Mohon tunggu...
Reno Dwiheryana
Reno Dwiheryana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger/Content Creator

walau orang digaji gede sekalipun, kalau mentalnya serakah, bakalan korupsi juga.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Apakah Nasib Taiwan Akan Seperti Ukraina?

3 Agustus 2022   14:52 Diperbarui: 4 Agustus 2022   23:48 283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi Perang Rusia-Ukraina (CNBC Indonesia)

Sebagaimana informasi beredar, kunjungan Nancy Pelosi ke Taiwan membuat murka pemerintah China. Buntut dari kunjungan itu, China menegur Duta Besar Amerika Serikat di Beijing, Nicholas Burns.

Di lain tempat, Wakil Menteri Luar Negeri Xie Feng menyatakan protes keras atas kunjungan Pelosi ke pulau berpenduduk 23,5 juta itu dimana China mengklaim Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya.

Menanggapi aksi provokasi pihak Amerika, militer China mengatakan dalam status siaga tinggi dan akan meluncurkan serangkaian aksi militer sebagai respon dari kunjungan tersebut.

Ketegangan yang terjadi pasca kunjungan Ketua DPR Amerika ke Taiwan itu membuat publik dunia khawatir bahwa akan semakin mempercepat upaya China untuk menginvasi Taiwan dan menguasainya.

Hal itu merujuk kepada pernyataan Dubes China untuk Perancis beberapa waktu lalu, Lu Shaye yang mengatakan Beijing akan menggunakan semua cara yang mungkin untuk mendapatkan kembali kendali atas Taiwan, termasuk cara militer.

Mungkin gambaran yang lebih mencekam dirasakan oleh penduduk Taiwan disana. Dukungan langsung Amerika terhadap upaya Taiwan untuk memerdekakan diri justru seolah menimbun bara api Negeri Tirai Bambu yang dapat sewaktu-waktu menyerang mereka.

Lantas dilandasi oleh sikap Amerika yang kerap ikut campur dalam kekisruhan politik dunia, apakah Taiwan akan bernasib sama dengan Ukraina?

Sebagai informasi bahwa pada tanggal 2 Agustus 2022 kemarin genap 160 hari invasi Rusia ke wilayah Ukraina. Kiranya sudah tak terhitung kerugian materil dan non materil yang diakibatkan oleh peristiwa tersebut. Imbasnya pun dirasakan secara luas dimana konflik Rusia - Ukraina menyebabkan tekanan hebat pada ekonomi global, tak terkecuali Indonesia.

Alih-alih yang menyebabkan konflik Rusia dan Ukraina terjadi ialah dimana keinginan Ukraina yang ingin bergabung dengan aliansi NATO. Hal itu menyebabkan Rusia geram dilandasi kekhawatiran jika Ukraina bergabung dengan NATO maka wilayah Ukraina yang berbatasan langsung dengan Rusia akan dipersenjatai dan memungkinkan Barat berniat untuk menyerang Rusia.

Tak pelak Rusia pun mengambil tindakan tegas dengan menyerbu wilayah Ukraina lebih dahulu. Sebagai bentuk perlawanan, Ukraina bak bidak catur dibantu oleh Amerika, Uni Eropa, Inggris, dan negara lain melalui persenjataan untuk mempertahankan dirinya. Langkah dukungan tersebut dianggap sebagai upaya mencegah konfrontasi langsung agar tidak terjadi Perang Dunia ke-3.

Hingga kini belum ada gambaran kapan konflik antara Rusia dan Ukraina berakhir. Namun satu hal yang tidak disangsikan dari bantuan persenjataan yang diterima Ukraina ialah dalih ekonomi dimana terjadinya perputaran uang pada produksi senjata disaat Ukraina sendiri hancur lebur.

Lalu bagaimana dengan Taiwan? Menanggapi apa yang terjadi Penulis melihat nasib akan masa depan Taiwan mungkin hanya tinggal menunggu waktu. Jika saja China memutuskan untuk merebut Taiwan maka sejatinya akan terjadi atmosfer panas di kawasan Asia Timur, Asia Tenggara, dan Australia. Hal itu merujuk pada letak geografis Taiwan yang kurang menguntungkan dan memang tidak bisa berharap banyak terkecuali negara-negata yang terletak dibawahnya.

Harapan besar dukungan Taiwan antara lain negara yang bersekutu dengan Amerika dan memiliki kepentingan politik di wilayah sekitarnya. Hal ini pun diprediksi akan menjadikan kondisi dunia lebih buruk dimana China merupakan negara ekonomi terbesar (melebihi Amerika). Dengan kata lain intervensi yang dilakukan Amerika terhadap Taiwan mungkin saja ditenggarai upaya Amerika untuk mendegradasi kekuatan ekonomi maupun pengaruh China di Asia.

Kiranya kita semua berkeinginan agar dunia ini damai dan tentram, namun demikian sejarah dunia mencatat bahwa umat manusia kerap berseteru untuk merebutkan sesuatu, apakah itu pengaruh ataupun menguasai peta percaturan politik dunia.

Demikian artikel Penulis. Mohon maaf bilamana ada kekurangan dikarenakan kekurangan milik Penulis pribadi. Terima kasih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun