Mohon tunggu...
Reno Dwiheryana
Reno Dwiheryana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger/Content Creator

walau orang digaji gede sekalipun, kalau mentalnya serakah, bakalan korupsi juga.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Cryptocurrency, Serba Ajaib dan Tidak Masuk di Nalar

15 November 2021   09:45 Diperbarui: 15 November 2021   09:52 318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mayoritas mereka adalah konglomerat kaya yang notabene penghasilan utama mereka berasal dari bisnis skala besar. Tentu resiko dalam berbisnis skala besar maka ada konsekuensi resiko loss yang besar pula dan bisnis dipengaruhi oleh faktor ekonomi yang begitu kompleks.

Jika dalam konteks ekonomi dunia ini ibarat air dalam sebuah ember dimana ketika Anda letak jemari ditengahnya menciptakan riak atau gelombang di dalam ember, maka cryptocurrency Penulis ibaratkan sikat gigi yang letaknya di tempat lain.

Bisa kita amati cryptocurrency adalah bentuk dari "safe heaven" para konglomerat yang ingin membuat tata cara permainannya sendiri. Lalu siapa yang paling rugi disini? Tentu Anda-anda yang tidak tertarik dengan cryptocurrency maupun negara yang ekonominya rentan dikarenakan nilai cryptocurrency tidak bisa dikontrolnya.

Memang sekilas cryptocurrency saat ini nampak seksi dan terus digaungkan agar dunia mau menerimanya. Tetapi kembali Penulis ingatkan, siapa yang paling diuntungkan disini?

Penulis mengapresiasi langkah MUI dengan menetapkan fatwa haram terhadap cryptocurrency dan Penulis yakini semata-mata keputusan itu telah digodok secara matang demi kejelasan hukum serta kebaikan bersama umat.

Sebagai masukan bilamana Anda tertarik berinvestasi maka pastikan 2 hal yaitu investasi yang Anda pilih aman dan produktif serta hindari segala hal yang bersifat spekulatif.

Demikian artikel Penulis. Mohon maaf bilamana ada kekurangan dikarenakan kekurangan milik Penulis pribadi. Terima kasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun