Ajaran Siwarati bersumber pada : Siwapurana, Padmapurana, Garudapurana, dan Kekawin Siwaratri Kalpa. Mpu Tanakung telah berasil menggubah karya sastra yang bermutu yaitu Kekawin Siwaratri Kalpa atau Lubdaka pada jaman Majapahit (Abad ke-15). Beliau mengambil sumber Padmapurana yang memuat percakapan antara Dilipa dengan Wasistha. Bagian Uttara Kanda dari Padmapurana sangat dekat dengan kekawin Siwaratri Kalpa. Bagian-bagian tertentu dalam kekawin Siwaratri Kalpa merupakan terjemahan dari sumber tersebut. Dengan menggubah kekawin Siwaratri Kalpa, Mpu Tanakung bermaksud menyebarluaskan cerita itu lewat media seni sastra.
Siwaratri dan Brata
Hari Raya Siwaratri di Bali dilaksanakan oleh masyarakat dengan melakukan Brata. Berbagai macam Brata atau ajaran tentang latihan pengekangan diri oleh Tuhan Yang Maha Esa bertujuan untuk kembalinya diri manusia kepada kesadarannya yang sejati, yakni atma yang berstana pada diri pribadi seseorang. Kegelapan oleh berbagai fator terutama oleh keterikatan terhadap keduniawian menghambat usaha manusia untuk meningkatkan kwalitas dalam hakekat kehidupan. Kata Brata dalam bahasa Sanskerta berarti Janji, Sumpah, atau kewajiban, laku utama atau keteguhan hati, penyucian diri. Dengan demikian Brata Siwaratri berarti kewajiban sebagai laku utama, atau janji untuk teguh hati, untuk melaksanakan ajaran Siwaratri.
Salah satu ajaran tentang brata adalah Brata Swaratri yang mengandung ajaran yang sangat luhur, guna meningkatkan sradha dan bhakti kita kepada Tuha Yang Maha Esa. Dan melalui brata ini pula seseorang akan dapat meningkatkan keluhuran budhi pekertinya sehingga perbuatan yang bertentangan dengan ajaran agama dapat dicegah, diredam dan dihindari termasuk pula emosi yang dapat meletup dalam kerusuhan sosial yang dapat mengorbankan jiwa dan harta benda.
Brata bertujuan untuk memperoleh kesadaran diri dengan melenyapkan papa. Kata papa dalam bahasa sanskerta artinya sengsara, neraka, buruk, jahat dan hina.
Brata Siwaratri terdiri dari tiga tingkatan, yaitu :
1. Tingkat Utama yang terdiri dari Monobrata, Upawasa, dan Jagra yang dilaksanakan sekaligus.
2. Brata Tingkat Madya terdiri dari upawasa dan jagra dilaksanakan sekaligus.
3. Brata Tingkat Nista hanya dengan melaksanakan jagra.
Monabrata artinya pantangan bicara atau berdiam diri tanpa bicara
dari pukul 06.00 pada panglong ping 14 sampai pukul 18.00