Balapan liar di jalanan lebih kepada adu gengsi antar dua belah pihak dimana mempertaruhkan sejumlah uang dan saling beradu dengan motor oprekan untuk mengetahui siapa yang lebih unggul. Besaran uang taruhan relatif (bisa jutaan hingga puluhan juta) tergantung siapa yang terlibat didalamnya, apakah itu uang kolektif ataukah dari pemain besar.
Dalam balapan liar ada tiga pihak yang terlibat, yaitu pemilik bengkel, montir, dan joki. Mereka yang menjadi pemenang mendapatkan uang taruhan berikut pula pamor.
Dari gambaran singkat diatas maka bisa kita bersama amati bahwa lingkup balapan liar di jalanan ini bukan mengenai "prestasi". Balapan liar di jalanan lebih kepada cerminan dari bentuk kenakalan ABG yang dimanfaatkan oleh segilintir pihak demi meraup untung.
Para ABG ini sadar tidak sadar bahwa apa yang dilakukannya bukan saja melanggar hukum (lalu lintas), tidak aman, dan dapat membahayakan orang lain, akan tetapi juga bisa merenggut nyawa mereka.
Lantas apakah Street Race ini nantinya bisa jadi solusi menekan maraknya balap liar? Penulis berupaya optimis bahwa Street Race mampu melakukannya, hanya saja dengan catatan.
Perlu diketahui maraknya balapan liar juga ditenggarai oleh minimnya pengawasan atau patroli yang dilakukan oleh aparat Kepolisian. Oleh karenanya jika Street Race resmi diadakan maka sejatinya perlu pula dibarengi oleh komitmen Kepolisian untuk rutin melakukan patroli sehingga dapat benar-benar mengurangi aksi balap liar di jalanan.
Kegiatan Street Race ini juga perlu dievaluasi secara serius. Jangan sampai kegiatan ini hanya sekadar untuk mengakomodir para ABG menyalurkan hobi mereka. Street Race sekiranya perlu mempersiapkan rencana jangka panjang agar kegiatan ini bermanfaat bagi masa depan mereka yang mengikutinya.
Demikian artikel Penulis. Mohon maaf bilamana ada kekurangan milik Penulis pribadi. Terima kasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H