Mohon tunggu...
Reno Dwiheryana
Reno Dwiheryana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger/Content Creator

walau orang digaji gede sekalipun, kalau mentalnya serakah, bakalan korupsi juga.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Perihal Pelajar Hina Palestina, Apa Musti Dikeluarkan dari Sekolahnya?

19 Mei 2021   10:26 Diperbarui: 19 Mei 2021   10:35 420
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menanggapi siswi MS yang dikeluarkan dari sekolahnya, Penulis menilai langkah tersebut terlalu berlebihan.

Mungkin tak sedikit pihak yang justru setuju dengan keputusan mengeluarkan MS dari sekolahnya sebagai bentuk pembelajaran kepada pelaku maupun pihak lain agar tidak mengulangi kesalahan serupa. 

Akan tetapi Penulis menilai konteks apa yang MS lakukan merupakan bentuk kenakalan remaja dimana tentu ada besaran skala atau tolak ukur sampai pada tingkatan mana pelanggaran yang ia lakukan. Dengan gambaran yang terjadi pasca mediasi maka Penulis menilai seharusnya siswi MS tidak dikeluarkan dari sekolahnya.

Penulis menilai jika MS dikeluarkan dari sekolah maka apa pembelajaran yang dapat diangkat? Kondisi tersebut tentu tak hanya berdampak kepada MS, tetapi orangtua MS pun harus ketiban pulung karena harus mencarikan anaknya sekolah baru.

Apakah gambaran dunia pendidikan di Indonesia akan seperti ini terus, dimana setiap ada kenakalan pelajar yang viral dan dianggap berat secara sepihak lalu kemudian pelajar tersebut dikeluarkan dari sekolahnya?

Apakah kita akan terus berpikir bahwa pendidikan budi pekerti hanya terjadi di keluarga saja? Terus pertanyaannya, untuk apa peran sekolah dan lingkungannya?

Seharusnya menyangkut kasus yang dialami oleh siswi MS maka dunia pendidikan tanah air perlu menginteropeksi diri, apa-apa saja yang kurang dari pendidikan di sekolah, apakah cukup hanya dengan mengajarkan murid ilmu pengetahuan, apakah perlu menerapkan pelajaran budi pekerti seperti dahulu kala untuk melengkapi pendidikan anak oleh orang tua di rumah, apakah perlu mengajarkan murid prihal etika dalam bermedia sosial, ataukah inovasi-inovasi lain yang sejatinya bermanfaat tak hanya meningkatkan kualitas SDM melainkan pula kualitas ahlak dan budi pekerti murid.

Sekolah seharusnya tidak boleh abai dengan pendidikan budi pekerti murid, sebagaimana prilaku mencerminkan personal value seseorang melalui jenjang pendidikan yang diembannya. Lalu individu yang seperti apa yang sekarang ini dibentuk di sekolah?

Demikian artikel Penulis. Mohon maaf bilamana ada kekurangan dikarenakan kekurangan milik Penulis pribadi. Terima kasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun