Masihterpaku pada beberapa halaman pada modul 1.3.a.3 (Mulai Dari Diri), tentang refleksi diri 1, 2 dan 3. Di sana di ceritakan tentang makna dalam cerita Sumpah Palapa yang di prakarsai oleh seorang Mahapatih Amangkubumi Majapahit yang bernama Gajah Mada. Dalam peristiwa itu, Gajahmada bukanlah seorang raja tetapi sumpah nya yang ingin menyatukan nusantara dalam satu komando yaitu kerajaan Majapahit memberikan energi dan pengaruh yang sangat besar dalam eksistensinya pada peradaban waktu itu.Â
Dalam sumpahnya, Gajah Mada menyatakan bahwa dia hanya akan berbuka puasa jika kerajaan Majapahit berhasil menaklukkan nusantara ( Gurun, Seram, Tanjung Pura, Haru, Pahang, Dompo, Bali, Palembang, Tumasik). Meskipun awalnya  Maja Pahit banyak mengalami pertumpahan darah, tetapi kerajaan Maja Pahit mengalami kejayaan dan berhasil menyatukan beberapa wilayah yang dimulai dari Sumatera sampai ke Maluku/Irian.Â
Dari cerita Sumpah Palapa Gajah Mada yang awalnya mendapat hinaan dan tertawaan segelintir orang tentang visi dari Patih Gajah Mada yang dianggap tidak masuk akal, ternyata Maja Pahit dalam kepemimpinan Raja Hayam Wuruk yang di bantu oleh Patih Gajah Mada dan Adityawarman berhasil melakukan ekspansi seperti Sumpah yang di ucapkan Gajah Mada.Â
Dari cerita sejarah prakolonial ini, kita bisa belajar tentang pentingnya sebuah harapan positif yang bisa membawa kita atau sebuah organisasi tempat kita bekerja menjadi maju dan berkembang. Sumpah Palapa adalah harapan Patih Gajah Mada begitu memiliki arti dan memiliki nilai serta energi yang sangat kuat sehingga bisa menggerakkan banyak orang ikut tergerak masuk dalam pusaran pengaruh Gajah Mada dalam mewujudkan harapannya. Begitulah sebaiknya kita dalam menciptakan sebuah harapan terhadap sasaran dari profesi kita sebagai seorang guru penggerak dalam proses pembelajaran, dalam komunitas sekolah maupun antar sekolah.Â
Seorang guru harus memiliki harapan yang tinggi yang dapat menggerakkan seluruh elemen dalam lingkungannya sehingga harapannya terhadap murid yang menjadi sasaran dan tujuan utama dalam pendidikan akan tercapai. Untuk menggerakkan seluruh elemen dalam lingkungannya, tentunya kita harus memiliki strategi, teknik atau kiat-kiat tertentu yang dapat mempercepat harapan atau visi itu dapat terwujud. Inkuiri Apresiatif adalah salah satu pendekatan yang dapat dilakukan oleh seorang pemimpin atau seseorang dalam merancang dan menentukan visi yang ingin dicapainya pada masa yang akan datang.Â
Sebagai seorang guru penggerak yang memiliki peran sebagai pemimpin pembelajaran, Guru Penggerak harus memiliki harapan-harapan positif yang dapat mengembangkan kemampuan yang sudah ada menjadi lebih berkembang dan maju. Karena sejatinya, hidup yang baik itu adalah "hari ini dalah lebih baik dari hari kemarin". Harapan adalah tujuan yang dapat menggerakkan seseorang untuk melakukan suatu tindakan yang membawa nya ke tujuan. Pentingnya adanya sebuah harapan dalam diri seseorang dapat kita pelajari dari tulisan Viktor Frankl dalam bukunya Seni Penyembuhan Diri- Logoterapi.Â
Menurut Frankl, bahwa perjuangan untuk menemukan makna dalam hidup seseorang merupakan motivator utama seseorang. Â Selain itu, seorang Guru Penggerak yang juga memiliki peran sebagai pendorong kolaborasi, tentunya perlu menerapkan filosofi Inkuiri Apresiatif karena pendekatan IA lebih berbasis pada kekuatan bersama yang dimiliki dalam sebuah organisasi (kolaboratif). Guru Penggerak harus mampu mendorong semua elemen (murid, guru, kepala sekolah, orangtua/wali dan stakeholder) dapat saling bekerjasama dalam mewujudkan harapan-harapannya (visi-nya) dengan memberdayakan aset yang ada, seperti Sumber Daya Manusia (SDM) yang kompeten sesuai keahliannya.Â
Guru penggerak juga perlu melakukan pendekatan IA dalam melaksanakan perannya yaitu memberi coaching terhadap rekan kerja atau guru lain. Pentingnya pendekatan IA dalam kegiatan coaching, salah satunya untuk mempermudah pencapaian tujuan coaching dengan memberdayakan kemampuan rekan lain agar dapat berkontribusi terhadap tujuan. Pendekatan IA juga sangat penting diterapkan ketika seorang Guru ingin mewujudkan kepemimpinan pada muridnya. Inkuiri Apresiatif yang berbasis kekuatan, akan memberikan kepercayaan diri murid lebih baik bila di bandingkan dengan pendekatan lainnya.
Dengan pendekatan IA, seorang guru dapat melakukan pembelajaran secara dialogis, sehingga suasana pembelajaran menjadi menyenangkan dan kekeluargaan. Dengan suasana seperti ini, maka kepercayaan diri murid meningkat atas kemampuan yang ia miliki. Dan pada akhirnya, semua perubahan  yang dilakukan oleh seorang Guru Penggerak akan lebih bermakna bila dia bisa memberi pengaruh pada lingkungannya secara umum. Hal-hal yang telah dia laksanakan haruslah menjadi inspirasi bagi lingkungannya.
Inspirasi inilah yang menjadi kekuatan dalam menggerakkan orang lain untuk mewujudkan harapan-harapan yang diimpikannya, seperti Sumpah Palapa yang menyemangati dan memberi pengaruh besar terhadap masyarakat kerajaan Majapahit dan semua yang masuk dalam lingkaran pengaruh Gajah Mada pada awal pembentukan Nuswantara. Seorang Guru Penggerak harus mampu menggerakkan komunitas praktisi yang ia prakarsai meskipun dia bukan seorang kepala sekolah. Dia mampu menumbuhkan nilai berpihak pada murid, mandiri, reflektif, kolaboratif dan inovatif dalam dirinya dan mengimbaskannya pada guru lain melalui komunitas parktisi yang di prakarsainya.Â
Menurut  Peter F Drucker, bahwa seorang pemimpin sangat perlu menciptakan keselarasan kekuatan sebagai aset yang paling diprioritaskan untuk mencapai tujuan bersama. Untuk itu, Guru Penggerak akan terus berinovasi bersama bersama semua elemen dalam lingkungannya untuk mengembangkan harapan (visi) nya melalui komunitas parktisi yang ia prakarsai.
Beberapa ide yang disarankan oleh fasilitatator dan Instruktur tentang esensi dari penerapan BAGJA yang saya terima memberi saya wawasan baru tentang perencanaan Visi Guru Penggerak, karena selama ini yang saya tahu hanya menggunakan pendekatan berbasis masalah dalam membuat sebuah visi organisasi, komunitas maupun visi diri. Yang membuat saya belajar banyak adalah dalam menyelami pertanyaan-pertanyaan yang dapat mendefenisikan kondisi, atau fakta real organisasi pada tahap pertama yaitu, Buat pertanyaan (define).
