"Sedikit banyak, orang tua akan melihat bahwa Daycare akan menjadi bagian berharga bagi pertumbuhan kehidupan anak."
Banyak kemajuan, banyak kerja keras. Banyak kerja keras, butuh pengorbanan. Pengorbanan tidak melulu terkait perasaan, pengorbanan dalam berbagai aspek kehidupan kita.Â
Waktu, tenaga, pikiran, kesempatan, kesenangan, bahkan kebersamaan, menjadi hal yang sedikit banyak tetap harus ikut andil "untuk dikorbankan" demi sebuah kemajuan. Meski kadarnya tidak sama dari setiap bagian, tetapi pengorbanan itu tetaplah ada.Â
Tidak ada seorang pun yang tidak pernah mengorbankan kebersamaan demi melakukan pekerjaan atau tuntutan lain demi kemajuan hal lainnya. Meski sekali, pasti pernah mengalami, termasuk mengorbankan kebersamaan bersama anak walau hanya setengah hari.
Kebutuhan semakin meningkat, butuh kerja keras supaya semua bisa tercukupi dengan baik. Bahkan, banyak wanita mulai ikut bekerja demi mengimbangi dalam mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari.Â
Tak pelak, solusi memasukkan anak ke Daycare menjadi alternatifnya. Daycare cukup marak karena memang tuntutan saat ini memberi peluang yang sangat besar.Â
Banyak orang tua berpikir lebih baik anak masuk Daycare dan bisa berelasi dengan teman-teman sebaya daripada di rumah sendirian atau sama kakek-nenek yang mungkin sudah cepat lelah ketika menemani cucu bermain.
Membahas tentang Daycare menjadi bahasan yang menarik karena ternyata tidak hanya sebatas tempat untuk menitipkan anak. Pastinya ada program atau kegiatan khusus bagi anak-anak di sana.Â
Namun, ada bagian menggelitik yang ini sama pentingnya untuk diperhatikan. Daycare tak sebatas hanya untuk mendidik, menjaga, membimbing, dan mengasuh anak, tetapi Daycare menjadi tempat pendidikan bagi banyak lapisan. Mulai dari guru/bunda, anak-anak, sampai orang tua, kakung, eyang uti juga ikut mendapatkan cipratan edukasinya.Â
Menitipkan anak di Daycare memerlukan persiapan yang lengkap, mulai dari:
1. Kebulatan hatiÂ
Menitipkan anak bukanlah hal sederhana. Ini tidak hanya memindahkan anak dari rumah ke Daycare. Perlu kebulatan hati dari orang tua untuk bersama-sama mengambil keputusan ini dan memberi pengertian kepada anak.Â
Kebulatan hati juga terkait dengan bagaimana orang tua dan anak akan bersama-sama melengkapi dalam menghadapi setiap "riak-riak" kecil yang kemungkinan muncul ketika anak sedang beradaptasi dengan kondisi baru ini.
2. Kesiapan anak
Jangan menitipkan anak secara tiba-tiba. Anak bisa diajak ngobrol (berapapun usianya dan dengan cara yang kita bisa) dengan penuh kasih.Â
Memberi pengertian di awal kepada anak akan membuat anak lebih siap meski kebanyakan akan tetap terasa berat atau bahkan tidak mau.Â
Namun, semua butuh proses dan orang tua harus punya tekad yang kuat untuk melepas anak ke asuhan bunda-bunda di Daycare. Karena tidak jarang, hari pertama anak di Daycare, orang tua gelisahnya minta ampun dan ini bisa membuat anak juga ikut gelisah.Â
Kalau sudah seperti ini, bunda Daycare akan kesulitan mengasuh karena anak selalu rewel dan menangis. Jadi, orang tua harus punya tekad yang kuat dan percaya bahwa anak akan baik-baik sehingga anak juga bisa siap dan senang.Â
3. Kebutuhan anak
Meski anak sudah di Daycare, orang tua jangan luntur dalam memberi kasih. Lebih dari setengah hari tidak bertemu, sebaiknya orang tua selalu memberikan kecupan, pelukan, sambutan, dan senyum ketika menjemput anak di Daycare.Â
Jangan karena lelah bekerja, lalu ketika menjemput anak, raut muka kita cemberut, tidak senyum, bahkan memaksa anak untuk segera pulang padahal saat itu dia sedang menyelesaikan permainan dengan temannya.Â
4. Cara pandangÂ
Daycare bukan sekadar instansi, yayasan, sekolah, atau tempat penitipan, tetapi sebuah keluarga. Orang tua menitipkan anak setiap hari dan anak berelasi dengan teman-teman dan bunda-bundanya.Â
Bukankah ini seperti sebuah keluarga? Anak belajar berteman, memahami, belajar percaya, mengungkapkan perasaan, belajar mandiri, mengatasi kesulitan tanpa orang tua, dan lain-lain.Â
Anak membutuhkan perjuangan dan adaptasi yang luar biasa untuk bisa hidup di tengah-tengah sesamanya, selain orang tua, kakung, eyang uti. Anak belajar menghadapi kesulitan dengan orang lain. Orang tua perlu melihat Daycare sebagai keluarga kedua bagi anaknya.
Sedikit banyak, orang tua akan melihat bahwa Daycare akan menjadi bagian berharga bagi pertumbuhan kehidupan anak. Banyak juga anak yang betah di Daycare, bahkan ketika dijemput belum mau pulang.Â
Atau, sering kali masih asyik bercerita dengan temannya dan bundanya, ini perlu kita syukuri karena anak bisa mengekspresikan sesuatu kepada orang lain.Â
Kelak dewasa, anak akan lebih mudah menyelesaikan masalahnya karena dia bisa terbuka dengan orang lain. Tidak menyimpan masalah sendiri, tidak memikirkannya sendiri.
Saya sekadar berbagi karena bagi saya, ternyata Daycare memberi dan menolong pertumbuhan anak saya dengan baik. Tak hanya itu, saya memiliki keluarga baru yang dengan tangan terbuka memeluk, dengan senyum tulus menyapa, dan dengan telinga lebar mendengarkan.Â
Secara biologis bukanlah satu garis keturunan, tetapi secara moral satu garis pengharapan. Ada pengharapan baik, luhur, dan jelas untuk setiap anak dapat menjalani dunia dan kehidupannya sebaik mungkin dan menjadi pribadi yang berguna bagi banyak orang dan bangsa.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H