yang pada dasarnya berasal dari tenaga kerja Indonesia memicu motivasi tinggi pada kalangan mahasiswa. Hal ini dimaksudkan supaya melalui program program seminar kewirausahaan, para mahasiwa lebih terbuka pemikirannya dalam memilih peluang menginvestasikan hasil kerjanya yang didapatnya dari Korea selatan ke bidang bidang usaha yang menjanjikan nantinya.
Apalagi jika para tenaga kerja Indonesia ini sudah habis kontraknya di negeri Gingseng tersebut. Jadi pada intinya, dengan adanya pendidikan kewirausahaan ini para Tenaga Kerja Indonesia tidak harus selalu mencari uang di negara orang lagi sebab mereka sudah bisa mandiri dalam membuka usaha di negaranya.
Penanaman jiwa-jiwa nasionalisme dalam pendidikan kewirausahaan ini bukan hanya memilih sasaran seperti itu, namun juga diharapkan lewat jalan tersebut para tenaga kerja Indonesia yang merupakan mahasiswa lebih selektif dan inovatif dalam memilih produk yang ingin gelutinya nanti.
Pembukaan bazaar bazaar dalam acara acara yang sering diadakan oleh pihak organisasi atau pun pemerintah Indonesia yang ada di Korea selatan merupakan salah satu contoh dari penerapan hasil pendidikan kewirausahaan yang diadakan melalui seminar seminar tentang bagaimana memilih produk yang bagus untuk dipasarkan di dalam dan luar negeri..
Tidak hayal para mahasiwa tenaga kerja Indonesia ini lebih memilih memasarkan produk Indonesia di stand stand tersebut karena produk tersebut tidak kalah laris dalam pemasarannya di acara bazaar bazar tersebut. Sehingga dapat disimpulkan bahwa melalui pendidikan kewirausahaan yang diadakan dengan acara seminar ini secara tidak langsung mampu memupuk semangat dan jiwa nasionalisme dari para peserta mahasiwa yang berasal dari tenaga kerja Indonesia ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H