Karena tahap ini adalah penentu arah penelusuran terkait perubahan yang  kita inginkan atau impikan. Walaupun masing-masing tahap juga memiliki tantangan tersendiri dalam perencanaannya, misalnya pada tahap kedua, ambil pelajaran (discover), tantangannya adalah kita harus melakukan refleksi diri terhadap kesusksesan-kesuksesan yang telah kita lakukan maupun orang lain, prestasi dan hal-hal posistif yang sudah didapat dan pernah terjadi.  Pada tahap ketiga, gali mimpi (dream). Pada tahap ini, kita menggambarkan harapan-harapan yang akan kita wujudkan pada lingkungan organisasi maupun komunitas yang kita kelola.Â
Sedangkan pada tahap keempat, jabarkan rencana (design). Setelah kita menggambarkan harapan-harapan yang akan kita wujudkan pada masa yang akan datang, selanjutnya kita akan menjabarkan perencanaan-perencanaan yang akan kita laksanakan untuk mencapai harapan tersebut agar dapat terwujud. Dan tahap kelima adalah Atur eksekusi (deliver), agar perencanaan yang telah kita jabarkan terlaksana dengan baik maka kita perlu menyusun startegi pelaksanaannya, siapa saja yang terlibat, bertanggung jawab dan bisa memberi dukungan terhadap serangkaian visi yang telah direncanakan.
Ada lima konsep penting yang menurut saya penting untuk selalu saya terapkan kedepannya. Yang pertama, pendekatan IA Â menciptakan budaya positif. Pendekatan IA berusaha fokus pada kekuatan yang dimiliki setiap anggota dan menyatukannya untuk menghasilkan kekuatan tertinggi. Konsep ini bermakna bahwa setiap manusia pasti memiliki kekuatan positif yang ada dalam dirinya yang dapat bermanfaat dalam organisasi. Dalam mencapai visi (tujuan organisasi), seseorang harus mengetahui kekuatan yang ia miliki maupun kekuatan rekan lain yang tergabung dalam tim organisasi.Â
Pendekatan IA juga berpijak dari hal positif. Perubahan yang positif dalam diri seseorang atau sebuah organisasi  tidak akan terjadi jika diawali dengan permasalahan yang terjadi atau mencari aktor sekolah yang melakukan kesalahan. Strategi berbasis masalah memang baik dijalankan untuk situasi-situasi tertentu. Tetapi berdasarkan teori sistem kerja otak manusia yang memiliki kemampuan untuk mengendalikan dirinya dengan menggunakan cara berfikir lambat yang melibatkan sistem otak luhur (neo korteks), maka sudah sewajarnya seseorang lebih mendahulukan cara berfikir positif dari pada berfikir negatif.Â
Karena pemikiran seseorang akan menuntun dirinya dalam mengaktualisasikan fikirannya melalui tindakan. Oleh sebab itu, menilai sisi positif orang lain akan lebih memberi energi baik bagi semua elemen yang ditandai dengan munculnya kepercayaan, integritas, dan kepedulian. Dengan pendekatan berbasis kekuatan (strength) maka akan membantu setiap individu tidak menjadikan kelemahan-kelemahan yang dimilikinya menjadi penghalang untuk mencapai kesuksesan. Kemudian yang kedua, pendekatan IA juga memiliki orientasi yang positif terhadap keberhasilan murid melalui pembelajaran yang berpihak pada murid.Â
Dengan pendekatan IA, seorang guru bisa menggali minat dan bakat yang dimiliki murid-muridnya sehingga menghasilkan murid yang unggul, mandiri, kreatif, dan inovatif. Yang ketiga adalah, IA dapat membangun tim kolaborasi dan ko kreasi.Â
Tumbuhnya semangat ko-kreasi yang berangkat dari kedalaman pemahaman akan makna kesuksesan adalah hasil upaya  mereka sendiri melalui perubahan cara berpikir defisit ke cara berpikir aset, menjadi tangguh-pantang menyerah, dan terus meningkatkan efikasi diri dalam memimpin dan mengelola perubahan. Yang ke-empat adalah, pendekatan IA menghargai pengalaman seseorang. Dari tahapan BAGJA, amati (discovery), kita akan menggali informasi dari pengalaman praktik baik yang telah berhasil dilaksanakan oleh seseorang.
Yang ke-lima adalah, pendekatan IA menumbuhkan paradigma berbasis aset (kekuatan) pada murid, sehingga murid tumbuh menjadi pribadi yang percaya diri. Dan hal ini akan menjadi komponen penting dalam membangun budaya organisasi. Dan Yang ke-lima, adalah pendekatan IA dapat menjadi strategi perubahan organisasi (organizational tarnsformation).
Banyak pendekatan yang telah digunakan dalam banyak organisasi dalam mewujudkan tujuannya. Akan tetapi banyak pendekatan lain masih menggunakan kelemahan (berbasis masalah) sebagai modal penyelidikan awal. Tentu hal ini akan menjadikan situasi menjadi buruk dan bernilai negatif. Inilah yang membedakan pendekatan IA dengan pendekatan lainnya. Sehingga pendekatan IA, bisa digunakan dalam pencapaian visi pada level terendah (diri sendiri), organisasi, komunitas bahkan institusi sekalipun.
Dengan paradigma ini, cara pandang seseorang pasti berubah dari berbasis masalah menjadi berbasis aset (kekuatan). Sehingga paradigma ini mampu dimanifestasikan dalam visi seorang guru dalam menuntun murid-muridnya menuju keselamatan dan kebahagiaan. Artinya saya menjadi lebih peka dalam melihat kondisi yang ada dalam diri murid-murid, sehingga kekuatan yang dimiliki murid-murid akan diberdayakan secara optimal demi terwujudnya visi guru penggerak yaitu pembelajaran yang berpihak pada murid.Â
Sebagai agen perubahan (transfomer), Â yang membawa dan mengembangkan nilai-nilai yang futuristik, saya juga perlu menginiasiasi dalam diri murid dan orang lain dalam lingkungan sekolah tentang perlunya menanamkan filosofi Inkuiri Apresiatif dalam diri mereka, sehingga visi pembelajaran yang berpihak pada murid terlaksana secara utuh dan berkesinambungan. Selanjutnya, untuk mengimplementasikan paradigma IA, saya akan melaksanakan sesuai tahapan yang telah saya susun dalam Prakarsa Perubahan melalui tahapan BAGJA.Â
Dengan adanya perencanaan yang dilaksanakan secara sistemik, analitik dan sistematik melalui tahapan BAGJA yang menerapkan landasan berpikir yang berfokus pada upaya kolaboratif untuk menemukan hal positif dalam diri seseorang, dalam suatu organisasi dan dunia di sekitarnya baik di masa lalu, masa kini maupun masa depan, maka Tujuan Pendidikan  Nasional yang dimanisfestasikan dalam Profil Pelajar Pancasila dapat terwujud dengan penuh tanggung jawab dan kesadaran. Inilah esensi dari konsep merdeka yang dicita-citakan oleh Ki Hadjar Dewantara, bahwa murid dan guru mandiri dan bertanggung jawab atas keselataman dan kebahagiaan yang ada pada dirinya dan masyarakat. Â
Â
DAFTAR PUSTAKA
Bhattacharya dan Chakaraborty (2020). Appreciative and Inkuiry approaches To Organizational Transformation. IGI Global, Hersey-USA.
Cooperrider, D. L., & Whitney, D. K. (2005). Appreciative inquiry: A positive revolution in change. Berrett-Koehler Publishers.Hariadi, Langit Kresna (2004). Gajah Mada Volume 1. Tiga Serangkai, Solo.
Cooperrider. D, D. Whitney, & J. Stavros. (2008). Appreciative Inquiry Handbook for Leaders of Change. Berrett-Koehler Publishers.
Pengantar Inkuri Apresiatif modul 1.3.a.4
Sagala, Syaiful (2018). Pendekatan dan Model Kepemimpinan. PRENADAMEDIA Â Group, Jakarta.
Wintala Achmad, Sri. 2019. Gajah Mada -- Kisah Cinta dan Penaklukan-penaklukannya, Araska, Yogyakarta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H