Mohon tunggu...
Santi Titik Lestari
Santi Titik Lestari Mohon Tunggu... Penulis - Mari menulis!!

Menulis untuk mengawetkan ide dan berbagi ....

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Merayakan "Hari Jadi"? Setelahnya, Mau Apa?

14 Februari 2020   22:50 Diperbarui: 14 Februari 2020   23:01 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hari Istimewa (Hari Jadi) | haikudeck.com

Setiap orang pasti memiliki momen-momen istimewa dalam hidupnya, baik dalam sebutan hari, tanggal, bulan, atau tahun. Kebanyakan orang menganggap penting "hari jadi" mereka, yang bisa mengarah dalam banyak makna mulai dari ulang tahun, pernikahan, wisuda, pertunangan, sampai hari jadian dengan pacar.

Tidak hanya itu, masih ada banyak hari penting lainnya yang tentunya meninggalkan kesan istimewa dalam hidup kita, yang mungkin salah satunya hari keluarga, Natal, Idulfitri, Paskah, dan Valentine (kasih sayang). Pastilah sangat menyenangkan jika pada akhirnya lagi-lagi kita bisa merayakan kembali "hari jadi" kita.

Apa pun peristiwanya, apa pun kesannya, dan apa pun kebahagiaannya, sebenarnya yang perlu kita renungkan adalah esensi dari setiap perayaan tersebut. Mau apa setelahnya? Seindah-indahnya "hari jadi" tersebut, tetaplah hanya memiliki 24 jam masa aktifnya.

Sering kali, untuk 24 jam itulah kita berusaha semaksimal mungkin supaya bisa merayakannya dengan penuh kesan (bahkan kita tak segan menyebutnya dengan "meninggalkan sejuta kesan"). Benarkah sejuta kesan? Apakah esok harinya masih tetap utuh sejuta? Atau, malah sudah lupa seperti apa kesannya?

Sebagian besar orang cenderung membutuhkan waktu yang lama untuk mempersiapkan segala sesuatunya, bahkan berbulan-bulan sebelumnya, hanya untuk beberapa jam pesta perayaan (katakanlah pernikahan, pertunangan, atau ulang tahun).

Setelah itu, benarkah sejuta kesan kita dapatkan? Berharap iya, ya! Sekalipun tidak bisa menghitungnya, tetapi penulis percaya "tetaplah ada kesan dan momen berharga di sana". Penulis sempat merenungkan hal-hal semacam ini, dan mencoba memaknai "hari jadi" dengan cara yang berbeda.

Persiapan untuk merayakan sesuatu, penting. Karena tanpa persiapan, kita sudah mempersiapkan kegagalan. Namun, ada beberapa hal penting lainnya yang penulis ingin bagikan kepada pembaca supaya ketika kita merayakan "hari jadi", tidak hanya sejuta kesan yang tertinggal, tetapi sejuta masa depan sudah menantikan.

1. Siapkan persiapan awal dan akhir.
Membahas tentang persiapan, sebenarnya tidak melulu tentang hal-hal sebelum "hari jadi" dilaksanakan. Namun, persiapan setelah "hari jadi" selesai juga perlu dipikirkan. Kalau kita hanya memikirkan persiapan di awalnya, setelah "hari jadi" selesai ... kita mau apa? Perjalanan hidup kita akan terus bergerak, tidak peduli ada "hari jadi" atau tidak.

Jadi, persiapan di akhir harus dipikirkan baik-baik. Jika perayaan "hari jadi" selesai, kita harus sudah punya rencana mau apa setelahnya. Rencana-rencana inilah yang akan bisa menolong kita terus memaknai setiap "hari jadi" dan menjadikan hari-hari kita ke depan makin bernilai dan berguna.

2. Temukan maknanya.
Merayakan "hari jadi" menjadi kesempatan baik bagi setiap orang untuk kembali melihat makna terdalam dari perayaan ini. Jika kita merayakan lagi hari pernikahan, cobalah untuk mendapatkan kembali makna dari perayaan ini. Temukan bersama makna itu bersama pasangan, dan cobalah untuk menyegarkan kembali kenangan dan komitmen bersama.

Intinya, jangan hanya merayakan hari pernikahan dengan pergi bersama, makan, minum, berdansa, dan berfoto bersama, setelah itu ketawa-ketawa bersama kolega ... dan setelah malam berganti pagi, kita tak mendapatkan "nilainya" (esensinya). Menemukan kembali makna dari setiap "hari jadi" kita bisa membuat hidup kita makin berarti. 

Mengapa? Karena tahun demi tahun, Tuhan sudah banyak bekerja dalam hidup kita. Tahun lalu dengan tahun sekarang, pastilah sudah banyak perubahan. Ketika kita merayakan "hari jadi", cobalah merefleksikan apa saja yang telah berubah dalam diri kita. Syukuri itu semua, dan ambillah komitmen untuk makin baik ke depannya.

3. Bagikan sejuta kesan Anda.
Apabila kita sudah menemukan kembali makna "hari jadi" kita, sudah bisa melihat perubahan apa saja yang dialami, dan sudah menyusun rencana untuk hari-hari ke depan (setelahnya), catatlah semuanya itu! Bacalah catatan tersebut sekali lagi, doakanlah, bersyukurlah, dan bagikan kesan atau pengalaman itu kepada teman Anda. 

Berbagi kebahagiaan dalam hidup kita kepada sesama dapat menambahkan nilai-nilai hidup bagi kita. Soalnya, ketika kita berbagi kebahagiaan kepada sesama, Tuhan turut bekerja di sana. Segala sesuatu yang baik, yang kita bagikan kepada sesama, akan mendatangkan kebaikan bagi diri kita juga.

Selain itu, rencana yang akan kita lakukan juga perlu dibagikan kepada teman dekat/anggota keluarga, setidaknya untuk akuntabilitas saja. Kalau kita punya rencana, dan teman dekat/anggota keluarga kita ada yang tahu, mereka akan menolong kita untuk mewujudkannya. Setidaknya, dengan mengingatkan kita kalau kita lalai tidak mengerjakannya.

Hari ini hari kasih sayang (katanya). Jangan hanya merayakannya sampai 24 jam, tetapi rayakanlah esensinya setiap hari. Bagaimana caranya? Buatlah rencana, besok mau ngapain untuk membagikan makna hari kasih sayang ini. Apakah mau berbagi cokelat setiap hari? Belum tentu 'kan ya?

Mau mencoba mengobrol dengan tetangga yang jarang diajak komunikasi? Lakukanlah! Atau, mau lebih sering mengunjungi anak-anak di panti asuhan? Langkah praktis yang baik nih!

Apa pun rencana kita untuk hari-hari ke depan, tetaplah ingat bahwa kita hidup untuk Tuhan dan sesama. Jangan membuat rencana yang egois, yang mementingkan kepentingan diri sendiri. Marilah kita membuat hidup kita makin bermakna dengan peduli pada "hari jadi" kita ... peduli kepada sesama, dan kepada Tuhan -- Pencipta kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun