Si penafsir tekstual tidak peduli pada keterbatasanketerbatasan yang melekat dalam diri dan institusinya, sehingga berprilaku layaknya Yang Maha Kuasa, satu-satunya Dzat yang berhak untuk berperilaku otoriter. Tidak berlebihan jika sikap otoritarianisme seperti ini dianggap sebagai tindakan despotisme dan penyelewengan yang nyata dari nalar kebenaran Islam.
Wallau a’lam bissowab
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!