Mohon tunggu...
Reno Dwiheryana
Reno Dwiheryana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger/Content Creator

walau orang digaji gede sekalipun, kalau mentalnya serakah, bakalan korupsi juga.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Masalah dari Jargon "Pemimpin Amanah"

5 Mei 2023   10:29 Diperbarui: 5 Mei 2023   10:57 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi Pemimpin (Liputan6)

Seperti kita ketahui bersama bahwa pada tahun 2024 mendatang Indonesia akan melaksanakan Pemilihan Umum (Pemilu). Walau waktu pelaksanaannya terbilang masih lama, namun nampaknya untuk sebagian pihak tidak sabaran untuk mengutarakan dukungannya kepada satu calon.

Kejadian ini Penulis beberapa kali alami saat bulan Ramadhan kemarin. Sejatinya khotbah sebelum Shalat Tarawih diisi dengan ilmu keagamaan agar menambah pengetahuan umat dan memotivasi pribadi menjadi pribadi yang beriman dan bertaqwa, justru diselipkan oleh fanatisme pribadi terhadap salah satu Capres yang diciri-cirikan sebagai pemimpin yang amanah.

Jujur saja Penulis sebagai jamaah cukup keberatan dengan kejadian diatas dikarenakan Penulis menilai Masjid bukanlah tempat untuk berpolitik dan hal tersebut turut merusak momentum Bulan Suci Ramadhan.

Walau penjabaran akan ciri-ciri seperti apa pemimpin amanah sudah baik dijadikan materi khotbah, akan tetapi Penulis berpendapat bahwa contoh individu yang digambarkan seharusnya bukan sosok dari Capres dikarenakan umat Islam memiliki junjungan yang jauh lebih baik yaitu Rasulullah Saw dan para sahabatnya.

Prihal ciri-ciri pemimpin amanah dalam pandangan Islam, kiranya sudah berulang-ulang kali terdengar seperti apa wujudnya. Pemimpin amanah sejatinya sosok individu yang beriman dan bertaqwa, memiliki ahlak yang baik, bijak, tegas, adil, tauladan, mengabdi dan memberikan kesejahteraan bagi rakyatnya.

Namun setiap kali Penulis mendengarkan materi akan ciri-ciri pemimpin amanah, Penulis menganggap bahwa ada sebuah permasalahan yang genting dari materi tersebut yaitu bagaimana menemukan sosok pemimpin yang amanah?

Penulis mengibaratkannya seperti ini. Anggaplah ciri-ciri pemimpin amanah layaknya spesifikasi dari smartphone dan Anda sedang mencarinya. Ketika Anda sudah tahu seperti apa spesifikasi smartphone yang Anda cari, lalu Anda mendatangi Tukang Es Cendol. Kira-kira masuk diakal tidak?

Sesuatu yang konyol bukan, disaat Anda butuh smartphone yang seharusnya dijual di outlet smartphone tetapi Anda malah mencarinya ke Tukang Es Cendol ? Dan disinilah Penulis melihat letak inti permasalahan dari mencari pemimpin amanah di Indonesia.

Kita bisa lihat bahwa pokok pada permasalahan mencari pemimpin di Indonesia notabene pilihan Partai Politik yang alih-alih diimpresikan sebagai sosok amanah. 

Pertanyaannya sederhana, apakah dari sekian calon pemimpin tersebut Anda tahu kehidupan mereka sehari-harinya seperti apa, apakah Anda melihat dengan kepala mata kaki sendiri mereka sosok yang diciri-cirikan sebagai pemimpin amanah? Penulis yakin Anda tidak tahu persis mereka bagaimana. Paling yang Anda ketahui hanya dari apa yang dikatakan orang maupun dari lini masa medsosnya saja.

Dari gambaran diatas apa yang ingin Penulis sampaikan ialah mengapa dikatakan bahwa sebagai Muslim penting sekali untuk terus menambah ilmu, terutama ilmu agama.

Dari apa yang Penulis ketahui dalam lingkup ciri-ciri pemimpin amanah, landasan atau pokok terpenting darinya ialah bagaimana (proses) membentuk pemimpin amanah. Yang digambarkan pemimpin amanah itu sebetulnya bukanlah sebuah produk after market, gimmick dari sebuah jargon, tetapi ia lahir memang ditujukan untuk menjadi seorang pemimpin. 

Penulis beri contoh, mengapa Rasulullah Saw dikategorikan sebagai sosok pemimpin yang amanah. Rasulullah Saw sebagai pemimpin yang amanah bukan saja karena ia didaulat sebagai manusia pilihan, melainkan pula dikarenakan Allah Swt menjaga ahlaknya dari segala perbuatan keji dan mungkar serta Rasulullah Saw lebih memikirkan nasib umatnya.

Kemudian dari apa yang Penulis ketahui bahwa pemimpin amanah terlahir dari rakyat yang amanah. Sedangkan pemimpin yang dzalim lahir dari rakyatnya yang lalim.

Jadi secara teknis tidak akan pernah muncul pemimpin amanah tanpa dibarengi oleh rakyatnya yang amanah terlebih dahulu. Logis saja, apa mungkin Anda kepingin buah Jeruk sedangkan yang Anda tanam bibit buah Nangka?

Sebagai penutup, Penulis sekadar mengingatkan bahwa pilihan kembali ada pada diri Anda masing-masing. Sejatinya Allah Swt memberikan akal kepada manusia untuk mengetahui mana baik dan mana buruk dan semoga kita semua selalu dalam perlindunganNya.

Demikian artikel Penulis. Mohon maaf bilamana ada kekurangan dikarenakan kekurangan milik Penulis pribadi. Terima kasih.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun