3. Dengarkan yang perlu didengarkan.
Dalam rapat atau relasi kerja, kadang terjadi perselisihan/kesalahpahaman yang memunculkan kemarahan. Atau, ada kata-kata yang berseliweran di telinga kita sepanjang kita bekerja.Â
Dengarkan apa yang perlu didengarkan. Kalau memang ada diksi yang tidak baik, tidak membangun, cenderung merendahkan/menghina, atau perkataan yang sombong/merasa benar sendiri, tidak perlu ditanggapi dengan serius. Kalau sudah difilter dan memang tidak baik, buang sesegera mungkin dan lupakan.
Terlalu sering terpapar kata-kata yang tidak membangun dan tidak baik, dan jika kita menganggapnya biasa, kita jadi akan terbiasa dengannya. Kesehatan psikis akan terganggu.Â
Ketika menghadapi kesulitan, nanti kata-kata tersebut yang akan muncul dari mulut kita. Akhirnya, kita tidak bisa mengatasi kesulitan, jadinya malah kita makin sebal dan geregetan dengan kesulitan tersebut. Wah, jadi marah-marah nih!
4. Selektif dalam berelasi.
Berkumpul dengan orang-orang yang berwawasan luas, terbuka pikirannya, suka belajar, dan ramah, akan membuat kita terlatih juga untuk hal-hal itu.Â
Namun, jika berkumpul dengan orang yang suka bergosip, menyindir, berkata kasar, ya akhirnya jadi ketularan juga.Â
Dalam dunia kerja, kita berkesempatan untuk bisa hidup sehat dalam pikiran, mind set, dan hati dengan punya gaya berelasi yang benar dengan orang-orang yang tepat.
5. Berani berkontribusi.
Mengapa berani berkontribusi bisa membuat kita sehat? Karena dengan kita berani berkontribusi, baik melalui pikiran, tenaga, atau materi, seperti mengungkapkan pendapat, menolong rekan sekerja, menyampaikan usulan, ikut berdonasi, kita akan terdorong untuk peduli dengan perusahaan/tempat kerja dan orang lain.Â