Mohon tunggu...
Reno Dwiheryana
Reno Dwiheryana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger/Content Creator

walau orang digaji gede sekalipun, kalau mentalnya serakah, bakalan korupsi juga.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Mengapa Warga AS Marah dengan Lepasnya Afghanistan?

19 Agustus 2021   14:10 Diperbarui: 20 Agustus 2021   23:56 482
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Taliban kuasai Afghanistan (KompasTV)

Sesaat Afghanistan dalam genggaman Taliban dan mengundang respon dunia, Presiden Amerika Serikat Joe Biden segera merespon dengan melakukan konferensi pers di gedung White House mengenai sebab alasan mengapa AS dan sekutunya meninggalkan Afghanistan.

Dalam pidato berdurasi kurang lebih 17 menit itu Biden menyampaikan beberapa poin mengenai keputusannya. Secara garis besar Biden mengatakan bahwa AS tidak memiliki interest dalam membentuk demokrasi di Afghanistan, melainkan mencegah upaya teroris menyerang AS dan Afghanistan telah diberikan sumber daya selama 20 tahun untuk menentukan nasib masa depannya sendiri.

Pidato Biden sontak ditanggapi beragam oleh warganya. Ada yang mengungkapkan setuju dilandasi oleh pidato Biden, tetapi tak sedikit pula yang murka meluapkan kekecewaan serta kemarahan mengapa AS harus meninggalkan Afghanistan dan berkeingingan agar Biden mundur dari posisinya hingga ada pula yang menyebutnya lemah.

Luapan kemarahan sebagian kalangan warga AS, Penulis melihat hal tersebut suatu yang wajar didasari oleh sebab, diantaranya.

Masyarakat Amerika sampai detik ini trauma dan dipenuhi oleh amarah dikarenakan peristiwa 9/11 pada 2001. Keputusan Mantan Presiden George W. Bush Jr. untuk melakukan agresi militer AS ke Afghanistan pasca 9/11 dianggap sudah tepat dan Taliban dinilai pantas bertanggungjawab karena dugaan terlibat (melindungi Osama bin Laden). Kemudian AS dibantu oleh sekutunya meredam kekuatan Taliban dan menjadikan Afghanistan sebagai basis operasi mereka melacak jaringan Al Qaeda dan teroris lainnya di Timur Tengah.

Kita ketahui bersama selang 1 dekade agresi AS ke Afghanistan berlangsung, akhirnya AS berhasil memburu Osama bin Laden yang berada di tempat persembunyiannya di Pakistan. Namun kematian Osama bin Laden di Mei 2011 kala itu justru tidak menghentikan tumbuhnya organisasi teroris seperti ISIS dan ancaman baru bagi dunia, tak terkecuali di Indonesia dengan rangkaian teror bom.

Namun perlu diingat, lepas dari konsekuensi yang diakibatkan oleh agresi AS ke Afghanistan bahwasanya kondisi keamanan di AS bisa dikatakan aman (minim dari ancaman teror) dan tentram (AS lebih disibukkan dengan bencana alam serta keamanan internal prihal penembakan dan rasisme). 

Dibalik tujuan AS bekerjasama dengan negara-negara lain guna membasmi teroris di teritori-nya, pada hakikatnya AS memiliki kepentingan yaitu melindungi warganya serta mencegah teror itu jangan sampai menjangkau negaranya.

Mengapa bisa dikatakan demikian? Karena ketika aksi teror berhasil di suatu wilayah maka hal ini secara tidak langsung berdampak kepada semangat teroris di lokasi lain untuk gencar melancarkan aksi mereka. Oleh karenanya perlu diredam.

Kemudian apa yang menyebabkan warga AS marah dengan jatuhnya Afghanistan ke genggaman Taliban ialah dikarenakan rasa insecure yang hinggap di benak mereka.

Loh Anda-anda mungkin bertanya negara adidaya dengan resources dan kekuatan berlimpah berikut sekutunya, apa yang mereka khawatirkan?

Ada kalimat demikian, semakin tinggi pohon maka semakin deras anginnya. Itulah posisi AS saat ini. Mengapa? 

Sebagai negara adidaya sebetulnya AS merupakan tumpuan bukan saja bagi sekutunya tetapi pula bagi keamanan global. Sebut saja, ada Cina, Rusia, Korea Utara, Iran, dan lain sebagainya. Penulis bertanya kepada pembaca, apakah ada negara yang mampu mengurusi itu semua kecuali AS? Tidak ada.

Dengan lepasnya Afghanistan, lepas dari janji Taliban akan mengutamakan aspek-aspek penting dalam kehidupan dan tidak akan menyerang AS berikut sekutunya akan tetapi dibalik itu semua kiranya tahu bahwa kecemasan Afghanistan akan mengumpulkan kekuatan dan kemudian kelak menjadi ancaman sudah terbentuk dalam benak siapapun pihak yang kecewa dengan mundurnya pasukan AS dari sana.

Mereka khawatir kelak keputusan (mundurnya pasukan AS dari Afghanistan) itu akan menimbulkan tragedi atau suatu yang lebih besar ketimbang peristiwa 9/11 yang notabene menjadi sejarah kelam bagi bangsa AS. Mereka khawatir keputusan itu menimbulkan ketidakstabilan keamanan di dunia yang berimbas bagi AS dan mereka khawatir keputusan itu akan menimbulkan permasalahan sosial baik dunia maupun AS, seperti kekerasan dilandasi rasisme, Islamphobia, dan sebagainya.

Walau demikian kita bersama tahu kekhawatiran itu semua belum terjadi dan semoga tidak akan terjadi. Kekhawatiran berlebih ini pun menurut Penulis amati juga didorong oleh pengaruh media disana sehingga mengundang respon keras akan keputusan AS dan sekutu mundur dari Afghanistan. Dari situ pula bisa kita amati bahwa traumatik yang disebabkan peristiwa 9/11 atau 2 dekade berlalu itu masih membekas di warga AS dan mereka mendesak negaranya sekuat tenaga melakukan agar kejadian yang serupa tidak terjadi hanya disebabkan miskalkulasi layaknya jatuh Afghanistan dalam kurun waktu 11 hari.

Sebagai pengamat amatiran, Penulis tidak tahu persis dengan apa yang akan terjadi selanjutnya. Namun sebagaimana Penulis pernah sebutkan, mungkin dalam kurun 1 s.d 3 bulan ini dunia akan mengamati persis bagaimana perkembangan di Afghanistan serta mengawasi kemana haluannya. Dan jangan heran bilamana banyak negara-negara lain tertarik kepadanya karena bukan hanya resources kaya sumber akan minyaknya tetapi pula disebabkan posisi strategisnya.

Demikian artikel Penulis. Mohon maaf bilamana ada kekurangan dikarenakan kekurangan milik Penulis pribadi. Terima kasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun