Sesaat Afghanistan dalam genggaman Taliban dan mengundang respon dunia, Presiden Amerika Serikat Joe Biden segera merespon dengan melakukan konferensi pers di gedung White House mengenai sebab alasan mengapa AS dan sekutunya meninggalkan Afghanistan.
Dalam pidato berdurasi kurang lebih 17 menit itu Biden menyampaikan beberapa poin mengenai keputusannya. Secara garis besar Biden mengatakan bahwa AS tidak memiliki interest dalam membentuk demokrasi di Afghanistan, melainkan mencegah upaya teroris menyerang AS dan Afghanistan telah diberikan sumber daya selama 20 tahun untuk menentukan nasib masa depannya sendiri.
Pidato Biden sontak ditanggapi beragam oleh warganya. Ada yang mengungkapkan setuju dilandasi oleh pidato Biden, tetapi tak sedikit pula yang murka meluapkan kekecewaan serta kemarahan mengapa AS harus meninggalkan Afghanistan dan berkeingingan agar Biden mundur dari posisinya hingga ada pula yang menyebutnya lemah.
Luapan kemarahan sebagian kalangan warga AS, Penulis melihat hal tersebut suatu yang wajar didasari oleh sebab, diantaranya.
Masyarakat Amerika sampai detik ini trauma dan dipenuhi oleh amarah dikarenakan peristiwa 9/11 pada 2001. Keputusan Mantan Presiden George W. Bush Jr. untuk melakukan agresi militer AS ke Afghanistan pasca 9/11 dianggap sudah tepat dan Taliban dinilai pantas bertanggungjawab karena dugaan terlibat (melindungi Osama bin Laden). Kemudian AS dibantu oleh sekutunya meredam kekuatan Taliban dan menjadikan Afghanistan sebagai basis operasi mereka melacak jaringan Al Qaeda dan teroris lainnya di Timur Tengah.
Kita ketahui bersama selang 1 dekade agresi AS ke Afghanistan berlangsung, akhirnya AS berhasil memburu Osama bin Laden yang berada di tempat persembunyiannya di Pakistan. Namun kematian Osama bin Laden di Mei 2011 kala itu justru tidak menghentikan tumbuhnya organisasi teroris seperti ISIS dan ancaman baru bagi dunia, tak terkecuali di Indonesia dengan rangkaian teror bom.
Namun perlu diingat, lepas dari konsekuensi yang diakibatkan oleh agresi AS ke Afghanistan bahwasanya kondisi keamanan di AS bisa dikatakan aman (minim dari ancaman teror) dan tentram (AS lebih disibukkan dengan bencana alam serta keamanan internal prihal penembakan dan rasisme).Â
Dibalik tujuan AS bekerjasama dengan negara-negara lain guna membasmi teroris di teritori-nya, pada hakikatnya AS memiliki kepentingan yaitu melindungi warganya serta mencegah teror itu jangan sampai menjangkau negaranya.
Mengapa bisa dikatakan demikian? Karena ketika aksi teror berhasil di suatu wilayah maka hal ini secara tidak langsung berdampak kepada semangat teroris di lokasi lain untuk gencar melancarkan aksi mereka. Oleh karenanya perlu diredam.
Kemudian apa yang menyebabkan warga AS marah dengan jatuhnya Afghanistan ke genggaman Taliban ialah dikarenakan rasa insecure yang hinggap di benak mereka.