Smit menerima anugrah seni "Dharma Kusama" dari Pemerintah Propinsi Bali pada tahun 1992, sebagai penghargaan atas pengabdian seni yang telah dilakukan, kepedulian terhadap masyarakat Bali dalam mengajar seni lukis dan seni patung, juga prestasi yang sangat menonjol dalam bidang seni dengan banyaknya hasil karya seni. Pada tahun 1992 juga, ia menerima penghargaan seni "Wija Kusuma" dari Pemerintah Kabupaten Gianyar. Selain itu, ia pernah mendapat anugrah “Lempad” dari Nyoman Gunarsa, pemilik Museum Seni Lukis Klasik Gunarsa, bekerja sama dengan Sanggar Dewata Indonesia.
Pada tahun 1994, Pande Wayan Suteja Neka mendirikan Paviliun Arie Smit di salah satu bagian Museum Seni Neka, untuk memamerkan hasil karya seni beliau dan karya seni para seniman kontemporer Bali lainnya. Karya seni Arie Smit juga dikoleksi oleh berbagai museum Bali di Denpasar, termasuk pula Museum Penang, di Malaysia. Karya seni beliau dipamerkan di berbagai tempat, seperti Singapura, Honolulu, Tokyo.
Arie Smit meninggal, di Rumah Sakit Puri Raharja, Denpasar, 23 Maret 2016, 23 hari jelang hari ulang tahunnya yang ke seratus., didampingi sahabat karibnya, Pande Wayan Suteja Neka….. Sahabat sejati adalah sahabat yang saling menguatkan dan berjalan dengan tulus.
[caption caption="Keris dan Suteja Neka"]
[caption caption="sahabat"]
Referensi:
1. Pande Wayan Suteja Neka | 2. Biogragi Neka Art Museum | 3. Merah Putih Budaya | 4. Wikipedia | 5. Suteja Neka & Sudarmaji (1995). Arie Smit. Koes Artbooks. | 6. Ruud Spruit (1997). Artists on Bali: Nieuwenkamp, Bonnet, Spics, Hofker, Le Mayeur, Arie Smit. Pepin Press. | 7. Arie Smit (2000). Arie Smit: The enchanting tropics. Rudolf Studio. | 8. Amir Sidharta (2002). 'Vibrant' Arie Smit. Hexart Pub.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H